Baru saja kita melaksanakan pemilihan presiden dan wakil presiden serta pemilihan legislative secara langsung. Segala upaya yang dilakukan oleh paslon, timses dan parpol telah dilakukan, dan akhirnya masyarakatlah yang menentukan. Masyarakat lah yang menentukan siapa pemimpin yang mereka inginkan, untuk memimpin Indonesia selama lima tahun kedepan.
Hasil penghitungan cepat telah keluar. Namun hasil final masih harus menunggu pengumuman dari Komisi Pemilihan Umum (KPU). Meski hasil quick count telah memenangkan salah satu paslon, paslon yang lain tetap mengklaim kemenangan. Kondisi ini dikhawatirkan akan memicu kemarahan pendukung, jika keputusan KPU berbeda. Apalagi provokasi ajakan untuk berbuat keonaran, terus mengalami peningkatan paska penghitungan cepat diumumkan.
Jika melihat ajakan untuk berbuat onar ini, kadang membuat kita tidak habis pikir. Apalagi yang akan dicari dari tindakan menyebarkan konten provokatif tersebut. Sudah jelas bahwa provokasi untuk berbuat onar sebagai bentuk merespon hasil penghitungan suara, akan membuat kerukunan dan persatuan umat terpecah.
Kalau sudah terpecah, potensi konflik akan sangat terbuka. Dan ketika konflik terjadi, kelompok radikal bahkan jaringan terorisme akan memunculkan diri dan kembali mendorong terciptanya sebuah kekhilafahan. Apakah hal ini yang kita inginkan?
Ingat, meski Indonesia berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia bukanlah negara Islam. Indonesia adalah negara beragama, yang mengakui Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu sebagai agama yang diatur dalam undang-undang dasar.
Mari kita lupakan perhelatan politik yang telah berlalu. Masyarakat sudah menentukan pilihannya. Para elit politik harus menghormati pilihan rakyat.
Jika memang ditemukan ada kecurangan, silahkan ditempuh mekanisme yang sesuai hukum. Jangan provokasi masyarakat untuk terus melakukan tindakan anarkis. Jika di antara kita terus saling bertengkar, saling membenci satu dengan yang lain, negara yang kaya dan indah ini pelan-pelan akan hancur oleh perilaku masyarakatnya sendiri.
Tentu kita sepakat, pilpres kali bertujuan untuk mencari pemimpin yang bertanggung jawab, yang mampu membawa Indonesia pada perubahan yang baik. Jika demikian, semestinya kita mendorong agar pemimpin yang terpilih nanti, mewujudkan segala janji politik yang telah diucapkan.
Tidak perlu sakit hati sampai harus menebar provokasi. Tidak perlu juga iri hati, karena sejatinya Indonesia tidak akan ada apa-apanya, tanpa inovasi dan kreativitas para masyarakatnya. Lebih baik kita memikirkan bagaimana Indonesia kedepan, dari pada masih sibuk mencari kejelekan orang lain. Lebih baik kita menjaga kerukunan dan persatuan, dari pada menebar provokasi yang bisa berpotensi terjadinya perpecahan bangsa.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H