Mohon tunggu...
Sri Martin
Sri Martin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Hegemoni dan Sains: GMT 1983 dan 2016

11 Maret 2016   08:24 Diperbarui: 11 Maret 2016   08:38 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matahari merupakan sumber dari segala penghidupan yang ada di Dunia. Menjadi tonggak dari sebuah pencerahan alami yang memiliki manfaat begitu besar. Bayangkan jika tidak ada matahari di dunia ini. Lalu bagaimana jika matahari tertutupi, masih banyak mitos dan pengaruh dari hegemoni turun temurun yang hingga detik ini masih terasa. Namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa teknologi kini sudah berkembang, yang mampu meneliti tentang matahari dan bahayanya.

Gerhana Matahari Total

Berbicara tentang cerita zaman dulu, gerhana matahari terjadi akibat raksasa yang bernama Buto (jawa) – dan batara kala dalam cerita rakyat India dan Indonesia pada khususnya – menelan Matahari, sehingga terjadilah kegelapan yang mengakibatkan kepanikan dari masyarakat. Kegaduhan tersebut mengakibatkan pukulan kentongan dan teriakan di seru dari sana sini untuk menghalangi si Buto menelan sang mentari. Perlakuan itu terus terjadi dan menjadi sebuah mitos turun temurun dari generasi ke generasi, hingga pada akhirnya ilmu sains menjelaskan dan memperlihatkan kekeliruan yang terjadi. Kentongan dan terikana itu tidak hanya dilakukan warga saat gerhana matahari, tetapi juga gerhana bulan seperti yang dulu sempat saya alami (tepatnya saya lupa) waktu itu saya masih SMP.

Namun di sini yang akan kita ulas adalah rasionalitas tentang gerhana matahari. Gerhana matahari terjadi ketika matahari – bulan – bumi berada dalam satu garis lurus yang mengakibatkan pantulan sinar matahari ke bumi tertutup oleh bayangan bulan yang berada di antara bumi dan matahari. Gerhana matahari ini memiliki beberapa bentuk gerhana matahari, bukan saja Gerhana Matahari Total (GMT) yang terjadi pada 9 Maret 2016 lalu. Namun, ada gerhana matahari cincin, sebagian dan hybrid yang bisa terjadi hanya dalam kurun waktu perbedaan beberapa bulan dengan jenis gerhana matahari yang lain (terjadi tidak pada satu titik). Gerhana matahari merupakan sebuah kejadian alam yang menakjubkan yang bisa dikatakan sebuah kejadian yang langka, benarkah? Sebagian ada yang mengatakan bahwa GMT terjadi 350 tahun sekali, seperti yang sempat saya diskusikan kemarin dengan salah satu senior. Karena masih menimbulkan keraguan, akhirnya saya mencari beberapa artikel tentang perhitungan terjadinya gerhana matahari. Lalu saat di telusuri, hasilnya cukup  mencengangkan. Ternyata GMT tidaklah terjadi dalam kurun waktu yang amat lama. Tetapi memang benar bahwa GMT bahkan dapat terjadi 375 tahun sekali, dengan catatan bahwa GMT terjadi lagi pada posisi yang sama. Namun, dari catatan Daftar gerhana matahari – Wikipedia Indonesia, enslikopedia bebas, kita akan dapat melihat catatan kapan dan dimana terjadinya sebuah gerhana matahari dari semua jenis, dan GMT terjadi bisa dalam kurun waktu 1,5 tahun. Sejak tahun 1900 wilayah Indonesia telah dilintasi sekitar 10 Gerhana Matahari Total.

GMT 1983

GMT yang terjadi serta melintasi kepulauan Indonesia sempat terjadi di tahun 1983 pada rezim orde baru, tepatnya terjadi  pada tanggal 11 juni 1983. Sekitar 33 tahun yang lalu. Pemerintah Orde Baru saat itu gencar melarang rakyat melihat langsung Gerhana Matahari total tersebut. Pemerintah berdalih, melihat Gerhana Matahari tidak atau dengan menggunakan alat bantu sekalipun rawan menyebabkan kebutaan. Presiden Soeharto saat itu menginstruksikan Menteri Penerangan Harmoko untuk terus-menerus memberikan penjelasan kepada rakyat soal bahaya kebutaan saat Gerhana Matahari total terjadi. Atau itu hanya sekedar pengujian kekuasaan dari pemerintah tertinggi kita. Namun hegemoni itu terbukti membuat tunduk dan patuh rakyat Indonesia kepada sang penguasa negeri.

Dalam cara pandang Soeharto kala itu, ada 40 juta jiwa penduduk yang ada di wilayah itu menjadi prioritas untuk "diselamatkan" dari ancaman kebutaan. Pemerintah memperkuat argumentasinya soal bahaya Gerhana Matahari total terhadap kebutaan dengan memaparkan data (Kompas, 16 Mei 1983). Dikatakan saat itu, di Australia terjadi 3.500 kasus kebutaan saat Gerhana Matahari total 1912. Pada saat Gerhana Matahari total terjadi pada 1976, ada dua kasus kebutaan untuk tiap tiga juta penduduk. Belakangan, data-data yang disampaikan pemerintah itu mengundang perdebatan. Sosialisasi yang dilakukan pemerintah secara besar-besaran itu telah berhasil menimbulkan ketakutan di benak masyarakat Indonesia. Pada saat ketakutan itu melanda, puluhan peneliti asing justru menjadi saksi sejarah peristiwa alam yang tak terlupakan dari kawasan Tanjung Kodok, Tuban. Para peneliti yang merupakan pemburu Gerhana Matahari ini bahkan menyatakan Gerhana Matahari total tahun 1983 adalah yang terindah yang pernah mereka lihat. (Kompas.com, 1 maret 2016)

Dan di tahun yang sama, pemerintah menghimbau kepada masyarakat untuk tidak keluar rumah, dan menghimbau kepada masyarakat muslim melakukan sholat sunat. serta membunyikan kentongan serta beduk masjid untuk memperingati warga agar mulai bersembunyi dan tidak keluar dari rumah. Jika ingin melihat bagaiman terjadinya gerhana matahari total tersebut, pemerintah member opsi untuk melihatnya melalui siaran TVRI serta melihat melalui bayangan di lantai rumah.

GMT 2016

GMT yang terjadi di tahun ini disambut dengan berbagai macam acara. Seperti yang di dikutip dari TEMPO.CO. Sejumlah pihak membentuk panitia nasional untuk menyambut GMT 09 maret 2016. Kegembiraan menyambut GMT ini terlihat di berbagai sudut negeri. Antusias dari rakyat sangat besar disbanding 33 tahun lau.

Berbeda dari 33 tahun silam, gerhana matahari kini diburu oleh masyarakat urban. Begitu banyak jenis dan cara mereka menyambut GMT, yang bisa dikatakan merupakan GMT yang pertama setelah runtuhnya rezim orde baru yang menghegemoni masyarakat akan ketakutan tentang bagaimana bahayanya jika melihat matahari yang di tutupi bayangan bulan. Karena di zaman melek teknologi ini, masyarakat sudah mengetahui apa itu gerhana matahari, bukan sebuah pristiwa yang menkutkan, melaikan sebuah peristiwa yang menabjubkan. Karena sebenarnya melihat gerhana matahari tidak akan langsung membuat kebutaan permanen seperti yang disuarakan 33 tahun lalu. Karena sebenarnya gerhana matahari tidak berbahaya jika dilihat dengan cara yang benar, menggunakan beberapa pengaman saat melihatnya.

Melihat beberapa hari kebelakang kemarin, kita dapat melihat antusiasme warga masyarakat di wujudkan dengan berbagai hal. Seperti: kegiatan warga palangkaraya terkait GMT berpusat di stadio sanaman Mantikei. Di lokasi tersebut, selasa ini, digelar tarian kolosal 150 penari untuk menyambut GMT. Pawai budaya etnik Nusantara di kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), mulai dari suku asli Sulteng, mulai dari suku Minahasa dari Sulawesi Utara. Lalu di Bandung, Jawa Barat, antusiasme warga diwujudkan dengan seri khusus GMT 2016. Di Balikpapan, Kalimantan Timur, untuk memeriahkan GMT sekaligus HUT ke 119 Kota Balikpapan, ada kegitan pemecahan rekor lembaga Perstasi Indonesia – Dunia (Leprid) untuk memakan mantau terbanyak, yakni 2.119 buah. Kegiatan ini dilakukan setelah GMT terjadi. Serta bagi pecinta fotografi , peristiwa GMT ini menjadi ajang bagi mereka untuk mencari dan berburu foto paling menarik dan unik. (kompas, 8 Maret 2016)

Masih perlu di diskusikan

Kejadian pada Orde baru (tepatnya pada pemerintahan bapak Soharto) masyarakat mendapatkan sejenis Hegemoni (pengaruh) yang yang berhasil mempengaruhi seluruh kalangan dari segala tingkatan. Yang hingga detik ini hegemoni yang diungkapakan dulu masih turun temurun di warisi. Saya mengatakan hal ini dikarenakan masih adanya masyarakat yang percaya bahaya GMT yang dikatakan 33 tahun silam. Yang mencengangkan, masih ada saja masyarakat yang takut keluar di saat gerhana matahari, meski di daerah mereka bukanlah lintasan GMT.

Seperti pengakuan seornang senior yang tengah melakukan KKN tematik di Daerah Lombok Tengah, tepatnya di daerah Perina. Saat keluar mencari bahan makanan hari rabu 9 maret lalu, yang ditemukan hanya pasar sepi. Salah seorang yang pada saat itu berada di sekitar pasar, mengatakan kegiatan perdagangan tidak dilakukan karena takut akan gerhana matahari ungkapnya.

Lihatlah bagaimana sebuah hegemoni sang penguasa mempengaruhi hingga ke generasi yang melek teknologi. Hal ini terjadi akibat kurangnya sosialisasi dan pengenalan ilmu itu sendiri. Saya berkat demikian karena memang, pada lingkungan masyarakat yang masih berada di pedesaan, hal semacam ini merupakan sebuah hal yang wajar. Dimana masyarakat enggan untuk keluar rumah hanya karena takut akan berbagai macam hal buruk yang akan terjadi ketika berlangsunnya GMT. Berbeda dari masyarakat yang mengenal teknologi dan berdada di perkotaan.

Sempitnya pemikiran masyarakat tentang gerhana matahari itu membuat saya pribadi merasa kecewa, karena saat saya menyaksikan sendiri gerhana matahari 9 maret lalu sangat menakjubkan. Meski daerah NTB hanya di litasi setengah dari gerhana matahari. Pengetahuan dan pemahaman yang rendah ini menyebabkan warga didaerah tempat tinggal saya masih takut dan parno’ saat gerhana matahari melintas. Sebenarnya, hal semacam ini dapat kita antisipasi sebagai generasi melek tekhnologi serta pemerintah dengan membantu memberi pemahaman kepada masyarakat melalui pendekatan keseharian, dengan ikut berbincang dan berbaur dengan masyarakat. Bisa juga melalui penyuluhan di setiap desa, sekolah dan dusun-dusun bila perlu. Dan juga perlu menggunakan bahasa yang tidak terlalu kaku, agar lebih mudah di mengerti. Mengapa? karena kita tidak dapat memungkiri bahwa tidak semua masyarakat memiliki tekhlologi yang bisa mengakases informasi tentang berbagai hal ini.

Ketakutan yang sudah terhegemoni dari berpuluh tahun lalu akan tetap di warisi turun temurun, jika dari kita tidak melakukan peruahan. Dan terlepas dari pemerintah yang harus melakukan sosialisasi, kita sebagai pemuda pemudi dapat di melakukannya dari hal kecil, yakni pemberian pemahaman kepada keluarga sendiri barulah beralih ke teman sebaya dan adik-adik kita yang sering bermain di sekitar rumah.

 

Refrensi bacaan.

Gerhana Matahari dan Dendam Si Buto - Kompas.com (

Gerhana matahari antara mitos dan sains - BBC Indonesia.com

Daftar gerhana matahari - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.org

Benarkah Gerhana Matahari Total Terjadi 350 Tahun Sekali  - Info Astronomy.com

Gerhana Matahari Total dan Paranoia Penguasa Orba - Kompas.com

Gerhana Matahari Total, Indonesia Sibuk Bikin Penyambutan _ Tempo Teknologi (kamis, 21 Januari 2016)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun