Bila film sungguh-sungguh kita yakini sebagai instrumen penting dalam pembentukan watak peradaban, maka ketiga hal itu mulai harus dibenahi. Akses masyarakat untuk menikmati film nasional melalui bioskop kembali harus dibuka lebar dengan cara menggairahkan kembali munculnya gedung bioskop hingga ke tingkat Kabupaten.
Langkah itu harus diimbangi dengan kepedulian dan niat baik para pekerja film dan produser film untuk menghasilkan film-film yang tidak hanya sensasional, menjual impian dan mengeksploitasi kekerasan atau seksualitas semata tetapi nilai film sebagai media katarsis sosial dan edukasi publik harus menjadi pertimbangan utama produksi sebuah film. Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah adanya regulasi pemerintah yang menjamin agar industri film nasional tetap bisa menjadi tuan rumah dinegeri sendiri dengan cara mendesain sebuah tata aturan yang memungkinkan agar film nasional tidak kalah bersaing dengan film impor.
Akhirnya, selamat hari film Nasional, semoga industri film Nasional dimasa mendatang sungguh-sungguh menjadi tuan rumah dinegeri sendiri, film yang benar-benar bisa berbicara kepada masyarakat.