Kutu kepala atau head louse (Pediculus humanus capitis) adalah serangga ektoparasit yang ditemukan pada kepala dan kerap pada alis yang lebat tidak terurus. Secara ilmiah, makna dari ektoparasit adalah serangga yang hidup di luar tubuh manusia. Keberadaan head louse merupakan momok sangat mengerikan karena menyebabkan gatal dan luka di kulit kepala. Selain itu rambut kelihatan kotor karena adanya puluhan telur kutu berjejal dan melekat erat di setiap helaian rambut.Â
Memang kelihatannya sepele namun fatal akibatnya karena kutu nakal berbadan kecil ini mampu berpindah secara aktif ke rambut orang lain yang berdekatan dengan pemilik rambut terinfeksi kutu. Badan kutu yang kecil menyebabkan serangga ini mudah bersembunyi di celah jahitan baju atau lipatan kulit. Tampaknya si kutu rambut penganut faham wait and see karena sabar menunggu momen terbaik menyerang secara cepat tanpa huru hara.
Flashback saya dengan hewan berkaki enam ini dimulai  saat putri bungsuku yang duduk di kelas 2 Sekolah Dasar tertular  makhluk jahat bernama kutu rambut. Dia pulang sekolah sambil mengeluh kepalanya terasa sangat gatal dan terus digaruknya. Diiringi rasa penasaran, saya menyibak rambut hitam anakku. Masya Allah... terlihat  puluhan kulicca (bahasa Makassarnya telur kutu) mirip untaian mutiara menempel di helaian rambut anakku.
Saya sempat heran, kenapa di zaman milenial ini kutu rambut masih tetap eksis seperti saat saya masih duduk di Sekolah Dasar puluhan tahun silam.  Zaman saya kecil, kutu rambut banyak saya  jumpai pada rambut yang memakai minyak kelapa sebagai hair oil. Nenek moyang kita percaya bahwa minyak kelapa mampu menyuburkan dan menghitamkan rambut. Seiring berjalannya waktu, ternyata kutu rambut mampu beradaptasi dan tetap survive dari gempuran segala rupa sampo dan berubahnya peradaban kehidupan manusia.Â
Bulu kuduk saya merinding membayangkan betapa gatalnya kulit kepala yang diisap darahnya oleh kutu rambut. Saya berasumsi bahwa rasa gatal itu dapat merusak konsentrasi belajar seorang anak karena adanya keinginan untuk selalu menggaruk bagian yang terisap darahnya. Populasi kutu rambut yang terlalu banyak juga dapat menimbulkan luka di kulit kepala dan memerlukan penanganan yang serius supaya lukanya tidak menjadi borok. Dampak lainnya pada penderita kutu rambut adalah timbulnya anemia berkepanjangan.
Saya segera membuka Google dan mengikuti salah satu suggestion mengusir kutu rambut dengan minyak kayu putih. Saya mengusapkan minyak kayu putih ke kulit kepala anakku. Setelah didiamkan beberapa saat, si bungsu masih mengeluhkan rasa gatal karena tampaknya minyak kayu putih tidak mempan mematikan si kutu. Paksu yang melihat kejadian ini segera memberikan saran rambut dan kulit kepala si bungsu di treatment memakai obat pembasmi nyamuk. Tanganku bergetar saat mengoles minyak beracun ini, semoga saja kutunya yang mati dan tidak menimbulkan dampak pada orangnya.Â
Setelah didiamkan beberapa saat, saya menyuruh si bungsu duduk dan menyisir rambutnya ke arah ubin lantai rumah yang berwarna putih. Masya Allah, dari kepalanya berjatuhan  beberapa indukan kutu gemuk berisi darah dan nimfa atau anaknya yang masih merah. Saya gemetar, marah dan kesal melihat ulah makhluk nakal ini yang telah menggigit kulit kepala anakku. Mereka menggeliat tidak terkendali di atas lantai. Tampaknya kutu rambut ini mabuk terkena obat pembasmi nyamuk. Saya mengambil ponsel dan mendokumentasikan kutu gendut ini.Â
Perasaanku luar biasa kesal karena adanya stigma negatif selalu diberikan kepada orang yang kepalanya berkutu. Penderita kutu kepala identik dengan perilaku jorok dan malas mencuci rambut. Saya menginterogasi si bungsu sambil menyisir rambutnya yang masih menjatuhkan kutu ke lantai. Ternyata dia tertular dari teman perempuannya yang berambut panjang kriwil. Temannya ini berperilaku aneh karena doyan mengibaskan  rambutnya yang berminyak  ke wajah teman-temannya.Â
Mendengar cerita itu, saya meminta si bungsu supaya menjauh jika temannya itu mulai mengibaskan rambutnya ke arah si bungsu. Saya kuatir shudzon kepada orang lain karena  menuduh tanpa bukti. Menurut pengakuan si bungsu, kepalanya mulai terasa gatal setelah temannya itu berperilaku demikian.
"Oh begitu kejadiannya. Anggaplah kutu ini sebagai hadiah persahabatanmu naik kelas," saya berusaha tertawa (namun menyembunyikan rasa dongkol jauh di lubuk hati yang paling dalam). Kepala si bungsu yang berkutu memberikan saya pekerjaan ekstra monitoring setiap hari.
Menurut saya, kutu rambut dan telurnya mudah sekali dilihat di bawah cahaya matahari dan kurang terlihat di bawah cahaya lampu. Mata saya yang mulai kesulitan melihat benda kecil terasa susah memantau hewan nakal yang menghuni kepala ananda tersayang. Alhamdulillah, dengan disiplin mencuci rambut si bungsu setiap hari (dan saya mengeringkannya dengan bantuan hair dryer), wabah kutu rambutnya mulai berkurang. Setelah hunting selama beberapa hari, akhirnya hari ini saya berhasil membelikan sebuah sisir kutu terbuat dari logam yang dapat digunakan untuk memantau keberadaan hewan nakal itu di kepala anakku (srn).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H