Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengembalikan Pancasila pada Kepribadian

3 Juni 2016   09:17 Diperbarui: 3 Juni 2016   09:31 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti kita tahu, 1 Juni kemarin merupakan hari lahirnya Pancasila. Berbicara mengenai Pancasila, banyak nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Lima sila yang terdampat didalamnya, mengajarkan kita banyak hal. Percaya pada keagungan Tuhan, saling menghormati antar manusia, menjaga persatuan dan kesatuan, bermusyawarah jika berbeda pendapat, hingga  bersikap adil demi terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Lalu, sudahkah kita menerapkan hal itu?

Ketuhanan Yang Maha Esa. Itulah bunyi sila pertama. Negara ini memang berazaskan ketuhanan. Artinya, semua warga negara Indonesia mempunyai keyakinan yang sama mengenai Tuhan. Hanya caranya yang berbeda. Baik Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghuchu, atau keyakinan lain yang ada di Indonesia, semuanya mengakui keagungan Tuhan. Hanya cara beribadahnya yang berbeda. Itulah yang ditekankan Pancasila. Meski Indonesia berkembang menjadi negara muslim terbesar, namun masih tetap mengakui keberadaan agama yang lain.

Dalam perkembangannya, muncul kelompok radikal keagamaan, yang cenderung melakukan kekerasan, dan suka mempermasalahkan perbedaan yang ada. Padahal kita tahu, perbedaan itulah yang menjadi ciri khas negeri ini. Mereka selalu merasa benar, dan suka mencari kesalahan pengikut agama yang lain. Orang diluar agamanya, selalu dianggap kafir, dan harus diperangi. Itulah salah satu duri yang menancap pada tubuh bumi pertiwi. Jika terus dibiarkan, mereka akan terus berkembang dan merusak keberagaman yang sudah ada. Bagaimana dengan Anda?

Dalam perjalanannya, kelompok ini mengklaim beragama, tapi tidak pernah menghormati sesama makhluk ciptaan Tuhan. Nilai yang terkandung dalam sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, sama sekali tidak masuk dalam pikirannya. Lihat saja apa yang dilakukan oleh kelompok teroris. Tidak segan-segan meledakkan bom, yang berdampak pada meninggalnya seseorang. Mereka juga tak segan membunuh orang lain, seperti yang dilakukan oleh jaringan kelompok Santoso. Padahal sila kedua jelas sekali, agar manusia memanusiakan manusia. Tidak boleh saling menyakiti. Ajaran agama pun, juga menganjurkan hal yang sama. Sudahkah kita melakukan ajaran sila kedua? Atau justru menerapkan kekerasan seperti yang dilakukan kelompok teroris.

Pancasila mengajarkan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan. Faktanya, masih banyak konflik di negeri ini, hanya karena persoalan sepele. Ancaman perpecahan nyata disekitar kita, ketika kelompok radikal menyatakan bahwa negara tidak perlu didukung. Negara yang mengusung konsep demokrasi, yang merupakan produk barat, bagian dari tindakan kafir. Argumen yang tidak masuk akal ini, selalu disuarakan mereka dengan berbagai cara. Sadarkah kalau negeri ini beragama? Lalu kenapa mempermasalahkan keberagaman itu?

Pancasila juga mengajarkan mengenai pentingnya musyawarah, untuk mendapatkan kesepakatan bersama. Di DPR selalu terjadi perbedaan pendapat. Dalam Islam sendiri, pecah menjadi beberapa faksi. Semuanya mengklaim paling benar. Padahal kita tahu, kebenaran itu milik Allah SWT. Lalu kenapa kita tidak mau musyawarah seperti yang diajarkan era Nabi? Kenapa masih senang mengedepankan kekerasan, seperti yang selalu ditunjukkan kelompok radikal? Yakinlah. Jika kita semua masih melakukan itu, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang diidamkan oleh semua orang di negeri ini tidak akan tercapai. Jadi…tunggu apa lagi. Sudahkan kalian menerapkan nilai Pancasila pada diri kalian?

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun