Sudah lebih dari 25 tahun yang lalu pengalaman itu. Rasanya kangen juga untuk menjadi guru lagi. Teman-teman seangkatan dulu sudah menjabat kepala sekolah saat ini. Sementara aku yang dulu merantau ke jakarta keluar dari jalur sebagai pendidik.Â
"Selamat pagi bu" Anak-anak berlarian menyambut aku yang baru saja menyandarkan sepedaku
Berebut mereka bersalaman dan mencium tanganku. Seperti artis rasanya saat itu.Â
"Sini bu tasnya aku bawain ke kelas"
Tanpa disuruh mereka dengan sukarela membantuku. Kadang aku baru masuk pintu gerbang saja sudah ada yang membantu memarkirkan sepedaku.Â
Aku yang waktu itu masih berusia 17 tahun yang berarti hanya selisih beberapa tahun dari muridku yang kelas 6. Sekolah tempat aku menjadi guru bantu atau guru honorer berada agak jauh dari pusat kota. Banyak anak murid yang masuk dengan usia yang melebihi usia anak SD. Adasalah satu muridku yang umurnya 16 tahun kelas 6 SD.Â
"Kamu usinya 16th kok bisa satu kelas sama adikmu sih yang umurnya 12 tahun" Tanyaku menyelidik
"Iya bu, soalnya waktu itu aku malas sekolah. Orang tuaku nggak maksa. Karena aku suka ngamuk kalo dipaksa sekolah. Tapi lama-lama aku malu kalo nggak sekolah. Disamping itu orang tuaku sepertinya lebih sayang adikku yang rajin sekolah dan kalem" Jawab Gatok jujur
Penuh suka cita aku menjalankan tugasku biarpun gajinya hanya cukup untuk setengah bulan saja naik bis ke kampus. Aku mengajar kalo pagi dan sore kuliah.Â
Aku menggantikan wali kelas 3 yang sedang cuti melahirkan dan setelahnya aku menjadi guru bidang studi seni budaya dan olah raga. Banyak sukanya daripada dukanya
Kini anak-anak didiku yang dulu sudah menjadi orang yang betguna bagi bangsa, negara dan keluarga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H