Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Biarkan Chauvinistik Tumbuh Menghancurkan Kerukunan

6 November 2019   20:29 Diperbarui: 6 November 2019   20:44 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa jadinya kalau warna pelangi jingga semua? Atau hijau semua? Tentu ia bukan lagi bernama pelangi. Karena yang jingga penuh adalah lembayung senja. Sedangkan yang hijau penuh adalah hutan tropis dilihat dari angkasa.

Begitulah seharusnya orang Indonesia melihat keberagaman suku di negeri ini. Di jazirah Arab sana, bahasa relatif sama. Ras relatif tak berbeda. Namun terpecah-pecah dalam negara-negara yang banyak. 

Sedangkan di Indonesia, suku-suku begitu banyak. Bahasa daerah sukar dihitung jumlahnya. Di Jawa Timur saja, ada banyak bahasa. Selain Jawa, ada Madura dan Osing. Mungkin ada varian bahasa Jawa yang beraneka rupa pula. Di provinsi lain tentu begitu juga.

Perbedaan-perbedaan mesti disyukuri sebagai kekayaan khazanah bangsa. Bukan jadi alat perpecahan. Perspektif chauvinistik, merasa suku tertentu, ras tertentu, atau agama tertentu sebagai lebih superior, pasti tergolong sikap tidak bijaksana. Terlebih, di negara yang sudah menjadikan bineka tunggal ika sebagai semboyannya.

Kebersamaan yang sudah terjalin di masa prakemerdekaan hingga di masa memertahankan kemerdekaan, harus dijaga hingga saat ini. Jangan sampai kebobolan, dengan adanya gesekan-gesekan horizontal.

Diakui atau tidak, Indonesia adalah negara yang punya banyak sumber daya. Bukan tidak mungkin, ada pihak-pihak yang ingin mengeruhkan suasana demi kepentingan pribadi dan golongan. Salah satu caranya, melakukan adu domba antar sesama anak bangsa. Lantas, menggunting dalam lipatan, memancing di air keruh. Maka itu, jangan terkecoh, jangan terpancing.

Ingat-ingatlah kearifan lokal bangsa ini. Implementasikan semangat gotong-royong dan tenggang rasa yang dahulu digelorakan para leluhur. Yakinlah, kedamaian adalah kunci kebahagiaan. Jangan meruncingkan perbedaan yang bisa berakibat saling tusuk. Semailah benih kerukunan biar bisa memetik buah kesejahteraan bersama.

Manusia adalah makhluk sosial. Di Indonesia, kepekaan sosial sangat dibutuhkan. Sebab, negeri ini majemuk dan heterogen. Maka itu, tiap-tiap warga negara perlu mengasah rasa saling percaya dan menghormati satu sama lain. Apapun latar belakang suku agama ras dan golongan orang lain.

Indonesia mengakui kebebasan beragama dan mengamalkan kepercayaan penduduk. Jangan hancurkan aturan dan kebersamaan yang sudah terjalin dengan menggelorakan api permusuhan yang dikipas isu-isu perbedaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun