Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist. I believe my fingers...

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Cerita Elang Harris dan Belut Stress

20 Mei 2023   00:10 Diperbarui: 20 Mei 2023   00:17 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sri NurAminah (19 Mei 2023)

Alam semesta diciptakan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala untuk dinikmati keindahannya. Perilaku hewan merupakan salah satu metodologi pembelajaran yang sangat baik untuk dikaji. Insan yang mampu membaca fenomena alam mendapatkan banyak sekali bahan pembelajaran untuk menuangkan sebuah karya. Fenomena alam nan indah dapat dijelaskan secara matematika dengan cara  dibuat persamaannya, diuji dan diterapkan dalam kehidupan.

Serigala Bersayap itu Namanya Elang Harris

Salah satu hewan pemangsa yang mempunyai perilaku unik adalah elang Harris. Harris Hawk (Parabuteo unicinctus) dikenal dengan nama elang Harris, berasal dari famili Accipitridae. Hewan ini merupakan burung pemangsa yang dijuluki sebagai serigala langit atau serigala bersayap. Kemampuannya mirip perilaku serigala dalam melakukan koordinasi saat berburu mangsa telah menimbulkan inspirasi untuk teknologi pembangkit tenaga listrik. Kajian Spesial Jumat Malam (KSJM)  merupakan acara rutin virtual yang diadakan oleh IRo Society, sebuah acara spektakuler yang diprakarsai oleh Prof. Imam Robandi sebagai founder of IRo Society. KSJM ke 169 yang diadakan pada hari Jumat tanggal 19 Mei 2023 adalah Parade Bedah Buku, menghadirkan sebuah karya spektakuler dari Prof. Imam Robandi berjudul:  Algoritme Elang Harris (Optimisasi Sistem Tenaga Listrik). Pembahasnya adalah tiga orang Profesor yaitu:  Prof. Budisantoso (Teknik Sistem dan Industri, ITS), Prof. Riri Fitri Sari (Teknik Elektro, UI) dan Prof. Budimawan (Ilmu Kelautan, Universitas Hasanuddin).

Selama ini terdapat beberapa jenis elang yang hidup di berbagai belahan dunia, salah satunya adalah elang Harris. Bulunya berwarna coklat kemerahan dengan ciri khas terlihat di bagian ekornya karena bagian pangkal dan ujungnya berwarna putih. Umumnya burung elang berburu secara soliter atau sendiri, berlainan dengan elang Harris yang berburu secara berkelompok. Kawanan elang Harris dipimpin oleh seekor elang betina yang mempunyai postur tubuh lebih besar dari elang jantan. Anggota kelompoknya sekitar 2 -- 6 ekor dan berburu mangsa secara bersama-sama. Elang Harris adalah jenis burung yang menyukai habitat sabana beriklim kering. Elang unik ini  menyebar di wilayah Amerika Selatan sampai ke Amerika Utara. Elang Harris mempunyai perhitungan yang sangat cermat saat terbang dan hinggap untuk memantau keberadaan calon mangsa yang berada di habitat tersebut.

Teknik Perburuan Elang Harris dan Adopsi Pembangkit Listrik

Metode berburu secara berkelompok yang diperlihatkan oleh elang Harris terbilang unik. Mangsa tidak akan luput karena adanya koordinasi yang sangat baik dari kawanan itu. Rahasianya adalah setiap anggota kawanan menahu tugasnya masing-masing. Beberapa fakta di waktu lampau menunjukkan bahwa terdapat predator yang gagal melakukan perburuan karena kesalahan perhitungan. Singa Afrika yang terbiasa berburu secara berkelompok akan gagal jika berburu secara soliter dan dikeroyok oleh kawanan hyena. Terdapat kasus lebah pekerja mati gegara tidak menemukan bunga yang menghasilkan nektar. Pencarian posisi bunga penghasil nektar memerlukan energi yang besar dan koordinasi secara sistematis.

Prof. Imam Robandi menjabarkan bahwa perilaku elang Harris mengejar buruannya dengan sangat cerdik. Artinya kawanan ini telah menghitung dengan cermat jumlah anggota yang ikut dalam satu kegiatan perburuan dan siap dengan tugasnya masing-masing. Perhitungan ini dilakukan dengan begitu akurat  karena jumlah elang Harris ditentukan oleh besarnya mangsa. Jumlah kawanan elang Harris yang berburu hakuto (kelinci dalam bahasa Jepang) berbeda dengan jumlah harimau yang akan berburu gajah. Jumlah harimau yang dibutuhkan untuk berburu gajah tidak boleh kurang dari 13 ekor karena besarnya mangsa yang akan dieksekusi.

Kemampuannya terbang tinggi dengan pandangan mata sangat jeli menyebabkan elang Harris mampu mendeteksi mangsa secara cepat. Terbang ke angkasa secara bersamaan merupakan salah satu tindakan dalam memetakan posisi masing-masing. Saat kawanan elang Harris menemukan mangsa, kelompok burung cerdas ini segera melakukan mapping atau pemetaan dari posisinya masing-masing. Setelah itu dilakukan pengejaran yang memberikan kesempatan setiap elang untuk menyerang mangsa dan anggota kawanan lainnya mengepung sehingga mangsa sulit untuk melarikan diri. Teknik pengepungan yang dilakukan oleh kawanan elang Harris menunjukkan model matematika yang sangat rumit. Jika salah satu elang Harris error, anggota kawanan dapat saling bertabrakan dan mangsanya lolos melarikan diri ke tempat yang jauh. Dapat dikatakan bahwa elang Harris telah menghasilkan optimasi yang sangat baik. Hal ini menunjukkan betapa indahnya ciptaan Allah Subhana Wa Ta'ala yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran. Tiada gading yang tak retak, bukankah keretakan adalah puncak kesempurnaan kualitas sebuah gading?

