Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bentengi Anak Indonesia dari Bibit Radikalisme

5 September 2018   06:48 Diperbarui: 5 September 2018   08:09 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop Radikalisme - http://tabloidjubi.com

Perkembangan teknologi informasi di era milenial seperti sekarang ini telah membuat penyebaran informasi di dunia maya begitu pesat. Tak terkecuali penyebaran konten radikal, yang semakin masif dalam beberapa tahun belakang ini. Kelompok radikal begitu sadar, teknologi telah mampu menyebarkan informasi sangat cepat dan luas. 

Mereka juga sadar bahwa internet bukan lagi menjadi barang yang mahal saat ini. Semua orang bisa membeli smartphone, semua orang bisa mengakses internet, dari orang dewasa hingga anak-anak. Internet juga bisa diakses melalui smartphone kapan saja dan dimana saja.

Tak dipungkiri, anak-anak di era milenial ini memang begitu familiar dengan yang namanya smarthphone. Apakah ini bagus bagi anak? Sepanjang digunakan dalam batas tertentu dan untuk tujuan yang baik, tentu tidak ada masalah. 

Namun jika digunakan seharian untuk bermain game, untuk chating, ataupun untuk mengakses hal-hal yang sifatnya negative, tentu hal itu akan memberikan dampak negative juga bagi anak.

Dan salah satu yang menjadi kekhawatiran semua orang adalah, penyebaran propaganda radikalisme yang terus menyasar anak-anak dan remaja. Media sosial yang saat ini disenangi oleh anak-anak dan remaja, seringkali disusupkan pesan-pesan radikalisme. 

Ketika mereka sudah terpapar konten radikal, mereka berpotensi akan melakukan tindakan yang radikal. Ketika tindakan itu terjadi, mereka sudah selangkah lebih dekat lagi dengan jaringan teroris. Karena pelaku teror di era sekarang ini, banyak sekali yang terpapar ajaran radikalisme melalui internet.

Ketika dari kecil dibiarkan mengkonsumsi bibit radikalisme, anak tentu akan tumbuh menjadi generasi yang radikal. Apa itu sebenarnya bibit radikal? Pesan-pesan yang mengandung kebencian, intoleransi, dan kekerasan merupakan salah satu bibit radikalisme. Ketika anak mulai mengurung diri dan merasa dirinya paling benar serta menyalahkan pihak-pihak yang berbeda dengan dirinya, orang tua perlu waspada.

 Ketika gejala awal ini terjadi maka orang tua harus meningkatkan perhatian dan kasih sayangnya. Anak yang telah terpapar bibit radikalisme, tidak boleh diasingkan. Semakin mereka diasingkan, akan memudahkan mereka untuk mencari pembenaran yang salah.

Menjadi tugas semua pihak untuk membentengi seluruh anak Indonesia dari bibit radikal. Benteng tersebut tidak hanya dilakukan di dunia maya, tapi juga semestinya dilakukan di dunia nyata. Dan hal ini pun sempat kejadian di Probolinggo, Jawa Timur. 

Dalam karnaval yang digelar untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia, sekelompok anak-anak TK mengikuti karnaval dengan kostum serba hitam lengkap dengan mengenakan cadar. 

Tidak hanya itu, anak-anak kecil ini juga dilengkapi dengan senjata mainan laras panjang. Jika melihat kostum serba hitam, cadar dan senjata, perhatian publik tentu akan langsung mengarah ke ISIS. Karena kelompok ini memang sering mengenakan pakaian semacam itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun