Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist. I believe my fingers...

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Rumput Pembawa Bencana

6 Februari 2023   14:37 Diperbarui: 7 Februari 2023   01:34 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gulma alias tumbuhan liar yang merugikan lahan pertanian telah lama dianggap sebagai pesaing dalam sistem budidaya tanaman.

Rumput merupakan salah satu gulma yang sangat mudah tumbuh di berbagai tempat utamanya di dekat aliran air, lapangan, tepi kolam, tanah lembab dan lain-lain.

Terdapat dua macam gulma yang hidup di alam yang dibedakan berdasarkan bentuk daunnya yaitu: vegetasi berdaun sempit dan daun lebar. 

Tumbuhan liar atau gulma berdaun sempit terbagi lagi menjadi kelompok rumput (grass) dan teki (sedges). Walaupun terlihat sama, rumput dan teki mempunyai perbedaan mendasar: Batang rumput bentuknya bulat dan batang teki berbentuk segitiga. Selain perbedaan performa fisik, tempat tumbuh gulma juga berbeda yaitu: darat dan air. 

Realitas Gulma di Lahan Pertanian

Beberapa fakta gulma dianggap sebagai organisme yang memberikan dampak negatif yaitu: kemampuan tumbuh gulma lebih cepat dari tanaman milik petani.

Tumbuhan liar ini mampu merampas unsur hara dan air yang berada di dalam tanah, ruang tumbuh serta cahaya matahari sebagai komponen penting melakukan fotosintesis.

Daun gulma yang tumbuh subur telah menutup tanaman di bawahnya sehingga tidak mendapatkan cahaya. Hal ini menyebabkan tanaman budidaya kerdil performanya.

Terdapat jenis gulma penghasil cairan beracun dari akarnya (dinamakan allelopati) yang mampu mematikan tumbuhan lain di sekitarnya. Alang-alang penghasil allelopati menyebabkan tanah miskin hara dan tandus. 

Para ahli lingkungan memandang penyebaran gulma sangat cerdas dengan cara memanfaatkan seluruh potensi diri dan habitatnya yaitu: biji kecil dan bersayap sehingga mampu terbawa angin, dihanyutkan air, terikut pada tanah, hasil panen, melekat di badan manusia (topi, baju, celana, sepatu) dan kotoran di alat pertanian.

Telah lama diketahui bahwa petani menyiangi secara berkala gulma khususnya rumput untuk mengurangi terjadinya kompetisi mendapatkan nutrisi dengan tanaman budidaya.

Penyiangan gulma sebagai tumbuhan pengganggu merupakan salah satu bagian pengendalian serangga hama dan mikroba penyakit tanaman yang menggunakan gulma sebagai tempatnya berkembang biak. Petani memanfaatkan perolehannya berupa rumput segar dan setengah kering sebagai pakan hewan ternak. 

Beberapa jenis burung sejak lama telah memanfaatkan helaian rumput kering sebagai sumber material pembuat sarang. Secara alami rumput kering dan limbah pertanian organik dapat terurai kembali ke tanah menjadi pupuk.

Adanya lignin dan selulosa penyusun dinding sel tumbuhan memakan waktu sangat lama jika diuraikan secara alami melalui pembusukan dalam tanah sehingga harus ditambah dengan mikroba pelapuk. 

Bukan hanya rumput yang menjadi limbah pertanian, tumpukan jerami padi setelah panen bermanfaat sebagai pakan kaya nutrisi yang mudah diserap pencernaan ternak.

Hasil penelitian Mustabi et al. (2018) menunjukkan bahwa penambahan mikroba jamur pelapuk dapat meningkatkan kandungan protein kasar jerami padi.

Jamur Coprinus comatus memberikan hasil tertinggi peningkatan protein kasar jerami padi sebesar 58,52%. Jamur pelapuk lainnya adalah Lentinus torulosus dan Corilopsis polyzona meningkatkan protein kasar jerami padi masing-masing sebesar 58,20% dan 56,35%. 

Terkait dengan masa inkubasi jerami padi yang berkisar 15 sampai dengan 30 hari menunjukkan bahwa semakin lama waktu inkubasi jamur pelapuk menunjukkan semakin tingginya kandungan protein kasar pada jerami padi. Jamur Coprinus comatus dengan masa inkubasi 30 hari memberikan hasil terbaik meningkatkan kualitas nutrisi jerami padi. 

Waktu inkubasi lebih dari 15 hari memberikan peluang kepada protein jamur pelapuk untuk bereaksi secara maksimal pada material itu. Semakin lama masa inkubasi, semakin rendah kandungan lemak kasarnya. Hal ini berarti bahwa proses fermentasi jamur pelapuk sukses mencerna lemak kasar untuk pertumbuhannya. 

Penjelasan ilmiahnya adalah berkurangnya kandungan lemak kasar terjadi karena adanya perubahan kimiawi menggunakan lemak kasar menjadi glukosa.

Penurunan kandungan serat kasar menunjukkan bahwa jamur pelapuk mampu menguraikan serat kasar menjadi senyawa lebih sederhana dan mudah larut.

Penurunan ini sangat menguntungkan karena nutrisinya mudah diserap oleh pencernaan ternak. Inilah tujuan jangka panjang dilakukannya penyiangan tanaman budidaya dan sanitasi lingkungan karena rumput yang berstatus sebagai tumbuhan pengganggu memberi manfaat sebagai sumber nutrisi hewan lainnya.

Sri NurAminah (2023) Dokpri
Sri NurAminah (2023) Dokpri

Jenis Rumput Favorit Organisme Pengganggu Tanaman

Sejak dikenalnya sistem budidaya padi, sawah yang menghampar berwarna kuning keemasan penuh bulir padi merunduk merupakan dambaan petani.

Selain adanya hama dan penyakit, kehadiran gulma khususnya rumput sebagai pembawa bencana dan menyukai bertumbuh di sekitar sawah menjadi pekerjaan rumah petani supaya rutin memonitoring tanamannya. 

Tanah bekas tumbuh alang-alang dapat dikembalikan kesuburannya dengan cara sanitasi dan menambahkan pupuk kandang bercampur mikroba yang meningkatkan kesuburan tanah.

Gulma berdaun sempit lainnya adalah: rumput belulang (Eleusine indica), rumput grinting (Cynodon dactylon), rumput kerbau (Paspalum conjugatum), padi liar (Oryza rufipogon) telah menjadi tempat berlindung dan berkembang biak wereng coklat, hama putih palsu dan wereng hijau.

Perlu diketahui bahwa wereng hijau sangat berbahaya karena kemampuannya merusak tanaman padi dan vektor virus penyakit tungro.

Selain jenis rumput yang telah disebutkan sebelumnya, beberapa jenis rumput lainnya yang berbahaya jika dibiarkan tumbuh di sekitar sawah adalah: rumput ceker ayam (Digitaria ciliaris) dan rumput bebek (Echinochloa colona).

Kedua jenis rumput ini menjadi sumber utama penyakit blas Pyricularia grisea yang menyerang tanaman padi saat sawah mengalami bera.

Rumput lainnya adalah Leersia sp. dan Echinochloa colonum menjadi favorit bakteri Burkholderia glumae, penyebab busuk bulir bakteri tanaman padi.

Kedua jenis penyakit ini sangat fatal, berpotensi menyebabkan kehilangan hasil pertanian sebesar 100% karena menyerang tanaman padi secara cepat jika tidak terpantau kehadirannya di sawah (srn).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun