Mohon tunggu...
Sri Rahayu
Sri Rahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Menyukai literasi

Seorang ibu rumah tangga

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Luar Biasa, Ibuku Memberikan ASI Eksklusif pada 6 Anaknya

22 Agustus 2023   09:42 Diperbarui: 22 Agustus 2023   10:22 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibuku Memberikan ASI Eksklusif Pada 6 Anaknya

Ingin berbagi cerita tentang keluargaku semasa aku kecil. Bapakku adalah pegawai negri di Dinas Perikanan yang letak kantornya tak jauh dari rumah sedangkan ibukku adalah Ibu Rumah Tangga yang aktif menjalankan kegiatan di rumah. Terkadang ikut kursus yang diselenggarakan oleh kantor bapakku.

Aku adalah anak yang paling besar jadi aku banyak mengetahui perkembangan adik-adikku. Ibukku adalah wanita hebat yang pernah aku kenal. Dari mulai aku, ibukku memberi ASI ekslusif selama 2 tahun. Pada masa pembeian ASI selama 1 tahun, bayi tidak menerima asupan apa-apa selain ASI. Baru pada saat diatas 1 tahun dikenalkan dengan bubur yang dicampur sayur-sayuran yang diambil dari pekarangan rumah. Aku masih ingat betul pada saat masih balita memetik bahan untuk dimasak dari pekarangan dan belanja di warung dekat rumah. 

Untungnya ibu golongan wanita yang bisa memproduksi banyak ASI. Kuncinya banyak mengkonsumsi makanan yang bisa memperlancar ASI berupa sayur-sayuran yang bisa diambil dari pekarangan rumah sendiri dan yang paling terpenting adalah tidak stress. Pada saat memberikan ASI kulihat ibukku sangat banyak makannya dan selalu lapar karena bayinya hanya mengkonsumsi ASI saja. Dan pada saat bayi sakit tidak pernah ke dokter tapi ibukku yang minum obatnya. "Makanan yang di makan pasti akan langsung sampai ke bayi melalui ASI" begitu kata ibuku jadi ibu selalu berhati-hati pada saat makan. 

Sebagai buktinya pada saat ibuku khilaf makan rujak yang super pedas, maka bayinya akan mencret. Ini berdasarkan pengalaman saja ya. Saya sendiri jujur belum pernah membaca artikel yang menyebutkannya. Nah pada saat anak sudah berumur hampir 2,5 tahun ada yang namanya "disapih". Disapih adalah proses pemberhentian memberikan ASI pada bayi. Pada saat ini agak sedikit drama. Karena ikatan batin yang terlalu kuat antara ibu dan bayi kadang membuat ibu iba atau kasihan kalau anaknya nangis minta menyusu.

Terdakang juga anak sakit pada proses ini. Pada proses sapih ini sang ibu harus sabar menghadapi perilaku yang aneh-aneh dari anak. Dulu ibukku memberikan betadine pada puttingnya pada saat anak minta ASI. "Mimiknya ibuk sakit bentar ya mau diobatin" Anak akan merasa kasihan dan tidak minta Asi lagi. Kadang dikasih "kinco" atau jerohan ikan bandeng yang sudah dimasak yang rasanya pahit.

Menurut orang tuaku (ini juga saya hanya berdasarkan pengalaman ya), pemberian ASI eksklusif pada anak adalah juga menjadikan sebagai alat kontrasepsi. Sebagai buktinya, ibuku mempunyai anak setiap tiga tahun sekali. Jadi pada saat anak berhenti ASI ibuku melahirkan anak berikutnya. Sungguh wanita yang luar biasa, beliau memberikan ASI ekslusif selama 2 tahun pada ke enam anaknya (kalau ditotal beliau memberi ASI selama 12 tahun). Sungguh luar biasa. Ditambah membesarkan 6 orang anak tanpa pengasuh ataupun pembantu. Benar- benar beliau sendiri yang melalukan semua aktifitas rumah tangga.

Apa yang di dapat sebagai anak penerima ASI eksklusif? Lagi-lagi menurut pengalaman yang aku alami sendiri di keluargaku. Aku dan ke lima adikku jarang sakit. Kalaupun sakit hanya flu biasa yang bisa diobati dengan obat yang ada di pasaran. Bahkan sampai seumuranku yang diatas 50 tahun sekarang inipun, alhamdulillah belum pernah di rawat di RS atas penyakit tertentu. Dirawat di Rumah Sakit hanya pada saat melahirkan saja.

Demikian catatan sederhana tentang pengalamanku dan adik-adikku sebagai penerima ASI dari wanita hebat IBUKU

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun