[caption id="attachment_371521" align="aligncenter" width="314" caption="radarjogja.co.id"][/caption]
Apakah hanya saya saja yang merasa bingung mengapa bisa aksi terorisme hadir di Indonesia? Siapa sebenarnya yang menjadi target aksi terorisme tersebut?
Jika melihat kondisi tanah air yang relatif tenang saat ini, rasanya kehadiran terorisme patut dipertanyakan. Merunut definisi umum mengenai terorisme, yakni sebuah tindak kekerasan yang bertujuan untuk menimbulkan ketakutan dan kecemasan massal, di mana dilakukan atas dasar cita-cita tertentu (biasanya cita-cita politik). Memang di negeri ini sempat ada kisruh beberapa kepentingan politik tertentu terhadap negara, namun sifatnya kecil dan tidak mengancam keamanan nasional. Sedangkan aksi terorisme yang terjadi di Indonesia sejauh ini umumnya mengancam keamanan nasional, di mana banyak menyasar target institusi moderen. Bingung kan jadinya?
Selama ini masyarakat menganggap bahwa target aksi terorisme adalah hal-hal yang berbau barat (baca: kepentingan negara maju) di Indonesia. Amerika Serikat dan negara sekutunya menjadi dugaan terbesar banyak orang mengenai siapa yang menjadi target utama aksi terorisme di tanah air. Lalu jika para target tersebut berhasil diserang, keuntungan apa yang didapat oleh para pelaku terorisme? Hingga kini masih belum dapat ditemukan jawaban pastinya.
Mungkin benar dugaan banyak pengamat terorisme, bahwa tujuan sebenarnya dari aksi terorisme di Indonesia adalah untuk melanggengkan cita-cita kelompok teroris besar dunia dalam menegakkan syariat Islam melalui upaya pembentukan kekhalifahan dunia yang baru. Ideologi para kelompok terorisme ini berpusat pada konsep khawarij atau aksi pengkafiran. Melalui propaganda yang meyakinkan, banyak orang akhirnya tertarik untuk bergabung, termasuk dari Indonesia. Terlebih dengan dampak globalisasi dari kian derasnya arus informasi saat ini, maka semakin besar memberikan kemungkinan masuknya ideologi-ideologi terkait terorisme ke Indonesia. Ideologi-ideologi ini, jika diterima dengan mentah-mentah, maka akan menjadi bibit baru untuk kelangsungan aksi terorisme ke depannya. Duh, jangan sampai, deh!
Mengutip sabda Nabi Besar Muhammad SAW yang pernah saya baca dari rujukan HR Al-Bukhari dan HR Muslim, bahwa: "akan datang masa ketika suatu kaum yang muda usianya dan bodoh cara berpkirnya, namun berbicara dengan dasar Islam dan sabdaku (Rasulullah SAW) menurut pemahamannya". Bisa jadi sabda tersebut merefleksikan aksi terorisme yang berkembang saat ini. Kembali menyinggung konsep khawarij, maka aksi terorisme pun akan dianggap sebagai sebuah tugas suci oleh pelakunya. Sungguh sempit pikirannya!
Terkait dengan aksi terorisme di Indonesia, ada kemungkinan besar bahwa pelakunya menganggap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai pengikut thogut, yakni sebutan bagi negara yang tidak berhukum sesuai hukum Allah. Pengikut thogut ini kemudian mereka cap sebagai bagian dari kafir dan pantas untuk diserang dalam semangat jihad (semangat menegakkan syariat Islam). Lebih dari itu, melihat posisi Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia dan terletak di kawasan potensial Asia Tenggara, muncul dugaan bahwa aksi terorisme dilakukan di negeri ini dengan tujuan untuk membangun pondasi dalam cita-cita meluaskan impian khalifah dunia.
Namun sangat disayangkan, meskipun mereka memiliki dalil jelas dari kitab suci sebagai alasan untuk melakukan aksi terorisme, namun perincian makna mereka jelas sangat kurang. Mereka bertindak tanpa bimbingan ulama Rabbaniyum, yakni ulama berpaham intelektual. Mereka menganggap bahwa kondisi kehidupan saat ini sama dengan kondisi di masa perjuangan Islam dahulu kala, di mana tentu saja sudah sangat berbeda jauh.
Kembali kepada pertanyaan mengenai siapa yang menjadi target aksi terorisme di Indonesia, sekiranya saya mencoba menyimpulkan menjadi tiga sasaran. Pertama adalah kepentingan barat di Indonesia, di mana seperti banyak diberitakan di media massa, pelaku terkait diduga merupakan perpanjangan dari pelaku besar di tingkat dunia yang memang menjadikan negara barat sebagai musuhnya. Sasaran kedua adalah masyarakat awam, di mana bertujuan untuk menarik simpati sebanyak-banyak guna melancarkan tujuan (entah apa) pelaku teror, seperti mewujudkan impian kekhalifahan. Ketiga adalah kemungkinan upaya aktualisasi diri para pelaku yang telah terdoktrinisasi ideologi khawarij, di mana umumnya adalah cita-cita kelompok fanatik yang berpikiran sempit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H