Dinamika politik di dalam negeri begitu cepat. Tidak hanya di kalangan elit politik, di kalangan para pendukung pun, juga berusaha mendorong agar pasangan calon yang diusung bisa menang di kursi kekuasaan.Â
Begitulah demokrasi. Semua orang pada dasarnya punya hak yang sama untuk bisa menentukan pilihan politik. Karena Indonesia ini merupakan negara yang majemuk dan tingkat literasi masyarakat juga beragam, sudah pasti akan berdampak pada perbedaan pilihan politik. Dan sekali lagi, hal tersebut tidak salah. Justru akan semakin menyehatkan demokratisasi di negeri ini.
Namun jika kita lihat saat ini, provokasi terus bermunculan. Sikap para elit politik yang saling menyudutkan, membuat konstelasi politik yang semakin memanas. Hal tersebut bisa dilihat dalam setiap debat yang diselenggarakan. Setelah itu para pendukung saling serang dan menyudutkan satu sama lain.Â
Akibatnya, tahun politik yang semestinya bisa jadi ajang untuk saling uji program para paslon, justru berubah menjadi ajang untuk saling menjelekkan dan menjatuhkan. Kondisi semakin pelik ketika masyarakat yang tidak tahu menahu, ikut terseret dalam arus kebencian yang terjadi di media sosial.
Semestinya kita semua bisa melakukan introspeksi dan saling mengendalikan diri. Tidak ada gunanya saling hujat, saling menjelekkan, hanya karena berbeda pilihan politik. Bahwa masing-masing paslon punya plus minus, merupakan keniscayaan yang harus diterima.Â
Tidak ada pasangan yang ideal, yang bisa menyenangkan semua pihak. Sebagai masyarakat, kita harus bisa lebih obyektif dalam melihat ini. Dibalik plus minusnya tersebut, mana yang lebih banyak memberikan manfaat buat negeri ini?
Para pihak yang ikut bertarung dalam pemilu, tak perlu takut jika tidak terpilih atau kalah. Pemilu harus dihadapi dengan suka cita. Boleh berbeda pendapat, tapi tidak boleh saling bertikai hanya karena berbeda pilihan. Partai dan elit politik harus bisa memberikan contoh yang baik ke masyarakat. Pendidikan politik harus terus dilakukan, agar demokratisasi kita bisa semakin dewasa,
Seperti kita tahu, dinamika politik di Indonesia saat begitu sengit. Para pendukung saling bertikai demi pasangan calon yang diusung menang dalam perhelatan politik. Berbeda pilihan politik sebenarnya tidak ada masalah. Yang menjadi masalah adalah ketika perbedaan ini disusupi dengan sentimen kebencian. Ketika kebencian tersebut mendominasi, dikhawatirkan akan memunculkan kebencian baru. Jika hal ini terjadi, maka negeri ini berpotensi hancur, hanya karena kebencian antar sesama.
Sekali lagi, mari introspeksi. Tahun politik meski dipenuhi dengan dinamika yang kencang, harus dihadapi dengan suka cita. Semuanya harus mengedepankan kebentingan yang lebih baik, bukan kepentingan yang tidak baik. Politik harus dihadapi dengan cara-cara yang santun tanpa melanggar hukum.Â
Dengan politik segala sesuatunya akan bisa lebih baik. Namun dengan politik, juga bisa menjadi lebih buruk. Pilihannya tergantung pada kita semua. Semoga tahun politik dan pemilu tahun ini bisa menghasilkan pemimpin yang amanah, yang bisa mengantarkan Indonesia ke dalam kondisi yang lebih baik. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H