Mohon tunggu...
Sri Martin
Sri Martin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kurikulum: Teori dan Realitas

13 Mei 2016   10:33 Diperbarui: 13 Mei 2016   10:57 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pendidikan dewasa ini berorientasi kepada bagaimana meningkatkan hasil pembelajaran dan bagaimana agar menghasilkan peserta didik yang mampu bersaing dalam dunia kerja. Begitu banyak cara yang dilakukan dari berbagai kalangan, mulai dari orang tua, guru, masyarakat dan pemerintah untuk mewujudkan pendidikan yang menghasilkan orang-orang yang dapat bersaing dan berguna di dunia nyata. Yang mengartikan bahwa pendidikan haruslah mencetak mereka untuk menjadi orang. Karena pendidikan merupakan bentuk dari memanusiakan manusia.

Pendidikan secara bahasa (KBBI) adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dl usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (Faturrahman,dkk.2012:2) menyatakan bahwa pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Melihat dari pengertian pendidikan dari bapak pendidikan Indonesia dapat dikatakan bahwa pendidikan dilakukan untuk mendapatkan dan meraih sebuah kebahagian di hari selanjutnya dan terus berkembang untuk mendapatkan kehidupan yang selamat, dan tentunya memajukan bangsa ini.

Pendidikan di Indonesia sendiri terus berkembang mengikuti perkembangan zaman, dan globalisasi. Pendidikan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman dan teknologi, dikatakan demikian karena bila dilihat dari beberapa sudut pandang, pendidikan akan berkembang seperti perkembangan teknologi. Penggunaan teknologi di zaman ini semakin canggih dan terus ada penemuan-penemuan baru.

Berbicara tentang pendidikan maka tidak akan terlepas dari bentuk dan penerapan kurikulum yang dilaksanakan dalam pembelajaranya. Melihat hal itu, perkembangan kurikulum di Indonesia sudah beberapa kali mengalami perubahan mulai dari penerapan kurikulum 1974 hingga penerapan kurikulum baru, yakni kurikulum 2013.

Perkembangan kurikulum ini dilakukan untuk menjawab tuntutan dan untuk membentuk manusia yang dapat berguna dalam kehidupan nyata dan dalam hidup yang penuh persaingan. Dari perubahan-perubahan kurikulum yang terjadi ini, perbaikan dan perbaikan terus dilakukan. Namun sayang ketika implementasi, kurikulum ini tidak banyak memberikan  perubahan. Bukan karena kurikulum ini kurang, namun lebih kepada terlalu idealnya kurikulum ini.

Dalam kuriulum  2013 disajikan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik agar peserta didik lebih aktif dan membentuk pribadi yang baik dengan penerapan 4 Kompetensi Inti (KI). KI 1 berkaitan dengan Religius, KI 2 berkaitan dengan social, KI 3 berkaitan dengan pengetahuan, dan KI 4 berkaitan dengan Kemapuan penyajian peserta didik.Namun pada kenyataan di lapangan, tidak semua guru menggunakan dan menerapkan kurikulu ini. Dalam pembelajaran pun tidak terlalu tercemin bagaimana penerapan dan bentuk dari hasil setiap KI yang harus dicapai pada kurikulum 2013.

Seperti yang diketahui bersama bahwa sesungguhnya pendidikan memang tonggak dari pembentukan manusia yang dapat bersaing, namun sayang begitu banyak usaha yang telah dilakukan pemerintah seperti pembentukan kurikulum saja tidak cukup untuk membentuk manusia seutuhnya. Pendidikan dan kurikulum masih mengalami kendala untuk mencapai titik yang diinginkan. Titik yang ingin dicapai ini cukup sulit terjangkau, mengingat dari realitas yang ada saat ini dan dengan teori yang disajikan dalam kurikulum 2013. Terlalu ideal, tetapi tetap tak mampu merubah, malah tetap diabaikan. Penerapan memang dilakukan, tetapi tidak sedikit yang salah pengimplementasiannya.

Bukan salah kurikulumnya sehingga peserta didik terjangkit maslah criminal dan kenakalan remaja, bukan pendidikannya yang kurang. Tetapi lebih kebagaimana pola asuh dan cara pengajarannya. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa kekerasan, dan tindak criminal tidak sedikit dari para remaja adalah tersangka.

refrensi:

fatrurrahman,dkk

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun