Hasil eksperimen lainnya adalah: maggot yang diberikan limbah kopi berasal dari kafe menunjukkan dampak unik pada tanaman kentang yang diberikan kasgot mengandung kafein. Kentang tersebut memberikan sensasi aroma kopi di dalam umbinya sehingga dianggap mampu membuat terobosan baru dalam bidang kuliner.
Seperti yang telah dituliskan sebelumnya bahwa maggot sangat rakus dalam memakan bahan yang berasal dari sampah organik, limbah rumah tangga dan rumah makan. Di dalam upaya menjaga berlangsungnya keamanan hayati dan kemudahan quality control, sangat dianjurkan memberikan pakan tunggal untuk perbanyakan massal maggot.Â
Pemberian limbah campuran pada proses perbanyakan maggot sangat sulit dihitung nilai kandungan nutrisinya. Bangkai BSF juga dapat dijadikan pakan maggot dan berpotensi menarik kedatangan BSF lainnya.Â
Salah satu jenis bahan organik yang banyak terbuang adalah limbah kelapa sawit, dapat dijadikan substrat perbanyakan maggot. Hal ini merupakan kabar bahagia untuk produsen minyak kelapa sawit karena memanfaatkan maggot untuk mendapatkan produk bernilai ekonomis dari limbah yang dihasilkannya.
Saat ini bukan hanya sapi, kambing dan kerbau yang menjadi hewan ternak namun maggot juga berpotensi untuk diternakkan. Frekuensi feeding management untuk maggot dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: Pemberian pakan untuk maggot selama 2 hari sekali atau pakan untuk 10-12 hari diberikan sekaligus.Â
Perlu diingat bahwa lapisan pakan maggot berkisar 2cm, ada pula peternak memberikan lapisan setebal 5-10cm. Lapisan pakan yang terlalu tebal berpotensi menyebabkan kenaikan suhu dan menghasilkan amoniak yang bersifat racun untuk maggot. Berat pakan yang diberikan berkisar 1-2,5 kg. Sangat dianjurkan sehari sebelum panen tidak diberikan pakan supaya lambung maggot kosong sehingga menghasilkan minyak yang bersih.
Di dalam perbanyakan massal BSF, tidak dianjurkan dilakukannya in-breeding karena rusaknya kualitas genetik, menurunnya produksi telur dan jumlah lalat yang akan menghasilkan maggot (srn).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H