Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia dan Demokrasi

16 September 2019   13:51 Diperbarui: 16 September 2019   14:04 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 15 September ini, adalah hari Demokrasi Internasional. Peringatannya memang tidak semeriah hari Hak Azazi Manusia (HAM) yang  jatuh pada bulan Desember. Hari Demokrasi Internasional sering dimeriahkan dengan banyak kegiatan dan bersifat massif. Peringatan ini dimaksudkan untuk terus menerus meninjau  pelaksanaan demokrasi di dunia.

Kondisi demokrasi di tiap megara berbeda, karena tergantung pada sejarah, kondisi politik dan ekonomi. Pada negara-negara Eropa, Jerman terlihat paling maju dalam berfikir dan mengelola demokrasi tanpa banyak kehilangan energy untuk mempertaruhkan silang pendapat sosial atau politik.  Ini agak berbeda dengan negara-negara tua seperti Inggris dan negara Eropa lain yang terlihat lamban dalam mengelola demokrasinya karena system negara yaitu kerajaan atau pesemakmuran.

Di kawasan Asia dan Afrika, demokrasi paling mendapat tantangan karena harus masih diperjuangkan karena banyak factor sulit semisal geografis dan ekonomi. Negara seperti Myanmar dan beberapa negara lainnya, dimana penguasa masih berkuasa sebagian dengan cara-cara militeristik, demokrasi masih belum menjadi prioritas bagi mereka. Terlebih di mata penguasa yang memiliki corak kepemimpinan dengan ototiter atau semi otoriter, lebih mudah membawa suatu bangsa menuju tujuan tertentu dibanding harus membawa mereka dengan dimensi demokratis.

Contoh paling dekat adalah negara Malaysia. Negara yang berbentuk Kerajaan Parlementer itu dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Meskipun perdana menteri dipilih dengan mekanisme demokrasi, yaitu dengan menangnya partai pengusungnya, corak kepemimpinan Mahathir Mohammad (Mr M- dia biasa dipanggil)di masa lalu adalah semi otoriter. PM ini berhasil membawa Malaysia pada strategi untuk lolos dari krisis ekonomi Asia pada tahun 1996. Mr M dengan segala kekuasaannya mengatur sendiri dan mengabaikan banyak nasihat dari orang-orang terdekat dan sebagian masyarakat Malaysia untuk menerima bantuan asing.

Saat itu Mr M menolak uluran tangan badan ekonomi dunia seperti IMF dan bank dunia untuk memberikan pinjaman kepada Malaysia. Sebaliknya dia menuntut saweran  ke semua raja-raja dan rakyat di negara-negara bagian untuk memperkuat pondasi ekonomi Malaysia. Kebijakan itu ternyata terbukti mampu menyelamatkan Malaysia dari keterpurukan dibanding negara seperti Indonesia, Thailand dan beberapa negara Asia lain. Malaysia lolos dari resesi dan pertumbuhan dan GDP nya saat ini adalah negara dengan pertumbuhan yang sangat tinggi dibandingkan negara-negara lain kecuali Singapura. Kekuatan Malaysia adalah pada kebijakan pemimpinnya.

Sebaliknya Indonesia yang  pada resesi ekonomi tahun 1996 memberikan celah bagi kemajuan politik dan ekonomi melalui reformasi, membuat demokrasi Indonesia jauh lebih maju dibanding Malaysia. Indonesia yang penuh dengan kemajemukan bisa melewati perbedaan untuk lebih bersatu dan memahami satu sama lain. Kadang demokrasi harus mengorbankan pertumbuhan ekonomi agar proses kebebasan berpendapat lebih berkembang; dan itu merupakan resiko. Untuk ukuran tertentu demokrasi Indonesia dinilai maju dibanding yang lain.

Demokrasi dengan banyak perbedaan memang sulit karena perlu waktu dan energi untuk bisa membuatnya harmoni. Tetapi memang diperlukan tekad kuat untuk bisa memberi kebebasan berpendapat bagi masyarakat. Dengan demikian rakyat bisa menemukan sendiri cara berfikir yang dewasa untuk kemajuan bangsanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun