Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Narasi Keagamaan, Pancasila dan Indonesia

6 Juli 2024   17:47 Diperbarui: 6 Juli 2024   17:49 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pancasila - jalandamai.org

Cara pandang kita semua tentang agama memang berbeda-beda. Ada yang melihat dari sudut pandang A, ada juga dari sudut pandang B, atau yang lainnya. Tidak ada yang salah, karena pada dasarnya kita semua berproses. Dan proses seseorang dalam memahami agama tentu akan berbeda satu dengan lainnya. Apalagi ketika narasi keagamaan dimunculkan untuk tujuan tertentu, berpotensi memicu terjadinya perbedaan pandangan. Ironisnya, perbedaan pandangan tersebut justru dijadikan alasan oleh kelompok intoleran, untuk melabeli sesat bahkan kafir.

Agama semestinya menjadi media untuk bisa lebih baik, menjalankan segala perintah Sang Pencipta. Tapi pada prakteknya, da sekelompok pihak yang justru menggunakan agama sebagai alat untuk kedok, agar perbuatan negatifnya tidak kelihatan. Banyak orang berpakaian religius, tapi perilaku dan ucapannya justru tidak mencerminkan pribadi yang religius.

Mari kita lihat berbagai macam postingan di media sosial, banyak yang mengandung ujaran kebencian. Bahkan dakwah para tokoh agama pun, ada juga yang berisi ujaran kebencian. Narasi yang dibangun adalah tidak sesuai dengan mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama Islam. Pihak yang berbeda pandangan dan keyakinan, dinarasikan sebagai ancaman. Karena ancaman tersebut maka harus diantisipasi. Ditambah lagi pihak yang dianggap ancaman tersebut, dinarasikan sebagai pihak yang sesat. Suka tidak suka, narasi menyesatkan yang dibalut dengan nilai agama tersebut, masih ada di sekitar kita.

Narasi keagamaan semestinya diarahkan untuk tujuan positif. Tidak perlu diarahkan untuk menyesatkan orang atau mengkafirkan orang. Karena pada dasarnya tidak ada agama yang jelek. Yang jelek adalah manusianya yang salah dalam mengartikan agama itu sendiri. Tidak ada agama yang menganjurkan untuk menebar kebencian. Tidak ada pula agama yang menganjurkan untuk melakukan perbuatan diskriminatif atau intoleransi. Agama justru menganjurkan untuk saling menghargai dan menghormati, serta berlomba berbuat kebaikan.

Indonesia sendiri, telah menetapkan Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup bangsa Indonesia. Kelima sila yang tertuang dalam Pancasila, terbukti mampu merangkul semua kepentingan yang ada di Indonesia. Seperti kita tahu, Indonesia adalah negara yang majemuk, yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, bahasa dan budaya. Karena keragaman itulah, para pendiri bangsa ini memberikan slogan bhinneka tunggal ika, meski berbeda tetapi tetap satu, negara kesatuan republik Indonesia.

Pancasila terbukti mampu menjadi pemersatu keberagaman yang ada. Pancasila telah berhasil menjauhkan diri dari potensi perpecahan. Nilai-nilai yang tertuang dalam Pancasila, diantaranya nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah dan keadilan, merupakan nilai yang lahir dan besar dari masyarakat Indonesia sendiri. Pancasila terbukti tidak bertentangan dengan keberagaman yang ada. Pancasila terbukti menjadi pemersatu bagi rakyat Indonesia.

Mari kita introspeksi. Indonesia adalah negara besar. Jangan sampai negara yang besar ini hancur oleh pola pikir yang menyesatkan masyarakatnya sendiri. Ingat, kita semua saudara. Meski berbeda-beda, kita tetap bisa berdampingan dalam keberagaman. Salam persatuan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun