Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Biarkan Pendompleng di Pesta Kita

20 Januari 2024   17:05 Diperbarui: 20 Januari 2024   17:53 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilihan Umum (Pemilu) adalah puncak dari kehidupan berdemokrasi. Di Indonesia, demokrasi memang mengalami pasang surut. Sejak era reformasi, demokrasi memang mengalami pasang. Disitu keterbukaan tidak terbendung lagi dan menimbulkan konsekwensi yang tidak kita bayangkan sebelumnya.

Keterbukaan dalam berdemokrasi inilah salah satu tantangan besar dalam menjalankan roda kehidupan berbangsa. Pada masa kita jamak jika seseorang mengkritik seseorang karena ini itu. Jamak juga hukumnya jika seseorang memberikan informasi tertentu kepada institusi negara sepertti kejaksaan atau KPK tentang korupsi yang dilkaukan pejabat atau ooknum lain.

Terlebih jika kita berhadapan dengan media sosial, yang mana seringkali sesuatu menjadi viral di media sosial. Kemudian baru aparat pergi untuk menyelesaikannya. Kita bisa lihat ini di beberapa kasus misalnya kasus begal, kasus pungli di KPK dan beberapa kasus lainnya.

Pada titik ini kita sadar bahwa demokrasi dan berdemokrasi memang baik, dan kita terlalu jauh melangkah dan kita berada pada kebebasan berpendapat dalam berdemokrasi yang mungkin kelewat batas. Kadang malah menjurus ke memecah belah.  Ini tantangan kita bersama.

Kenapa menjadi tantangan bersama ?

Karena seringkali narasi-narasi memacah belah itu dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu demi kepentingan mereka. Kita bisa melihat beberapa kelompok menantang pelaksanaan pemilu dengan merayakan 100 tahun kekhalifahan Utsmaniah Turki. Mereka menyatakan merindukan kekhalifahan kembali ada di dunia. Karena itu mereka berusaha untuk memberikan mimpi terutama mereka yang setujua Indonesia berlandaskan syariat Islam dan bukan Pancasila sebagai dasar negara dan filosofi bangsa.

Karena itulah, sebagai warga negara yang tidak rela berbagai pihak itu memporak-porandakan kita, maka harus mampu mengawal kehidupan berbangsa bernegara kit aini. Contoh paling nyata adalah mengawal proses pemilu ini sesuai dengan prinsip demokrasi yang benar, slah satunya adalah kita tidak ikut menarasikan ujaran kebencian dan kjata yang menyudutkan dalam proses kontestasi ini.

Atau bisa juga memberi pencerahan kepada banyak pihak bagaimana kita seharusnya menjadi pendukung yang baik dari salah satu kontestan tanpa harus menyudutkan kontestan lain. Karena dengan menyudutkan atau menarasikan hal negatiuf kita sama saja membantu pihak-pihak yang ingin mendompleng keterbelahan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun