Pendidikan akhlak merupakan hal yang sangat penting. Indonesia yang kaya akan nilai-nilai kearifan lokal ini, masih perlu pendidikan akhlak, agar generasi penerus nanti bisa tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang tidak lupa akan sejarah bangsanya, tidak lupa aka nasal-usulnya sebagai masyarakat Indonesia yang toleran. Dalam toleransi, saling menghargai, menghormati dan tolong menolong tetap harus dikedepankan.
Agama pada dasarnya menjadi bagian dari pendidikan akhlak yang paling dasar. Karena itulah implementasi nilai-nilai agama dalam keseharian, penting untuk dilakukan. Agar kita tidak keluar dari koridor yang telah ditetapkan oleh agama. Dan untuk itu pula, memahami agama secara utuh, obyektif, komprehensif dan kontekstual juga perlu dilakukan. Kenapa? Karena saat ini juga banyak orang yang menggunakan gama'untuk membujuk orang, membenci orang, bahkan melakukan memprovokasi untuk melakukan tindakan-tindakan intoleran.
Agama semestinya berdiri pada posisi yang netral. Karena sekarang ini telah disalahgunakan oleh oknum tertentu, maka memahami agama secara benar menjadi sebuah keniscayaan. Contoh sederhana adalah perbedaan pandangan dalam memahami kata jihad. Kelompok intoleran atau radikal memaknainya dengan cara-cara kekerasan. Menegakkan agama dengan cara-cara kekerasan. Karena jihad yang terjadi di era dulu dilakukan dengan cara menumpahkan darah. Karena pemahaman yang sempit, pandangan itu masih diadopsi hingga saat ini. Yang terjadi kemudian meledakkan diri sendiri dengan bom.
Padahal, esensi jihad adalah menahan hawa nafsu. Berbuat kebaikan untuk keluarga, bekerja untuk keluarga, atau melakukan aktifitas baik lain itu juga bisa dimaknai sebagai jihad. Karena pemahaman agama yang salah, akibatnya segala ucapan dan perilakunya juga salah. Ujaran kebencian yang marak belakangan ini, tidak bisa dilepaskan dari pengaruh kelompok radikal, yang terus memprovokasi orang untuk saling membenci. Berbeda pandangan harus dibenci, apalagi berbeda keyakinan lebih dari benci.
Mari kita menjadi pribadi yang cerdas. Bekalilah diri kita dengan literasi yang kuat, dengan pemahaman agama yang benar, dan informasi yang valid. Tujuannya untuk apa? Agar kita tidak mudah terpengaruh informasi yang tidak benar, yang mengatasnamakan agama tertentu. Karena kita tahu, sentimen agama ini seringkali dimunculkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Masyarakat yang tidak membekali diri dengan literasi, akan mudah diprovokasi.
Termasuk isu belakangan, terkait polemik penghilangan frasa agama dalam peta jalan pendidikan, yang saat ini masih dibahas oleh kementerian pendidikan. Karena peta jalan ini masih dalam bentuk draft, dan perlu disosialisasikan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, wajar kiranya jika ada yang kurang. Dengan kritik dan masukan dari masyarakat, peta jalan diharapkan bisa menjadi peta jalan pendidikan yang tepat bagi generasi penerus.
Dalam polemik tersebut, sempat dimunculkan isu penghapusan pendidikan agama karena tidak ada frasa agama dalam peta jalan tersebut. Padahal, pemerintah jelas menegaskan tidak ada penghapusan pendidikan agama. Karena agama merupakan hal yang sangat esensial dalam pendidikan akhlak. Bahkan, sila pertama Pancasila pun didasarkan pada agama. Namun memahami agama harus secara utuh dan bisa melihat konteksnya. Jika semua bisa menerapkan hal tersebut, maka akan bisa menjadi penangkal radikalisme. Salam toleransi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H