Mohon tunggu...
Rudi Dari Rumpin
Rudi Dari Rumpin Mohon Tunggu... -

Sekarang mengajar di SDN Sukasari 04 Rumpin Bogor. Aktip di Pengurus Cabang PGRI Kecamatan Rumpin. Aktif menulis puisi dan Cerpen , serta menjadi blogger di http//www.bloggurudarirumpin.blogspot.com. \r\ndan http//www.rumpinnews.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fini Sayang Mamah

30 Oktober 2016   05:58 Diperbarui: 30 Oktober 2016   07:24 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Mas. Mas Dion?” seruku terkejut tak percaya dengan penglihatan sendiri. “Maaf mas, saya tidak jadi ikut lomba itu.” keluhku penuh sesal.

“Coba kamu lihat ini,” mas Dion menyerahkan tablet ke arahku. “Perhatikan baik – baik. Ada nama kamu di situ, kamu jadi pemenang juara pertama dalam lomba itu Fin.”

“Ini pasti bohong. Aku kan belum sempat mengirimkan naskah cerpenku ke panitia lomba. Mana mungkin bisa menang. Mungkin Fini lain, bukan aku, mas.” kataku.

“Maafkan mas yah, Fin. Atas permintaan papahmu, jam sepulu saat kamu sudah dibawa ke rumah sakit ini, papahmu menelepon mas meminta tolong mas untuk melihat karya kamu yang kamu tulis malam itu sebelum akhirnya kamu jatuh sakit. Ternyata sebuah cerpen yang kamu persiapkan untuk lomba. Mengingat hari itu waktu terakhir pengiriman naskah, maka mas menggunakan alamat email mas sendiri untuk mengirimkan naskah kamu. Dan itulah hasilnya,” jelas Mas Dion, “impianmu tercapai Fin. Karya kamu akan dibukukan bersama pemenang lainnya dan akan menjadi proyek nasional untuk mengisi rak buku perpustakaan di setiap sekolah se-Nusantara.”

“Kamu hebar Fin,” puji papah, “papah kagum padamu, nak,” puji papah sambil memluk tubuhku.

“Mah, Fini melakukan ini semua demi mamah. Fini mengikuti lomba itu karena tertarik untuk memperoleh hadianya. Hadiahnya uang mah. Dan uang itu akan Fini berikan ke mamah agar dapat mengangkat kanker ganas yang menggerogoti rahim mamah. Fini sayang mamah. Fini ingin melihat mamah sekat,” kupeluk tubuh mamah dengan penuh kasih.

Air mata mamah mengalir deras tak tertahankan. “terima kasih sayang. Mamah bangga mempunyai anak seperti kamu.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun