Pelajaran Hidup Jumat Pagi

Pagi ini aku benar-benar dikejutkan oleh telpon anakku yang mengendara sendiri menuju kantor.
'Buu... Ibuuukk"
"Kenapa sayang. Sabar. Tarik nafas'
Anakku ini memang suka menyampaikan sesuatu dengan ekpresif yang kadang membuat orang yang belum mengenalnya ikutan panik.
" Aku ditabrak bu. Duhhh ancur buk mobilnya"
Untungnya aku tidak terbawa emosinya pagi ini. Dengan pelan aku jawab
"Kamu nggak pa-pa kan? "
"Enggak buk. Tapi mobilnya"
"Udah sayang yang penting kamu nggak kenapa-kenapa. Orang yang nabrak gimana? "
"Dia juga nggap pa-pa buk"
"Yaudah turun minta maap"
"Nggak mau bu dia yang salah"
Emang kadang kita sangat ego untuk minta maaf karena kita benar. Didunia ini kadang siapa yang salah siapa yang marah dan siapa yang harus minta maaf. Ya begitulah.
Terdengar suara di seberang sana ada suara bapak-bapak marah ke anakku.
"Hai turun. Ganti rugi nih"
"Bapak yang nabrak kok bapak yang marah dan minta ganti rugi. Ibuuuuk gimana sih bu orang ini"
"Halo mbak..... Mbak. Sabar jangan marah-marah"
Masih ada suara laki-laki itu marah-marah. Rupanya dia ojol. Ah mungkin lagi ada masalah keluarga yang membuat bapak ini oleng di jalan yang benar-benar nggak mau diajak nego
"Nih pak aku kasih sedikit ya pak. Toh motor bapak nggak lecet juga. Mobilku juga nggak terlalu penyok kok"
Si bapak menolak dan mulai bicara kasar.
"Ya Allah lembutkanlah hati mereka semua ya allah mudahkanlah urusan anakku" Doaku dalam hati
Aku add adikku yang berkantor tidak jauh dari kejadian
"Anna disenggol motor tolong ke lokasi takut dikeroyok"
"Ya allah. Ya saya ke sana"
Jadi kami teleconfrence bertiga.
"Iya pak sabar. Om saya mau ke sini. Bapak maunya apa sih ya allah" Suaranya menahan tangis
"Sabar sayang. Ini pembelajaran hidup yang kamu tidak dapatkan di sekolah biatpun kuliah di luar negri sekalipun. Sabar"

Tadi klarifikasi dari anakku motornya sudah rusak duluan sebelum nabrak. Jadipas nabrak dipakai kesempatan buat minta ganti. Karena kalau motor rusaknya kayak gitu pasti mobilnya penyok. 

Aku bilang jangan buruk sangka

Baca juga: Menanamkan Gaya Hidup Minimalis dari Dini

"Iya mbak sabar" Kata om nya
Suara di kantor mulai rame karyawan mulai pada datang dan ada juga yang mau training
"Bro ikut aku yuk. Anna kecelakaan mau dikroyok. Pakai motormu yuk"
"Aku mau meeting pak"
"Bentar doang ayok"
Om nya berangkat langsung share live lok. Otw tkp.
Aku langsung ambil air wudhlu dan sholat hajat
"Ya allah mudahkanlah urusan anakku"

Adikku ini orangnya sabar. Dan kebetulan anakku juga kerja di kantor adikku ini.
Sebelum aku tutup telpon tadi kusampaikan ke anakku
"Hati-hati di jalan jangan sampai pikiran kita ruwet selama di jalan, konsentrasi itu sangat penting. Dan berlapang dadalah minta maaf biarpun kita tidak bersalah kalau ada kejadian kayak gini. Nego yang baik karena dijalan banyak orang yang sedang membawa masalah mereka masing-masing. Ibu tahu kamu juga punya masalah pribadi dan tentunya pekerjaan yang menuntut kamu harus menyelesaikan dengan baik. Tolonglah bijaksana dalam menyikapi ya sayang"
Aku terus berdzikir pagi ini. Aku yakin bahwa Allah sedang memberikan sesuatu yang berharga bagiku dan bagi anakku.

Baca juga: Ceritaku Sekolah di Phnom Penh

Baca juga: Taman Sari Jogjakarta