Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tak Ada Bintang di Kabinet Ekonomi Jokowi

8 Juli 2015   15:02 Diperbarui: 8 Juli 2015   15:19 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jelang lebaran ini adalah hari-hari yang menegangkan bagi tim ekonomi Jokowi karena tim ekonomi itu terus-menerus mendapat sorotan publik. Fokus kritik pengamat dan publik adalah kinerja yang buruk dan minim prestasi sehingga reshuffle dipandang perlu dilakukan.

Setidaknya ada lima pos kementrian yang dianggap tidak memiliki kinerja yang baik yaitu kementrian keuangan, kementrian bidang perekonomian dan kementrian BUMN , kementrian perdagangan dan perindustrian serta kementrian koordinator bidang perekonomian.

Hal terpenting dalam kabinet Jokowi adalah tidak adanya figur di kabinet yang dipercaya oleh pasar alias ‘bintang’ yang bisa menjaga nilai rupiah. Bintang pernah dimiliki oleh Indonesia untuk mengawal pasar adalah Agus Martowardoyo.

Rupiah melemah sampai sekarang ini tidak bisa kembali pulih karena rendahnya kepercayaan pasar pada kabinet. Bisa juga karena perfomance kabinet ekonomi kita tidak sesuai dengan ekspektasi pasar. Rendahnya kepercayaan pasar menjadi salah satu dalih utama di balik perombakan kabinet pertama di era Jokowi. Saat ini Badan Pusat Statistik mengumumkan pertumbuhan ekonomi melambat di kisaran 4,71 persen pada kuartal pertama 2015.

Tingkat pengangguran juga meningkat sebanyak 300.000 orang menjadi 7,45 juta. Selama enam bulan masa kerja kabinet, target APBN 2015 ihwal tingkat pengangguran meleset sebesar 0,2 persen menjadi 5,81 persen dari angkatan kerja.

Buruknya kinerja kementrian ini juga diperburuk dengan lemahnya komunikasi antara menteri dan lembaga. Komunikasi antar kementrian amat minim - cenderung tidak saling ngobrol- akibatnya statement-statemen yang dikeluarkan sangat gaduh.
Sofyan Djalil pernah melontarkan statemen bahwa rasio utang pemerintah aman, dan Indonesia berencana mengajukan pinjaman ke Bank Dunia. Sebulan setelah statemen itu, Djalil justru meratapi pelemahan nilai tukar rupiah antara lain disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri.

Pola komunikasi dan kegaduhan adalah kelemahan yang ikut menyeret persepsi Indonesia investor asing terhadap Indonesia ke arah negatif. Kepala Staf Kepresidenan Luhut Panjaitan pernah melontarkan agar ada figur baru untuk mengepalai tim ekonomi. Luhut menginginkan star power yang disegani dan dipercaya pasar.
Karenanya, Sofyan dan Rini Soemarno tampaknya memang harus diganti ...

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun