Lalu burung-burung dan berang-berang dengan cukup serius mempertegas konsep ruang dalam relasi sosial dengan cara memodifikasi dan menciptakan ruang tempat hidup mereka secara fisik, sebagai teritori kelompok maupun individu, menggunakan batasan-batasan yang jelas yang dibangun menggunakan rerumputan dan batang-batang kayu.
Lebah membangun dan menjaga sarangnya dengan lebih terelaborasi lagi, menciptakan sistem, mengatur tata-ruang, dan membentenginya secara fisik. Semut bahkan bekerjasama membangun kotanya sendiri, dengan kesepakatan-kesepakatan menyangkut lokasi menyimpan makanan, telur, jalur sirkulasi, dan tempat kediaman ratunya. Semut jenis pemotong daun (leafcutter ants) membawa masuk potongan-potongan daun ke dalam kotanya untuk menumbuhkan jamur sebagai bahan makanan untuk larva-larva mereka.
Seperti massa yang besar membelokkan ruang dan waktu; aktivitas, interaksi, dan relasi sosial "membelokkan" persepsi penghuninya akan ruang tempat mereka berada.
***
Kemudian datanglah makhluk yang berjalan tegak menggunakan kedua tungkainya; Homo sapiens sapiens.
Pada dasarnya manusia masih memiliki pola yang sama dengan makhluk-makhluk yang telah dibahas sebelumnya. Manusia mengkonsumsi sumber daya, beraktivitas, berinteraksi, berkelompok, dan membangun relasi sosial-ekonominya, yang pada gilirannya akan mempengaruhi ruang tempat hidupnya secara subjektif maupun objektif. Dengan satu saja perbedaan, yaitu bahwa apa yang dilakukan oleh manusia telah jauh, jauh sekali melampaui segala kehidupan yang pernah ada di muka bumi ini.
Otak adalah yang menjadi salah satu biang keladi utamanya. Otak gajah memang lebih besar daripada otak manusia, tetapi otak manusia memiliki volume yang paling besar jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Hasilnya adalah kecerdasan yang membumbung tinggi jauh melampaui semua makhluk lainnya yang pernah ada di muka bumi ini.
Dari kecerdasan tinggi tersebut maka manusia mulai dapat mempergunakan alat, memulai penemuan-penemuan primitif, dan membaca alam dengan lebih baik untuk menunjang tindak-tanduknya; dari kapak batu hingga tombak, palu primitif hingga panah, memicu api dan membuat pelapis tambahan untuk tubuh tak berbulunya, menemukan roda, membaca bintang, dan tinggal secara berkelompok.
Hal lain yang timbul secara bersamaan dengan kemampuan teknis dan cara hidup yang berkelompok, dalam gerak dialektis sebagai sebab sekaligus sebagai akibat, adalah bahasa dan kerja sama, kolaborasi dan koordinasi.
Manusia mulai mengabstraksi diri dan benda-benda di sekitarnya, memisahkan serta memilah-milah individu dari lingkungannya, serta menciptakan variabel-variabel untuk diri, benda, dan lingkungannya. Mereka menjadi makhluk dengan kemampuan kognitif yang superior, sadar akan eksistensi dirinya sendiri di tengah-tengah lingkungannya dan makhluk-makhluk di sekitarnya - self-conscious.
Kemudian dari dunia fisik yang diwakili kata-benda mereka bergerak mempertajam persepsinya tentang ruang, diri serta objek-objek di dalamnya, dan juga waktu; melalui dunia abstrak berbentuk kata-kerja, kata-sifat, dan kata-keterangan. Dunia diinternalisasikan ke dalam otak secara semakin dan semakin utuh; ruangnya, objek-objeknya, lokasinya, keadaannya, pergerakannya, dan waktunya.