Mohon tunggu...
Anam LittleBell
Anam LittleBell Mohon Tunggu... Lainnya - Aktif

''Freedom of speech'' Sampaikan keresahanmu sekecil apapun

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Open Mind

10 Maret 2024   10:08 Diperbarui: 10 Maret 2024   10:17 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Setiap orang memiliki kesulitannya sendiri sendiri. Kesulitan disini bisa berupa beban yang ditanggung, kesulitan, hambatan , dan lain sebagainya. Seperti halnya seorang anak yang kesulitan dalam belajar, orang yang sudah punya pengetahuan lebih juga memiliki beban sosial yang dilimpahkan padanya. Seperti harus menjadi dokter, harus mengajarkan kepada yang lain, dan lain sebagainya. Pada intinya setiap orang memiliki kesulitannya masing masing.

Membicarakan hal klise seperti ini memang dirasa kurang mengena, namun memang kenyataannya seperti ini. Demi mewujudkan pandangan saling menghargai, saling menghormati, saling mengerti antara orang satu dengan yang lain. Perlu adanya pembahasan lebih rinci mengenai hal ini. Bahwa setiap orang itu berbeda-beda. Dan perlu diketahui, bahwa seseorang akan bergerak atau berbuat sesuatu berdasarkan tujuannya. 

Saya yakin setiap manusia pasti memiliki tujuan, entah tujuan jangka pendek ataupun jangka panjang. Dan untuk mencapai tujuan tersebut seseorang melakukan banyak hal. Ada yang melalui cara yang baik ataupun cara sebaliknya. Seperti halnya orang yang ingin menjadi seorang guru, maka dia diantaranya akan belajar sesuai bidangnya yang ingin dicapai, dia juga akan sering mengajari orang disekitar dengan dalih atau tujuan agar ia terbiasa mengajar.

Baca juga: Sikap Obyektif

Kurangnya adalah ketika ada seseorang yang diberi suatu tanggung jawab namun dalam tanggung jawab yang diberikan tersebut tak sedikitpun menyangkut kepentingan atau tujuannya. Yang akhirnya dia akan menyepelekan tanggung jawab yang diberikan, dan justru melanggar tanggung jawab itu sendiri. Dan seseorang yang menjadi korban pun seperti karyawannya atau bawahannya atau yang dia pimpin sebenarnya juga tak bisa menyalahkannya karena memang dia tidak ada kepentingan di bidang tersebut. Sungguhlah menjadi hal wajar kalau dia tak sungguh sungguh. Terlepas dari dia adalah individu yang bertanggung jawab dan sebagainya.

Yang saya tekankan adalah bahwa semua tidak dapat selalu berjalan sesuai apa yang kita harapkan, dan kita juga tidak bisa mengontrol pola pikir, tingkah laku orang lain. Kuasa kita adalah diri kita. Jadi bagaimana kita menanggapinya dengan sebijak mungkin, agar tidak mencederai perasaannya seperti bertengkar, debat kusir, dll ataupun mencederai perasaan kita sendiri seperti emosi, dengki, marah, dll. 

Sebisa mungkin kita melihat letak permasalahan atau benang merahnya secara meluas dan seterbuka mungkin atau dalam istilah masa kini adalah open mindet. Jadi kita tak langsung menyalah nyalahkan seseorang atau suatu hal. Namun kita telaah terlebih dahulu seperti "ohh mungkin ini bukan bidangnya dia" , "ohh mungkin dia sedang sibuk",dan kemungkinan yang lain. Setelah itu kita olah rasa kita sendiri. Sebisa mungkin jangan mengeluarkan emosi negatif yang sia sia. Karena kita punya otoritas untuk mengendalikan perasaan kita sendiri, apakah kita ingin bahagia, senang, tertawa, ceria ,dan lain sebagainya. Semua kembali pada diri sendiri.

#keresahan14

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun