Memasuki bulan suci Ramadhan selalu terjadi kenaikan bahan pangan di pasar-pasar tradisional. Tidak heran, media massa setiap tahun khususnya pada bulan Ramadhan selalu menyuguhkan tema yang sama, kenaikan harga bahan pangan. Dan beritanya selalu bisa ditebak sebelum terjadi, bisa dibilang seperti film-film sinetron, korban sinetron. Alur ceritanya pasti bisa ditebak.
Kenaikan harga mungkin tidak jadi masalah bagi masyarakat yang level ekonominya di atas rata-rata. Namun, bagaimana dengan masyarakat yang ekonominya di bawah standar. Bisa dibayangkan bukan, mereka harus menerima dampak dari kenaikan harga, makan dengan seadanya.
Akar permasalahan ini perlu dilakukan penanganan secepat mungkin, agar oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab tidak menentukan harga semaunya. Kesengajaan beberapa oknum atau mafia bahan pangan sengaja menimbun bahan pangan menjelang bulan Ramadhan, selanjutnya penjualan dilakukan ketika memasuki bulan Ramadhan dengan harga tinggi. Penyebab lain adalah panjangnya alur distribusi bahan pangan sehingga menyebabkan kenaikan harga di pasar-pasar.Â
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Karyawan Gunarso mengungkapkan, saat ini Bulog menargetkan serapan beras petani di angka 15 ribu per hari. Menurutnya, jumlah itu sudah bisa mencukupi kebutuhan masyarakat di seluruh pelosok Nusantara.
Tujuan Perum Bulog menyerap 15 ribu ton beras petani secara langsung adalah untuk memutus mata rantai mafia beras (pangan). Tidak secara keseluruhan namun bisa mengurangi. Bulan April lalu, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menunjuk Komisaris Jenderal (Purn) Budi Waseso sebagai direktur utama Perum Bulog. Budi Waseso diharapkan bisa menjamin ketahanan pangan ataupun menyejahterakan petani.Â
Belum lama ini Perum Bulog mengeluarkan Produk komersial sebagai bentuk strategi untuk menjaga kesetabilan harga dan ketersediaan bahan pangan antara lain Beras Kita, Gula Manis Kita, Tepung Kita, Minyak Goreng Kita, Air Minum Kita, dan sebagainya. Bulog juga menyiapkan produk kemasan dengan izin Standar Nasional Indonesia (SNI), Badan Pengawas Obat dan Makan (BPOM), serta izin peredaran. Produk komersial yang disediakan Perum Bulog diharapkan mampu menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pangan untuk masyarakat di seluruh pelosok Indonesia, sehingga masyarakat menjadi sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H