Mohon tunggu...
Kemas Achmad Mujoko
Kemas Achmad Mujoko Mohon Tunggu... Sociology of Development Student, Universitas Negeri Jakarta -

Equivalent Exchange

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Angkasa

5 Oktober 2015   17:18 Diperbarui: 5 Oktober 2015   19:20 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Tunggulah, bersabarlah, ia adalah entitas yang begitu bebasnya hingga jika ingin ditemui harus menunggu sebuah kebetulan bahwa ia ingin menunjukkan penciteraannya.”

Sejujurnya, Libra adalah entitas yang paling enggan untuk menunggu, ia lebih senang untuk menjemput. Prinsip yang telah dicekoki padanya memaksanya untuk memiliki nilai, lebih awal atau tepat waktu, bukan terlambat. Hal ini yang menjadikannya entitas yang paling dekat kepada entitas tertinggi.

Baginya, kadang menunggu sebuah ketidak pastian adalah jebakan paling menyeramkan, karena ia bisa melakukan hal lain ketika ia menunggu sebuah ketidak pastian. Namun untuk Pluto kali ini, ia rela untuk menunggu sebuah ketidak pastian. Ketika menunggu sebuah ketidak pastian ini, Libra enggan untuk melakukan apapun. Bahkan untuk melakukan hal-hal yang menjadi pekerjaannya. Karena menurutnya tanpa Pluto ia akan buta akan segala pekerjaannya. Meskipun ia tidak dibayar untuk menunggu, ia dibayar untuk menjaga.

Dalam penantiannya, Libra banyak berdiskusi dengan Merkurius. Berdiskusi mengenai kebaikan dan ketiadaan kebaikan—kini ia mengerti mengapa ia harus menggunakan kalimat positive.

“Bagaimana menjadi entitas yang jahat menurutmu?”

“Tidak ada kejahatan, begitu pula kegelapan. Yang ada ialah ketiadaan kebaikan dan ketiadaan cahaya, karena pada dasarnya entitas tertinggi hanya menciptakan kebaikan.”

“Saya setuju dengan anda wahai Merkurius. Tiada yang namanya kejahatan, yang ada hanyalah ketiadaan kebaikan, entitas tertinggi membentuk setiap kebaikan, namun ia juga membentuk spectrum ketiadaan kebaikan. Namun dalam spectrum ketiadaan kebaikan itu pada dasarnya semakin jauh ia berada dari kebaikan, maka semakin tiada kebaikan dalam dirinya. Bagaimana dengan anda wahai merkurius? Bukankah anda sangat dekat dengan matahari? Bukankah dalam teorinya seharusnya dirimu memiliki sisi baik yang tinggi?”

“Akan saya jelaskan perlahan, matahari memiliki unsur kebaikan yang sangat tinggi hingga mencapai kesempurnaan, namun ia tidak sempurna pada dasarnya, janganlah lupa bahwa matahari juga memiliki bercak bercak ketiadaan cahaya. Saya merkurius dekat dengan matahari, saya diterangi oleh matahari sedemikian dekatnya, namun percayalah wahai libra, cahaya tidak akan berpengaruh pada jarak, konsep anda salah, cahaya hanya akan meredup ketika ia melalui hambatan. Saya juga memiliki sisi baik, meskipun saya dilahirkan untuk tidak memiliki kebaikan, kemudian bagaimana dengan Pluto? Ia sangat minim akan kebaikan, dan juga tentunya sangat banyak akan permasalahan, namun percayalah, ia tetap mendapatkan sinar matahari. Tidak ada entitas yang paling baik secara sempurna dan tidak ada entitas yang tidak memiliki kebaikan secara sempurna pula. Ingatkah anda pada konsep solidaritas? Tidak ada solidaritas yang secara penuh mekanis dan tidak ada pula solidaritas yang secara penuh organis.

“Bisakah saya menannyakan satu hal lagi?”

Merkurius mengangguk.

“Saya menjadi konstelasi yang dinaungi oleh banyak bintang dan planet, yang artinya saya memiliki kebaikan dan juga ketiadaan kebaikan. Entitas tertinggi—dan tentunya konstelasi lain—memaksa saya hanya menunjukkan apa yang mereka inginkan, tentang kebaikan dan nilai baik. Demikian pula tentang apa yang saya rasakan, saya merasa bahwa entitas lain tidak menginginkan cerita buruk—ah mungkin lebih baik menggunakan terminology “cerita yang tidak baik”. Itulah yang memaksa saya untuk tidak menceritakan apapun mengenai keinginan saya sehingga saya cenderung untuk “terlihat serba baik””

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun