Mohon tunggu...
Sri Winarni
Sri Winarni Mohon Tunggu... -

Manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mbak Anindya dan Teman2 yang Sealiran Harusnya Tobat

5 Juli 2013   10:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:59 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau membaca koran dan berita2 baik di TV maupun yang di internet 2 hari ini sangat hangat berita tentang Mesir. Membaca alasan-alasan pihak yang pro terhadap penurunan presiden Mesir dan yang kontra memang sangat menarik. Alasan yang kontra dan tentu saja menamai peristiwa itu sebagai kudeta. Saya sangat memahami pendapat yang mengatakan bahwa menurunkan Presiden yang konstitusional dan dipilih rakyat secara langsung oleh kekuatan tertentu (militer) disebut sebagai tidak konstitusional atau kudeta. Dalam buku2 dan artikel, hal itu sangat banyak sehingga tidak perlu dijelaskan.

Menurut saya yang menarik adalah pendapat yang pro militer. Mengapa menurunkan presiden diluar konstitusi dibela dan didukung dengan alasan demokratis ? saya tidak habis pikir dengan adanya pendapat seperti itu.

Beberapa tulisan termasuk di kompasiana ini termuat juga perbandingan tindakan Presiden Mesir dan Militer. Sebagai satu contoh tindakan terhadap pers, kebebasan berpendapat. Presiden Mursi membebaskan orang berpendapat, bahkan yang menyerang dan mengkritik dirinya dengan keras. Sebaliknya militer langsung menutup kantor berita itu, menahan wartawannya.

Contoh lain dalam penghormatan hukum. Presiden Mursi tidak sewenang-wenang untuk menghormati orang lain, walapun itu berseberangan. Bahkan tindakan lawan yang demonstrasi sampai menimbulkan kerusakan dan kematian tempo hari hanya dituntut di pengadilan. Bagaimana militer ? yang berseberangan dengan mereka langsung ditangkap dan dijebloskan ke penjara tanpa proses pembuktian.

Yang saya cukup heran adalah beberapa kompasioner seperti mbak Anindya yang sangat saya kagumi karena usianya yang kurang lebih sama dengan saya tetapi cerdas luar biasa dalam tulisan2nya. Mbak Anindya dengan gagah berani memposting sedang menari2 merayakan turunnya Presiden Mesir. Walaupun Mesir tidak ada hubungannya dengan Indonesia, secara umum sikap mendukung kediktatoran dan melawan demokrasi adalah tidak elok.

Secara umum saya melihat mereka2 yang mendukung kebebasan seperti Om Ulil dan para pengikutnya termasuk di kompasiana harusnya tobat massal atas kesalahannya dalam mendukung kebebasan termasuk kebebasan memberangus media massa dan melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah secara konstitusional.

Maaf mbak Anin, kali ini saya berseberangan dengan anda. Karena kebebasan yang anda perjuangan adalah kebebasan untuk menyakiti orang lain dan merusak tatanan bagi manusia normal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun