Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dinamika Konflik Suriah dan Implikasinya Bagi Indonesia

18 Desember 2024   06:14 Diperbarui: 18 Desember 2024   06:14 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perang saudara di Suriah yang telah berlangsung bertahun-tahun bukan hanya sekadar konflik lokal. Negeri di Timur Tengah ini telah menjelma menjadi laboratorium eksperimen bagi kelompok-kelompok ekstremis. Kemenangan kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) atas rezim Bashar al-Assad telah membuka pintu lebar-lebar bagi ideologi radikal untuk merambah ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Bayangkan Suriah sebagai sebuah pabrik radikalisme. Di sana, kelompok-kelompok seperti ISIS telah berhasil merekrut ribuan pemuda dari berbagai negara, termasuk Indonesia, dengan iming-iming janji surga dan kehidupan yang lebih baik. Mereka dilatih secara militer, diindoktrinasi dengan ideologi kekerasan, dan kemudian dikirim kembali ke negara asal untuk melancarkan serangan teror.

Ancaman ini sangat nyata bagi Indonesia. Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, kita memiliki potensi besar untuk menjadi target kelompok-kelompok ekstremis. Kembali dari Suriah, para mantan pejuang ini membawa serta virus radikalisme yang siap menulari masyarakat kita. Mereka bisa saja bergabung dengan jaringan terorisme yang sudah ada atau membentuk kelompok baru yang lebih berbahaya.

Mengapa Indonesia harus khawatir? Sebab, radikalisme tidak hanya mengancam keamanan negara, tetapi juga merusak tatanan kehidupan bermasyarakat. Radikalisme bisa memicu perpecahan, kebencian, dan kekerasan. Ini tentu saja bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila yang menjunjung tinggi persatuan dan kerukunan.

Untuk menghadapi ancaman ini, kita tidak bisa hanya mengandalkan pendekatan keamanan. Kita perlu melakukan upaya yang lebih komprehensif, mulai dari pencegahan, deradikalisasi, hingga penanganan kasus terorisme. Pemerintah harus bekerja sama dengan masyarakat sipil untuk memberikan pendidikan yang benar tentang agama, memberantas kemiskinan, dan menciptakan lapangan kerja.

Selain itu, penting bagi kita untuk meningkatkan literasi digital. Sebab, radikalisme seringkali disebarluaskan melalui media sosial. Dengan meningkatkan literasi digital, kita bisa lebih kritis terhadap informasi yang kita terima dan tidak mudah terprovokasi oleh konten-konten yang bersifat provokatif. Konflik di Suriah telah melahirkan monster baru yang mengancam perdamaian dunia. Indonesia harus waspada dan proaktif dalam menghadapi ancaman radikalisme. Dengan kerja sama semua pihak, kita bisa mencegah penyebaran ideologi ekstrem dan menjaga keutuhan NKRI.

Media sosial juga mempunyai peranan penting, untuk meredam semua itu. Karena selama ini, media sosial seringkali disalahgunakan sebagai alat propaganda oleh kelompok ekstremis dan bagaimana kita bisa menangkalnya. Sementara mayoritas masyarakat Indonesia yang beraktifitas di media sosial, setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Tak heran jika banyak generasi muda yang terpapar radikalisme melalui media sosial. Disinilah, peran keluarga menjadi penting dalam mencegah anak-anak dan remaja, agar tidak terpapar radikalisme.

Mari kita saling menguatkan literasi satu dengan yang lainnya, agar tidak mudah terbawa informasi yang menyesatkan. Dengan penguatan literasi, diharapkan provokasi yang mengatasnamakan agama, tidak lagi terjadi. Dan antar sesama bisa tetap berdampingan dalam keberagaman, tanpa harus saling menebar kebencian satu dengan lainnya. Salam damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun