Mohon tunggu...
Sri Setiyowati
Sri Setiyowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis, Ibu Rumah Tangga Professional

Setiap diri adalah manusia pembelajar. Seorang ibu rumah tangga yang ingin terus belajar dan menulis untuk mengembangkan kemampuan diri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran Tatap Muka Terbatas, Wujud Rasa Percaya Pihak Orangtua pada Sekolah dan Lingkungan

2 Oktober 2021   17:11 Diperbarui: 2 Oktober 2021   17:39 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Pembelajaran Tatap Muka Terbatas. Dok. SMPIT Al Muqorobin Depok

Selama empat hari anak saya menjalani sekolah uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Setelah beberapa kali mengisi form persetujuan yang diminta pihak sekolah dan mengalami penundaan, pada akhirnya terlaksana juga PTM di sekolahnya.

Ternyata, tidak mudah bagi sekolah mendapat persetujuan dari Dinas Pendidikan di wilayah Depok untuk penyelenggaraan pembelajaran  tatap muka, ada persyaratan yang harus dipenuhi pihak sekolah demi kesehatan dan keamanan siswa.

Sebenarnya saya pribadi "galau" untuk menyetujui sekolah dengan pembelajaran tatap muka ini, mengingat anak saya memiliki riwayat sakit autoimun dan belum mendapat persetujuan dokter untuk vaksin. 

Belum lagi, beberapa bulan sebelumnya kami sekeluarga juga menjadi penyintas Covid-19, menambah keraguan mengikuti PTM. Kebetulan, anak saya siswa salah satu SMPIT di Depok sehingga siswa sudah diwajibkan vaksin. 

Pihak sekolah pun gencar memberi informasi jadwal vaksin Covid- 19 bagi siswa, jadi yang ada dibenak saya, biarlah orang di sekitar anak saya menjalani vaksin sehingga terbentuk herd imunnity di lingkungan sekolahnya. Itu salah satu alasan mengapa saya memberikan izin mengikuti PTM.

Namun, tentu saja itu bukan satu-satunya alasan. Ada alasan lainnya yaitu cepat atau lambat kita harus siap untuk menjalani kehidupan normal dan mulai kehidupan transisi dari Pandemi Covid-19 menjadi Endemi Covid-19. 

Endemi adalah kondisi penyebaran virus terbatas pada daerah tertentu dalam jumlah dan frekuensi yang rendah, sehingga mereka yang tertular akan mendapatkan penanganan yang maksimal. Hanya saja meski statusnya berubah menjadi endemi, tidak berarti penyakitnya akan hilang. 

Saat ini yang dilakukan pemerintah adalah memperluas skala vaksin dan menghimbau masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan.
Banyak hal yang menjadi perhatian orang tua ketika pemerintah sudah mengizinkan untuk pelaksanaan PTM. 

Berbagai macam pertanyaan muncul bahkan sempat ada meme dengan tulisan, yang di vaksin mahasiswa kenapa yang sekolah anak SD? atau pertanyaan apakah pihak sekolah terutama guru, bisa mengawasi anak-anak untuk tetap bertahan memakai masker, jaga jarak dan tidak saling mengobrol? 

ada juga keraguan jika sang anak sekolahnya menggunakan akomadasi antar jemput  jasa kendaraan online atau ojek langganan, takutnya susah tracking jika ada kasus?  atau pertanyaan lain seperti, saya yakin dengan anak saya yang patuh prokes,tetapi bagaimana dengan anak yang lainnya? 

Begitu banyak pertanyaan dan keraguan yang ada dibenak orang tua saat akan memutuskan PTM. Tentu saja itu hal wajar. Ada perubahan besar dalam fase kehidupan normal kita dalam dua tahun ini.

Pertama, kita semua terkejut saat anak kita biasa bersekolah dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar tiba-tiba harus terhenti dan tinggal di rumah karena pandemi. 

Penyesuaian sistem sekolah tatap muka menjadi online dengan segala masalahnya membuat kita sebagai orang tua kelimpungan dan mencoba beradaptasi.

Kedua, saat kita sudah mulai beradaptasi dengan pandemi dan mulai menerima kebiasaan kehidupan dengan banyak keterbatasan kemudian ada perubahan lagi yaitu mulainya kembali pada kehidupan normal, tetapi masih ada risiko yang mengintai anak kita saat berada di sekolah. Kita pun dipaksa untuk beradaptasi lagi dengan kebiasaan baru yang tentu saja tidak mudah dengan cepat menyesuaikan diri.

Pada dasarnya, semua itu tergantung pada rasa percaya kita terhadap lingkungan sekolah dan melepas anak-anak untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Dalam hal ini, peran pihak sekolah sangat besar untuk menumbuhkan rasa percaya orang tua melepaskan anak-anaknya kembali ke sekolah.

Dari pengalaman saya untuk melepaskan anak-anak mengikuti PTM adalah bagaimana pihak sekolah menjelaskan dengan detail bagaimana sistem pembelajaran yang akan dilakukan. 

Sosialisasi merupakan salah satu cara pihak sekolah berkomunikasi dengan orang tua murid.  Ada beberapa hal yang menjadi pembahasan saat sosialisasi, yaitu :

1. peraturan pembatasan jumlah siswa di kelas dan jadwal masuk sekolah

2. jumlah jam tatap muka terbatas

3. setiap siswa harus taat protokol kesehatan dan diharap membawa bekal dan peralatan sendiri.

4. pengaturan alur jalan kedatangan siswa dan pulang sekolah melalui jalan yang berbeda di lingkungan sekolah sehingga tidak terjadi penumpukan dan kerumunan. Walaupun hal ini tergantung kondisi sekolah masing-masing karena berhubungan dengan lahan.

5. ada pula syarat lain yaitu komitmen orang tua dan pihak sekolah  jujur memberikan informasi apabila ada yang sakit, atau beberapa hari sebelumnya siswa melakukan perjalanan keluar kota atau bertemu banyak orang. Hal tersebut untuk antispasi jika ada yang tertular covid 19 dapat segera di tracking siapa saja yang sebelumnya bertemu.

Adanya sosialisasi PTM tentunya akan sedikit banyak menambah kepercayaan kita kepada pihak sekolah. Selebihnya, kita menanamkan kepercayaan kepada anak-anak untuk menjaga dirinya sendiri di luar pengawasan orang tuanya. 

Seperti anjuran Nadiem Makarim, jika kita tidak secepatnya memberlakukan PTM, tidak menutup kemungkinan bangsa kita mengalami lost generation, loss learning dan berkurangnya sikap sosial serta kepekaannya terhadap lingkungan sekitar dan teman sepermainannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun