Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist. I believe my fingers...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Medical Check Up, Si Pembuka Rahasia Kehidupan

25 Maret 2023   11:07 Diperbarui: 25 Maret 2023   12:37 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menunggu Nomor Antrian Medical Check Up (Sri NurAminah,2023)

'Saya mau jalani MCU bukan untuk mencari penyakit baru. Kalau memang anda tidak sanggup mencari pembuluh darah saya, silahkan panggil dokter atau Perawat lain untuk membantu.'

Saya merasa sangat kesal mau dijadikan 'kelinci percobaan' pengambilan sampel darah. Apakah ini konsekuensi MCU dibayarkan institusi sehingga ada treatment 'try and error 'untuk klien?

Alhamdulillah, setelah mendengar 'ceramah' saya tentang rasa sakit, perawat itu mencoba mencari lagi, dan berhasil menemukan pembuluh darah yang dicari. Klien jalani MCU untuk mengetahui kondisi kesehatannya bukan untuk stres karena diberikan treatment baru dan tentunya lebih sakit dari treatment sebelumnya. Untunglah saya menolak duluan treatment yang mau diberikan. Kalau tidak, barangkali punggung tangan saya sudah bengkak setelah MCU karena banyak sekali tulang kecil yang berada di area tersebut.

Setelah pengambilan sampel darah, saya diminta ke basement untuk menjalani sesi rontgen (foto thoraks untuk melihat kondisi paru-paru). Saya juga dibekali kartu kuning dan sebuah botol plastik untuk menaruh urine yang dibutuhkan dalam MCU. Setelah pengukuran tinggi dan berat badan, seorang dokter mencocokkan data kesehatan awal dari Google Form dengan kondisi terkini saya saat itu. Setelah itu saya diarahkan menuju ke ruangan rontgen (X-ray) untuk diambil foto kondisi paru-paru. Prosedur rontgen selesai, saya segera menuju ruang USG. Selama jalani prosedur tersebut klien dilarang kencing supaya hasil USG-nya bagus. Dokternya perempuan, meminta saya berbaring di atas dipan. Dia mulai menaruh gel dan memeriksa kondisi internal perut saya. Dokter itu heran, berkali-kali dia memeriksa suatu area di bagian tenga perut

'Disini saya tidak menemukan rahim milik ibu,' Dokter itu menunjuk ke layar monitor.

Saya melihat ke arah yang ditunjuk Dokter sambil tertawa. 

'Iya Dok, rahim saya sudah diangkat karena pendarahan saat melahirkan anak ketiga.'

Itulah kesempatan terbaik saya bertanya kepada Dokter tentang kondisi alat reproduksi di perut saya. Setelah operasi Caesar sekaligus pengangkatan rahim, saya merasa sangat tidak puas dengan pelayanan Dokter kandungan dan RS tempat saya dieksekusi. Perihal saya sudah kehilangan rahim dan kawan-kawannya,  saya menahu tiga bulan setelah operasi. Saat itu kedua anak saya tanpa sengaja bercerita tentang rahim saya yang telah diangkat saat adiknya lahir. Saya yang mendengar percakapan itu merasa sangat marah karena kejadian sepenting itu dirahasiakan oleh keluarga. Rahim atau uterus adalah sumber hormon. Apalah arti seorang perempuan jika dia sudah tidak mempunyai rahim, bagaimana hormon kewanitaan dihasilkan jika produsennya itu telah pergi untuk selama-lamanya? Menopause sudah pasti, tetapi pengaruhnya ke hal lain? Ribuan pertanyaan dan rasa cemas akan masa depan bersama suami tercinta (karena rahim sudah tidak ada) terasa menghunjam di dalam kepala.

Diantar oleh suami, sore harinya saya mengunjungi klinik Dokter yang mengoperasi saya. Jawaban Dokter yang terkesan cuek dan setengah hati  tidak memenuhi rasa ingin tahu saya. Setelah sembilan tahun berlalu, dari hasil MCU saya baru menahu bahwa rahim, indung telur dan mulut rahim sudah tidak ada lagi di perut saya. Secara medis saya harus bersyukur karena sudah tidak mempunyai leher rahim atau serviks yang berpotensi menjadi sarang penyakit kanker. Saya sangat bersyukur menjadi peserta MCU karena saya telah menemukan jawaban mengapa saya harus menopause dini gegara pengangkatan rahim setelah kelahiran si putri bungsu. Setelah pemeriksaan USG, saya diminta menyimpan urine di dalam keranjang yang terdapat di luar toilet. Proses MCU selesai setelah saya mengembalikan kartu kuning ke Lounge RS. Hasil pemeriksaan lengkapnya akan dikirimkan via email yang telah didaftarkan.

Ketakutan menghadapi alat medis atau rasa tidak nyaman berada di RS adalah hal yang sangat manusiawi dan wajar adanya. Menjalani MCU membutuhkan jiwa besar untuk mendengar vonis adanya alien atau penyakit berbahaya yang bersemayam dalam tubuh kita. Seorang individu adalah penentu hidupnya mau sehat atau tidak. Sebelum menjalani MCU, klien harus bertanya secara rinci tentang fasilitas pemeriksaan yang akan dijalani, bagaimana prosedurnya, apa persyaratannya dan berapa biayanya. Informasi awal sebelum melakukan MCU mutlak adanya supaya klien siap lahir dan batin menjalani proses tersebut. Semoga artikel ini membawa pencerahan untuk Pembaca yang akan menjalani MCU. Salam sehat dan bahagia selalu (srn).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun