Hingar bingar pilpres 2024 sudah mulai terasa. Beberapa partai politik telah mengumumkan calon presiden yang akan diusung. Sedangkan partai-partai yang tidak punya nama capres yang diusung, mulai sibuk melakukan koalisi.Â
Dalam proses koalisi tersebut, dimaksudkan untuk memenangkan capres yang diusung. Sebentar lagi, partai politik akan mengeluarkan cawapres yang akan diusung, untuk disandingkan dengan cawapres yang telah diusung.Â
Dalam proses inilah, seringkali informasi bertebaran dengan begitu masif. Persoalannya, tidak sedikit dari masyarakat yang tidak bisa memilah, mana informasi yang hoaks, mana yang valid. Yang terjadi banyak provokasi kebencian juga turut disisipkan dalam setiap informasi yang diunggah.
Tahun politik, memang seringkali diisi dengan provokasi dan ujaran kebencian. Hal ini seringkali dilakukan oleh para pendukung pasangan calon. Ironisnya, hal ini seringkali membuat masyarakat yang tingkat literasinya rendah akan mudah terprovokasi.Â
Masyarakat yang tidak update informasi, akan mudah marah, karena pasangan calon yang diusung merasa dijelekkan. Alhasil, antar sesama masyarakat sibuk mencari kejelekan dan kesalahan. Sementara, esensi tahun politik sebenarnya adalah bertarung di tataran gagasan, bukan umpatan.
Namun yang terjadi, umpatan demi umpatan terus bermunculan di media sosial. Dan yang terjadi di media sosial ini, cepat atau lambat akan merambat ke dunia nyata. Dan ketika dalam dunia nyata antar masyarakat bisa saling membencia hanya karena perbedaan, tentu hal ini sangat memprihatinkan. Indonesia adalah negara majemuk.Â
Semestinya masyarakat sudah terbiasa dengan perbedaan. Karena faktanya antar sesama memang saling berbeda. Tuhan menciptakan bumi dan seiisinya penuh dengan keragaman dan perbedaan.
Mari introspeksi. Jangan kotori tahun politik ini dengan provokasi dan umpatan. Mari kita gali, gagasan dari para calon presiden dan wakil presiden mendatang tentang Indonesia.Â
Sekali lagi, Indonesia adalah negara yang majemuk. Mind set yang dibangun adalah keberagaman. Karena sejatinya kita adalah saling berbeda. Berdampingan dalam keberagaman menjadi sebuah keniscayaan yang tidak bisa dibantah.
Partai politik atau elit politik yang ikut bertarung dalam pilpres 2024, semestinya juga bisa memberikan pemahaman yang benar. Semua pihak harus punya kepentingan yang sama, untuk membawa Indonesia menuju hal yang lebih baik.Â
Partai politik harus bisa memberikan pendidikan politik yang baik ke masyarakat. Hal ini penting agar masyarakat bisa berpikir secara kritis, namun tidak merasa pintar. Karena yang terjadi saat ini adalah banyak masyarakat yang merasa pintar. Akibatnya, jadi seringkali menyalahkan orang lain tanpa didasari data dan fakta yang benar.
Banyak peluang dan tantangan yang harus dihadapi kedepan. Perekonomian yang belum sepenuhnya publik, ancaman krisis pangan, ancaman resesi global, dan masih banyak lagi ancaman lain yang menghantui di depan. Lebih baik kita semua mendorong para calon pemimpin negeri ini, untuk mencarikan solusi, bukan justru sibuk untuk menebar ilusi demi sebuah kursi.
Indonesia adalah negara besar. Tidak perlu pemimpin yang gemar melakukan umpatan. Indonesia negara besar, butuh pemimpin yang kaya akan gagasan. Begitu juga dengan masyarakatnya. Perlu masyarakat yang cerdas, inovatif, tapi tetap toleran dan bisa bersandingan dalam keberagaman. Karena sejatinya sebagai warga negara Indonesia, harus bisa saling menghargai dan tolong menolong antar sesama. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H