Sebuah kabar mengejutkan datang dari salah satu pemain andalan Indonesia di sektor ganda campuran yakni Tontowi Ahmad. Pemain yang pernah berhasil mencatat tiga kali menjuarai turnamen tertua bulutangkis yaitu All England tersebut memutuskan untuk mengundurkan diri dari pelatnas PBSI yang sudah membesarkan namanya pada tanggal 18 Mei 2020 dikarenakan berstatus sebagai pemain magang.
Status pemain magang itulah yang menjadi salah satu alasan Tontowi untuk gantung raket meskipun bukan alasan utama. Tontowi Ahmad sangat kecewa dengan keputusan PBSI karena memberikan status magang yang biasanya diperuntukkan bagi pemain junior yang ingin masuk ke pelatnas PBSI padahal Tontowi sudah memberikan prestasi yang luar biasa untuk Indonesia.Â
Tak hanya itu, PBSI sempat berencana untuk mempasangkan Tontowi Ahmad dengan Apriyani Rahayu. Terkait rencana tersebut akhirnya Apriyani Rahayu dan Tontowi Ahmad resmi dipasangkan PBSI sejak Januari 2020 dan langsung debut pertamanya pada bulan yang sama di ajang turnamen Indonesia Master 2020 sekaligus menjadi turnamen terakhir yang diikuti oleh Tontowi Ahmad. Tontowi memastikan bahwa masalah status pemain magang di pelatnas PBSI hanya faktor kecil yang mempengaruhi keputusan dirinya untuk pensiun.
Tontowi Ahmad telah memberikan banyak dampak positif di sektor ganda campuran maupun bagi Indonesia secara keseluruhan dan di sisi lain para atlet bulutangkis di ganda campuran merasa kehilangan figur panutan yang baik.Â
Peran Tontowi sangat terlihat dengan jelas pada kedua pasangan generasi penerus Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir saat ini yaitu Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dan Hafiz Faisal/Gloria Emmanuel Widjaya. Meskipun dari segi kompetitif dan teknik bermain di lapangan mereka masih membutuhkan waktu untuk bisa menyamai posisi seperti Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir.
Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir telah mengharumkan Indonesia di kancah bulutangkis dunia. Terbukti Tontowi/Liliyana berhasil memecahkan rekor sebagai pasangan ganda campuran Indonesia pertama dalam meraih medali emas di Olimpiade Rio De Janeiro, Brazil pada tahun 2016 setelah mengalahkan pasangan ganda campuran terbaik asal Tiongkok Zhang Nan/Zhao Yunlei di partai final.Â
Atas pencapaian prestasi tersebut, Tontowi Ahmad tidak menyesali keputusannya untuk mengundurkan diri walaupun secara fisik dan mental masih mampu bertanding dan bersaing. Meskipun demikian Tontowi Ahmad menjadi salah satu atlet bulutangkis Indonesia terbaik di sektor ganda campuran.Â
Dedikasi, komitmen dan disiplin yang sangat luar biasa dapat membuat Owi menorehkan prestasi gemilang di bulutangkis dan termasuk ke dalam jajaran pemain elit dunia.Â
Deretan gelar bergengsi membuat Tontowi cukup puas atas pencapaiannya selama menjadi atlet bulutangkis. Hingga akhir karirnya Tontowi mengaku tak ada gelar yang membuat dirinya penasaran meski Ia belum berhasil mempersembahkan emas Asian Games, namun Tontowi sangat bersyukur dapat meraih emas Olimpiade yang tingkatannya lebih tinggi.