Saya mengutip kalimat Prof. Imam Robandi yang menyatakan bahwa elang Harris telah menunjukkan metode kerja hemat waktu dengan amplitudo yang sangat besar. Analogi kecermatan elang Harris dengan pembangkit listrik adalah digunakannya Power System Stabilizer (PSS). Misalnya terdapat kesepakatan lima orang yang bersedia menyantuni biaya sekolah seorang yatim piatu  dengan mengumpulkan uang dari setiap orang sebanyak lima ratus ribu perbulan. Beberapa bulan kemudian, dua orang penyantun terkendala sehingga tidak dapat memberikan sumbangan dana sesuai yang disepakati, pastilah upaya itu tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.  Penggunaan PSS merupakan tiruan perilaku elang Harris dalam koordinasinya berburu mangsa. Saya senang sekali mendengarkan presentasi dari Prof. Imam Robandi. Sensei spektakuler ini sungguh menahu apa yang ada dalam benak audiensnya tentang topik 'berat' yang dibawakannya. Beliau juga selalu menekankan bahwa nasi campur yang dibeli tidak semua isinya harus dimakan, misalnya duri ikan yang pasti selalu disisakan. Begitu juga dengan belajar ilmu baru, seraplah yang kamu mengerti, sisanya ditinggalkan saja.

Prof. Imam Robandi memberikan lagi satu contoh terkait konvergensi dan koordinasi elang Harris. Terdapat tiga orang tukang batu yang akan memasang ubin keramik. Satu orang tukang memulai dari bagian utara, satu orang dari bagian timur dan satu orang lagi dari bagian selatan. Pertanyaannya adalah apakah mereka bertemu di tengah? Jawabannya adalah secara nyata manusianya pasti bertemu di bagian tengah, apakah ubin keramik itu juga bertemu seperti manusianya? Pemasangan ubin keramik memerlukan koordinasi  yang akurat supaya bertemu di tengah. Begitupun dengan elang Harris yang menggiring mangsa ke bagian tengah untuk dieksekusi. Presisi yang tepat akan memenangkan perburuan tersebut.

Belut Stress Penghasil Listrik Mematikan

Terkait dengan perilaku hewan, di habitat air tawar dikenal predator bernama belut listrik atau sidat.  Hewan ini sangat mematikan karena menghasilkan variasi tegangan listrik sekitar 100 sampai dengan 600 volt. Prof. Budimawan menjelaskan bahwa tegangan listrik yang dihasilkan oleh belut listrik bervariasi berdasarkan gangguan yang terjadi di lingkungan tempat tinggalnya. Respon gangguan yang mengakibatkan ketakutan atau stress pada belut itu, mampu menghasilkan listrik sebesar 600 volt yang mengalir dalam air dan berpotensi mematikan manusia. Saya sangat tertarik mendengar pemaparan  ini. Saya sempat berpikir bahwa  baguslah kalau si belut ini diteliti dan diberikan gangguan terus menerus untuk menghasilkan listrik secara maksimal. Dengan cara itu terdapat kemungkinan penelitinya  dapat membaca menggunakan lampu yang menyala karena simpanan energi yang dihasilkan oleh belut luar biasa itu.

Terkait dengan energi terbarukan, saat ini beberapa tanaman dapat menghasilkan  bioetanol yang menjadi sumber energi yang mulai dikembangkan potensinya. Sagu merupakan salah satu tanaman pangan yang dapat menjadi sumber bioetanol.  Di daerah Maluku dan Papua banyak sekali tumbuh pohon sagu secara alami sehingga menjadi makanan pokok masyarakat di daerah itu.  Hasil penelitian Numberi (2018) menunjukkan bahwa ampas sagu atau ela merupakan limbah yang dihasilkan dari pengolahan sagu menjadi tepung untuk konsumsi masyarakat. Sagu mengandung karbohidrat dan bahan organik lainnya (lignoselulosa, selulosa dan lignin) merupakan hasil ekstraksi pati sagu yang menjadi  sumber karbon. Bioetanol berasal dari ampas sagu merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang dapat diperbaharui, sifatnya ramah lingkungan dan menghasilkan gas emisi karbon yang rendah dibandingkan dengan penggunaan minyak tanah. Selain ampas sagu sebagai bioetanol, sumber energi lainnya adalah cahaya matahari yang dapat dijadikan sebagai sumber listrik. Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa beriklim tropis hanya mempunyai dua musim yaitu: kemarau dan hujan. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai intensitas cahaya matahari gratis sepanjang tahun dan belum dimanfaatkan dengan baik. Prof. Imam Robandi memberikan gambaran bahwa di dalam 1 meter persegi panel solar system (setara dengan 4 buah keset yang disusun berbentuk kotak) mampu menghasilkan energi listrik sekitar 1.400 watt yang dapat menerangi dua buah rumah. Potensi besar dan gratis  ini hendaknya harus terus diteliti supaya meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia di masa yang akan datang (srn).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun