Gemuruh air hujan diatap rumah bak senandung kidung malam
Membuat diriku makin larut dalam kesedihan yang tak kunjung padam
Bulir-bulir air turun tanpa henti membasahi kedua pipiku
Perasaan benci dan rindu menyesakkan dadaku
Prasangkapun bermunculan memekakkan telingaku
Belenggu itu tetap saja mengikatku dan dirimu
Gemuruh air hujan semakin deras beriringan dengan bulir-bulir air mataku
Pertahanan ku mulai goyah... Diriku mulai tak berdaya
Semua prasangka merasuki jiwaku yang sudah rapuh
Kutatap cermin... Tak kulihat diriku...
Aku meraung... Aku menangis... Aku takut pada diriku...
Ku duduk di pojok rumahku, tapi aku serasa berada di ruangan yang sangat dingin... Sendiri...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H