Mohon tunggu...
Sri Rahayu
Sri Rahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Menyukai literasi

Seorang ibu rumah tangga

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Melatih Mengelola Keuangan dari Usia Dini

21 November 2022   14:28 Diperbarui: 21 November 2022   14:41 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Pada artikel kali ini saya hanya ingin berbagi cerita pribadi bagaimana melatih anak mengatur keuangan sendiri secara mandiri yang saya terapkan sejak dini pada anak-anak saya. Kita sebagai orang tua bisa melatihnya dengan cara yang sangat sederhana dalam kehidupan sehari-hari. 

Pada pengajaran dini ini orang tua yang membimbing serta memberikan arahan dan kepercayaan pada anak. Begitu juga tentang penanaman disiplin, kejujuran dan tanggung jawab yang wajib diterapkan pada anak mulai dari usia dini.

Saya memulainya dengan memberikan uang saku pada anak saya pada saat anak saya kelas 2 Sekolah Dasar. 

Pada waktu itu saya masih kerja dan saya memberikan uang saku pada saat saya gajian sebulan sekali. Karena waktu SD masih ada jemputan (jadi tidak saya kasih uang transport) maka kalkulasi saya uang saku yang saya berikan hanya untuk jajan saja ditambah uang iuran sukarela setiap hari jumat. 

Misalkan budget jajan yang saya berikan perhari Rp.10.000 dan uang sukarela Rp.3000 maka uang yang saya berikan dikalikan berapa hari masuk sekolah. Misalkan per bulan saya hitung masuk sekolah 23 hari. Maka uang saku yang saya berikan Rp.10.000 x 23 = Rp.230,000 ditambah uang infak hari jumat Rp.3000 x 4 = Rp.12,000. Jadi total per bulan Rp.422.000. 

Saya memberikan 2 dompet ke anak saya. Dompet pertama buat uang yang diterima dari saya dan dompet kedua yang digunakan untuk uang sisaan uang saku (jadi semacam tabungan pribadi sisa uang saku). 

Dompet pertama akan otomatis habis setiap akhir bulan dan idealnya dompet kedua akan terisi terus biarpun sedikit-sedikit. Disini anak akan saya latih untuk tidak minta uang tambahan apabila tiba-tiba ada iuran mendadak yang kisarannya tidak terlalu banyak. Seperti contohnya saweran seribu atau dua ribu rupiah apabila ada orang tua murid atau anak yang sakit. 

Ini saya terapkan mulai dari anak pertama saya SD kelas 2. Dan saya bersyukur bisa berjalan sesuai dengan arahan dari saya. Sebagai catatan anak saya waktu itu pulang sekolah jam satu jadi bisa makan siang di rumah dan saya anjurkan agar selalu bawa air minum dari rumah, berangkat sekolah sealu sudah sarapan dan minum susu.

Nah pada saat SMP karena sudah tidak ada jemputan maka ditambahkan uang transport yang saya hitung sesuai dengan angkutan umum yang dipakai. Dan pulang sekolahnya sudah jam setengah tiga dilanjutkan les, maka ditambah uang makan siang. 

Apabila dia kebetulan diajak bareng pulang atau berangkat sekolah dengan teman sekolahnya maka uang transportnya akan masuk ke dompet kedua sebagai tabungan atau uang cadangan yang bisa dipakai buat keperluan pribadi. Suatu hari anak saya mau nonton dan ijin ke saya

"Bu, saya mau nonton sama teman-teman. Film nya bagus bu dan uang tabungan saya masih ada buat beli tiketnya" katanya pada suatu hari

"Ya kak boleh, tapi hati-hati ya. Nanti pulang kerja ibu jemput di mall tempat kalian nonton. Berapa orang?"

"Ada 5 orang bu cewek semua"

Sepulang kerja saya jemput mereka, ajak mereka makan dulu dan kemudian nganterin ke rumah mereka satu persatu. Diperjalanan pulang waktu kami sudah berdua, kami ngobrol

"Bagaimana nontonnya tadi?"

"Wah keren banget bu. Terus aneh deh bu, tadi pas kami samper Andin di rumahnya yang dekat dengan sekolah. Kok dia minta uang mamanya ya buat nonton. Emang tidak semua anak dikasih uang saku sebulan sekali kayak aku ya bu?"

"Tidak semua orang tua menerapkan cara seperti kita kak. Banyak diantara kalian yang punya cara masing-masing yang baik menurut keluarga mereka" jelasku

"Iya ya bu. Saya pernah nanya sama Kiki kan bu temen aku. Katanya kalau dikasih uang dari orang tuanya banyak langsung dihabisin buat traktir teman-temannya. Terus dia minta lagi sama mamahnya. Mamahnya suka marah katanya boros. Jadinya dikasihnya ya setiap hari jadinya"

"Oh gitu" jawabku singkat

Saya nggak berani menjelekkan cara-cara orang tua yang lain dalam hal ini karena nanti akan membekas di pikiran anakku takutnya akan mempunyai efek negatif. Saya hanya bilang

"Setiap keluarga punya cara sendiri-sendiri yang berbeda-beda untuk tujuan kebaikan anak-anaknya"

Hal yang sama juga saya terapkan pada anak kedua saya. Ada sedikit unik antara anak pertama dan kedua. Anak pertama memang lebih teliti dalam perhitungan pengeluaran, pemasukan serta tabungan sedangkan anak kedua tidak seteliti anak pertama. 

Tapi pada dasarnya saya mengajarkan hal yang sama pada keduanya tentang bagaimana mengelola uang, menyesuaikan uang yang diterima dengan seberapa uang digunakan yang tidak boleh melebihi dari uang yang diterima.

Anak pertama waktu masih sekolah boros nya di pembelian kosmetik dan perawatan muka yang ala-ala ABG. Sekarang si kakak sudah kerja dan sudah bisa kasih uang saku adiknya. Dan cara yang saya terapkan dari kecil benar-benar tertanam dalam dirinya. Pendidikan dini pada anak rupanya pengaruhnya luar biasa.

Sedangkan anak kedua saya yang cowok lebih boros pengeluarannya untuk makan. Belakangan dia minta bekal makan siang dari rumah katanya untuk lebih menghemat pengeluaran.

"Bagus sayang, kalau bawa bekal dari rumah ibuk akan lebih aman karena pasti kamu nggak akan mikir nanti makan apa, uang saku saya cukup nggak. Ya kan"

Anaknya cuma nyengir saja.

Semoga catatan kecilku ini bermanfaat bagi pembaca sekalian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun