Saat bulan Agustus tahun 2021, saya berulang tahun di kota Denver, state Colorado Amerika Serikat. Saya tiba di Mile High City pada bulan Juni, saat masyarakat Amerika menikmati summer time. Namun pada saat yang sama sedang terjadi wabah Covid-19 sehingga jalanan menjadi sunyi sepi. Saya beruntung dalam situasi Covid-19  saya mendapatkan izin untuk tetap bekerja di laboratorium saya yang terletak di Science Building. Namun saya harus menjalani tes swab rutin sekali dalam dua minggu sebagai aturan tambahan untuk international student yang bertinggal di asrama mahasiswa.Â
Aturan ini diberlakukan untuk penghuni yang berasal dari negara di luar Amerika Serikat. Untunglah University of Colorado Denver, tempat saya melaksanakan penelitian menyediakan fasilitas tes swab gratis untuk civitas akademik. Saya merasa tertolong karena dokumen yang dibutuhkan adalah ID card yang multifungsi sebagai kunci pintu laboratorium, kunci kamar asrama dan debt card untuk berbelanja di asrama atau campus shop. Appointment untuk swab test dilakukan secara online. Jadwal swab test dan lokasinya dapat dipilih yang lokasinya paling dekat dari rumah atau kampus sehingga hemat uang transpor. Hasil tesnya dikirimkan via email dalam kurun waktu 24 jam setelah pengambilan sampel.
Pada hari ulang tahun, saya hanya memanggil beberapa orang close friend yang bertinggal di asrama. Kondisi physical distancing dan larangan membuat kerumunan di asrama menjadi alasan saya hanya memanggil segelintir orang. Para sahabat datang membawakan hadiah. Salah satu hadiah yang sangat menarik hati saya adalah mug bergambar bunga berwarna kuning,  hadiah dari Izzy dan Paola. Saya penasaran dengan bunga itu dan saya yakin itu adalah bunga khas Amerika yang diabadikan dalam mug.  Sekilas bunganya mirip krisan namun mahkota bunganya berwarna kuning  merunduk sedemikian rupa mirip payung sehingga putik dan benang sarinya yang berwarna coklat terpampang nyata.  Dengan bantuan Google Images, saya menemukan nama bunga itu adalah yellow coneflower.
Daerah asal coneflower adalah Carolina utara dan menyebar ke Georgia, Mississippi, Tennessee dan  Kentucky. Selain berwarna kuning seperti yang saya lihat di dalam mug,  terdapat pula coneflower berwarna ungu, biru, hijau, putih, tangerine (oranye), coral atau merah bata dan merah. Coneflower adalah nama umum dari beberapa genus tanaman berasal dari famili Asteraceae atau Echinacea.Â
Dua jenis lainnya merujuk kepada coneflower, termasuk Ratibida dan Rudbeckia. Rudbeckia merupakan western coneflower yang berasal dari genus berbeda. Genus Echinacea berasal dari kata echinos bermakna landak karena bagian tengahnya yang ditempati benang sari berbentuk menyerupai duri.Â
Terdapat banyak jenis coneflower namun Echinacea ungu atau coneflower ungu merupakan jenis yang paling banyak ditemukan. Coneflower termasuk dalam 10 besar tanaman populer yang dijual di Amerika Serikat. Coneflower identik dengan penyembuhan dan sumber kekuatan karena mempunyai khasiat sebagai obat herbal.Â
Sejak tahun 1969 di Estonia, coneflower biru telah menjadi bunga nasional negara itu. Untuk masyarakat Estonia, coneflower bermakna sebagai roti yang disajikan sehari-hari. Secara umum coneflower mempunyai daun berbentuk tombak. Panjang daun coneflower yang tumbuh liar di bawah sinar matahari sekitar 10,16 -- 20,32 cm.Â
Daunnya secara bertahap mengecil saat berada di pucuk tanaman. Tinggi coneflower sekitar 91 cm dan menyebar dalam radius 0,5 m. Tumbuhan ini mulai menghasilkan bunga saat pertengahan musim panas dan terus menghasilkan bunga sampai batangnya mengering di awal musim salju.
Coneflowers merupakan tanaman semak tahunan, mampu tumbuh di berbagai jenis tanah  yang ada di Amerika kecuali kondisinya sangat alkalin atau salinitasnya tinggi. Umumnya coneflower menyukai tanah kaya kalsium dan banyak mengandung pupuk.Â
Coneflower merupakan tumbuhan berbunga  yang tahan kekeringan. Menjaga kelembaban tanah untuk pertumbuhan coneflower dapat dilakukan dengan membuat saluran air. Jika coneflower tidak mendapat air yang cukup, mereka tetap dapat tumbuh namun terlihat buruk performanya. Kondisi ini dijumpai pada coneflower yang tetap tumbuh saat musim gugur akan berakhir. Kondisi coneflower yang buruk  ditemukan jika tumbuh di daerah padang tandus.Â
Namun demikian musim panas merupakan waktu yang tepat untuk coneflower menghasilkan bunga cantik. Di dalam budidaya coneflower, tersedianya jarak tanam memungkinkan terjadinya peningkatan sirkulasi udara di antara tanaman untuk menjaga daun tetap kering dan menghindari serangan patogen penyebab penyakit tanaman.Â
Masyarakat Amerika yang cinta bunga membeli coneflower dari nursery, beberapa lainnya membiakkan dengan biji. Hal ini memungkinkan terjadi jika biji coneflower bukan berasal dari  hasil kawin silang. Sayangnya menumbuhkan coneflower sangat lama jika menggunakan biji (sekitar 2 tahun untuk memperoleh tanaman berbunga sempurna). Coneflower  yang baik performanya diperoleh pada saat tiga atau empat tahun setelah penanaman.
Jika Pembacaku menyukai kehadiran serangga di kebun, kehadiran coneflower dapat menarik kedatangan kupu-kupu dan lebah madu. Secara umum coneflower bebas dari serangan serangga hama tetapi seringkali ditemukan kutu daun bersarang di tanaman. Cara pengendaliannya cukup mudah, semprot tanaman yang terserang kutu daun dengan air sabun encer.Â
Kutunya akan berjatuhan ke tanah dan sulit naik kembali ke tanaman karena kondisinya licin. Coneflower rentan terkena penyakit embun tepung karena adanya  jamur Erysiphe cichoracearum. Ini adalah jamur yang sering menyerang Echinacea atau coneflower. Serangannya menyebabkan tanaman bagaikan tertutup oleh lapisan tepung berwarna putih. Melakukan eradikasi dan menggunakan coneflower yang tahan serangan penyakit merupakan solusi terbaik untuk merawat coneflower di pekarangan.
Rasa penasaran pada coneflower membuat saya menjadi detektif dadakan yang mencari bunga cantik ini di setiap jalanan yang saya lalui menuju ke laboratorium. Setiap hari saya berjalan kaki  melewati pinggiran jalan yang dipenuhi rumput dan bunga liar aneka warna. Saya sering memetik bunga rumput dan membuatnya menjadi rangkaian indah sebagai hadiah  teman asrama yang berulang tahun,  tanda terima kasih untuk petugas front desk dan cleaning service yang telah membersihkan ruangan saya. Mereka sangat senang dan terpukau dengan rangkaian bunga sederhana yang bahannya gratis karena saya ambil dari tepi jalan.
North Class kampus Auraria. Saya merasa sangat senang melihat gerombolan bunga warna kuning cantik yang menari riang di bawah sinar matahari musim panas. Langit begitu biru tanpa awan, sebahagia hati saya berjumpa dengan bunga impian di negeri asalnya.Â
Singkat cerita, setelah menelusuri jalan panjang, akhirnya saya bertemu dengan gerombolan yellow coneflower yang tumbuh subur di depanSelama periode itu, saya terus mengamati pertumbuhan coneflower yang berada di depan North Class. Perlahan keindahannya meredup seiring dengan berhembusnya angin sedingin es yang menggigit tulang, pertanda musim gugur telah tiba. Coneflower cantik itu mulai mengering dan hilang tertutup salju yang bermakna bahwa masa tinggal saya sudah selesai di Denver. Sungguh tidak terasa enam bulan telah berlalu dan saya  tetap merindukan bunga cantik ini. Replikanya dalam bentuk mug saya bawa pulang ke Indonesia dan menjadi kenangan terindah nan abadi telah bertemu coneflower di habitat aslinya di Amerika (srn).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H