Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist, I believe my fingers, https://www.aminahsrilink.com/

Selanjutnya

Tutup

Hukum

PRT dan Indahnya Masa Kecilku

2 Februari 2023   14:12 Diperbarui: 2 Februari 2023   14:19 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pekerja Rumah Tangga atau PRT merupakan tenaga kerja yang membantu pekerjaan di rumah. Tanggal 15 Februari 2023 adalah hari PRT Nasional yang ke-16 sejak ditetapkan pada tahun 2007 untuk mengingat kembali tragedi kematian Sunarsih, PRT yang meninggal karena penyiksaan majikannya. PRT adalah manusia yang mempunyai hak berkehidupan layak dan dihormati.  Saya berfikir bahwa seorang manusia yang dijauhkan dari kemuliaan karena perilakunya tidak terpuji. Selama seseorang pekerjaannya halal dan ikhlas, layaklah dia diberikan apresiasi atas upayanya itu. 

Ina dan Kucing Pincang

Sejak puluhan tahun yang lalu, orang tua saya telah mempekerjakan PRT untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rumah.  Suasana rumah bertambah ramai karena adanya kakak sepupu  bertinggal di rumah kami. Orang tua saya memperlakukan PRT layaknya keluarga sendiri karena mereka selalu terlibat aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari. Saya masih ingat, saat masih kelas tiga Sekolah Dasar, saya sangat ingin memelihara seekor kucing namun dilarang Ibu dengan alasan jorok karena suka pup sembarangan. Setiap kali saya membawa kucing pulang ke rumah, tidak cukup 24 jam kucing itu langsung diangkut ke pasar alias dibuang oleh orang suruhan Ibu. Saya sampai nekad mengangkut Menci, kucing kepunyaan Tante menaik becak sejauh 5 kilometer hanya untuk menjadi teman bermain di rumah. Saat Ibu saya menahu keberadaan Menci, segera tukang becak suruhan Ibu membawa Menci ke suatu tempat yang jauh dari rumah. Saya benar-benar sedih yang sesedih-sedihnya karena kehilangan Menci. Saya juga harus menerima luapan kemarahan Tante yang kecewa karena saya tidak dapat menjaga Menci dengan baik.

Saat Ina (nama PRT pertama di rumah kami) mulai bekerja, dialah malaikat yang mewujudkan keinginan saya memelihara kucing. Ina seorang PRT yang rajin dan sabar. Rambutnya panjang, selalu tersenyum dan ada bekas luka dalam di dahinya. Usianya sekitar sepuluh tahun lebih tua dari usia saya saat itu. Suatu hari, pulang sekolah saya bertemu seekor kucing betina pincang, warnanya belang tiga. Kucing itu lapar dan mengikut kemanapun saya berjalan. Saya langsung jatuh cinta sehingga nekad membawanya pulang ke rumah. 

Dengan bantuan Ina, kucing betina cacat itu berhasil saya pelihara dalam garasi, tentunya tanpa sepengetahuan Ibu. Saya memberinya nama Icang karena kaki kanannya pincang. Saya kurang menahu penyebab kakinya menjadi pincang seperti itu. Saya suka sekali pada Ina karena dialah orang yang sukses meyakinkan Ibu bahwa Icang tidak akan jorok selama bertinggal di rumah kami. Ina juga telaten menjaga Icang selama saya pergi ke sekolah. Saya adalah anak perempuan tunggal, tiga adik saya semuanya laki-laki. Ina tidur dalam kamar saya sehingga saya merasa betah di rumah. Ina merawat saya dengan penuh kasih sayang, termasuk memasak sayur favorit saya, bayam campur jagung. Dia sering bersiul dan mengajarkan saya nyanyian dari kampung halamannya yang berada di atas gunung. Ina suka bercerita tentang gunung-gunung di sekitar rumahnya sampai saya terlelap di sampingnya.

Kedatangan Ina sebagai PRT ke rumah memberikan masa kecil penuh kegembiraan untuk saya. Banyak sekali kenangan manis saya lalui bersama Ina dan Icang. Dia mengajari saya bagaimana cara merawat kucing, termasuk membersihkan pupnya supaya terhindar dari kemarahan Ibu. Ketika Icang beranak empat ekor, Ibu memberikan ijin kepada saya untuk meletakkan kardus di sudut dapur yang hangat untuk tempat Icang dan anak-anaknya. Ina juga satu-satunya PRT kami yang tertera namanya  di dalam Kartu Keluarga.  

Ina diberikan nama Ina Haryani sebagai pengakuan di Kartu Keluarga bahwa adalah dia adalah keluarga kami. Saat saya kelas 6 Sekolah Dasar, Ina meninggalkan rumah karena keluarganya datang menjemput untuk menikahkan Ina di kampung dengan pemuda pilihan orang tuanya. Saya menangis sejadi-jadinya, tidak rela Ina pergi. Sambil berurai air mata, Ina meninggalkan baju kesayangannya untuk saya peluk saat merasa rindu kepadanya. Saya sempat sakit setelah kepergian Ina namun takdir Tuhan ada perjumpaan ada pula perpisahan harus saya jalani. Setelah Ina pergi, datanglah Marni, Samsiah, Rosi, Sutra... dan paling terakhir Nia, PRT yang bekerja di rumah saat saya menjelang lulus S1.

Seperti halnya Ina dan pembantu sebelumnya, Nia juga tidur di dalam kamar saya dalam ranjang yang berbeda. Nia menempati sebuah ranjang kayu kecil berada di samping  meja belajar. Setiap malam Nia memutar siaran dangdut dari radio, sambil terkantuk-kantuk dia menemani saya yang sibuk berkutat menyelesaikan tugas kuliah.  Suatu hari Nia sakit demam, ternyata penyakit malarianya kambuh. Selama beberapa minggu saya menggantikan tugas Nia, membuat bubur, menyuapi Nia makan, mengompres dan mengantarnya ke dokter dengan menaik becak.  Saat mendengar saya akan menikah, semangat hidup Nia surut drastis. Dia mulai bermalas-malasan dan suka duduk menyendiri di jendela dengan mata menerawang. Saya mulai jarang berinteraksi dengan Nia karena sibuk mengurus hari pernikahan yang semakin dekat. 

Tibalah hari pernikahan saya, Nia hadir mengenakan seragam pagar ayu dengan mata sembab. Setelah menikah saya diboyong suami ke rumah orangtuanya dan bertinggal di sana. Hati saya ingin sekali membawa Nia ikut serta karena dia sudah saya anggap seperti adik saya sendiri. Apa daya kami belum punya tempat tinggal sendiri, tidak mungkinlah Nia bertinggal di rumah mertua yang sesak dengan saudara ipar dan anak-anaknya. Saya dan suami berencana memboyong Nia setelah kami berhasil mendapatkan KPR. Kabar bahagia ini saya sampaikan ke Nia, namun ekspresinya datar saja. Saya menahu, untuk Nia kabar ini adalah 'panggilan tidak jelas' dan sifatnya hanya menghibur.

Saat saya datang ke rumah mengambil barang kiriman, Ibu saya menyampaikan sepucuk surat dari Nia yang mengabarkan bahwa PRT itu telah pergi. Sifat keras kepala Nia semakin menjadi-jadi setelah saya menikah. Akhirnya PRT itu  berhenti bekerja dan  meninggalkan biaya tunggakan telepon rumah yang lumayan menguras kantong. Ternyata Nia suka menghubungi temannya menggunakan telpon SLJJ saat orang tua saya tidak berada di rumah. Tidak ada barang lain yang diambilnya. Rupanya Nia memutuskan meninggalkan rumah setelah saya sibuk dengan keluarga baru. Saya merasa ini adalah bentuk pemberontakan dan rasa kesal PRT terhadap saya yang tidak mampu disampaikannya secara langsung.

UU PRT dan Kemanusiaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun