"Wah maaf bu saya kurang memperhatikan anak ibu" kata wali kelasnya
"Gubrag"
Memang sih ngajar kelas satu SD memang kudu ekstra suabaaarr, perhatian, dan merawat anak-anak yang bermasalah juga (Saya mengerti karena saya dulu pernah mengajar SD pada saat masih kuliah).
"Maaf bu, boleh saya tuliskan semua yang anak saya ketinggalan?"
"Oh tentu bu, ini semua materinya"
Dan jadilah saya sekertaris anak lelakiku selama satu bulan ke depan. Setiap pagi harus ke kelas dulu melihat catatan yang belum ditulis anak saya, menayakan pelajaran ke wali kelas dan wali murid yang mengantarkan.
Akhirnya sayapun lagi-lagi minta tolong guru kelas agar di pindah tempat duduk nya di depan guru dan minta tolong orang tua murid yang tiap hari mengantar sekolah dan ngetem di kantin sekolah agar mengingatkan anakku. Bersyukurnya saya dikelilingi oleh orang-orang baik yang mau membantu pada saat saya membutuhkan. Anak lelakiku akhirnya bisa belajar dengan normal. Belakangan saya mengetahui bahwa apa yang dilakukan anak saya yg laki-laki adalah bentuk minta perhatian dari ibunya.
Lagi-lagi ini salahku karena anak lelakiku ini masih belum berumur 6 tahun waktu masuk SD, padahal usia masuk SD kan 7 tahun. Ini emaknya yang maksain banget agar anaknya sekolah karena di rumah nggak ada pembantu. Maafkan ibu nak.
Pelan-pelan saya mulai intens menjadi pendengar yang baik bagi anak-anak saya. Dan mereka sudah mulai merasa nyaman untuk bercerita tentang apa saja yang dialami dan masalah yang dihadapi.
Sekali lagi saya bersyukur bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi anak dengan baik dan solusi yang tepat. Ini berkat dukungan dari lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal dan orang-orang baik yang dengan iklas mambantu saya. Terima kasih pada orang-orang baik yang pernah hadir dalam kehidupan saya. Tak lupa berterima kasih pad Tuhan yang sudah menuntunku membesarkan anak-anak saya.
