Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dakwah, Kebhinekaan dan Persatuan

12 Oktober 2024   11:43 Diperbarui: 12 Oktober 2024   11:57 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dakwah - jalandamai.org

Indonesia, dengan keberagamannya yang kaya, adalah sebuah anugerah. Namun, keberagaman ini juga menjadi tantangan tersendiri. Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana menjaga kerukunan antar umat beragama. Dalam konteks ini, peran dakwah menjadi sangat krusial.

Dakwah, yang seringkali diartikan sebagai upaya penyebaran agama, sejatinya memiliki makna yang jauh lebih luas. Dakwah adalah ajakan kepada kebaikan, undangan untuk hidup harmonis, dan upaya untuk membangun masyarakat yang adil dan beradab. Dalam konteks Indonesia yang pluralis, dakwah tidak semata-mata tentang konversi iman, tetapi lebih pada upaya untuk memperkuat nilai-nilai kemanusiaan yang universal, seperti kasih sayang, toleransi, dan keadilan.

Keberagaman agama, suku, dan budaya adalah anugerah yang harus kita syukuri. Setiap perbedaan adalah sebuah kekayaan yang memperkaya khazanah bangsa. Oleh karena itu, dakwah tidak boleh menjadi alat untuk memecah belah, tetapi justru harus menjadi perekat persatuan.

Disinilah pentingnya dakwah infklusif. Apa itu dakwah inklusif? Dakwah yang mengajarkan untuk saling menghargai perbedaan. Setiap orang memiliki hak untuk berkeyakinan dan menjalankan agamanya masing-masing. Kita harus saling menghormati perbedaan tersebut. Dakwah inklusif juga mengajak untuk membangun dialog. Karena Indonesia merupakan negara yang majemuk, dialog antar umat beragama sangat penting untuk membangun saling pengertian dan menghilangkan prasangka.

Yang tak kalah penting dari dialog inklusif adalah menghindari kekerasan dan kebencian. Karena kekerasan dalam bentuk apapun, termasuk kekerasan verbal, tidak dibenarkan dalam agama manapun. Jika kita sudah bisa menghindari kekerasan, maka dakwah infklusif juga mengajarkan untuk menjaga kerukunan. Karena kita harus senantiasa menjaga kerukunan hidup bermasyarakat, tanpa membeda-bedakan agama, suku, atau golongan.

Dalam menjalankan dakwah, kita harus selalu mengedepankan cara-cara yang santun dan damai. Menghina, mencaci maki, atau mengkafirkan orang lain adalah tindakan yang bertentangan dengan ajaran agama manapun. Dakwah yang baik adalah dakwah yang mengajak dengan hikmah dan budi pekerti yang luhur. Nabi Muhammad SAW adalah contoh teladan bagi kita dalam berdakwah. Beliau mengajak manusia kepada Islam dengan cara yang penuh kasih sayang, santun, dan bijaksana. Beliau tidak pernah memaksakan kehendak kepada orang lain.

Dalam konteks Indonesia, ancaman dan tantangan kedepan tentu bukan perkara mudah. Saat ini, meski Indonesia sangat mengedepankan toleransi, tapi bibit radikalisme masih ada. Munculnya kelompok-kelompok radikal yang seringkali mengatasnamakan agama untuk melakukan tindakan kekerasan. Persoalan ketidakpahaman terhadap ajaran agama, juga harus menjadi perhatian bersama. Karena literasi masyarakat Indonesia masih rendah, rawan terprovokasi informasi yang menyesatkan.  yang sebenarnya dapat memicu konflik.

Memang perlu komitmen semua pihak, agar persatuan dan kesatuan masyarakat tetap terjaga. Perlu Upaya bersama untuk menjaga keberagaman yang telah diberikan Tuhan kepada kita semua. Penguatan moderasi beragama dan mengedepankan Pendidikan agama yang inklusif, harus menjadi concern semua pihak. Media massa yang punya komitmen dalam keberagaman, juga diperlukan. Hal ini penting agar media massa tetap mengedepankan keberimbangan dan tidak provokatif.

Mari kita jaga keberagaman ini dengan semangat saling menghargai dan menghoarmati. Tuhan telah menciptakan Indonesia dengan penuh keberagaman. Sudah menjadi tugas kita semua, untuk saling menghargai bukan saling menebar diskriminasi. Salam toleransi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun