Kemacetan adalah masalah inheren dari moda transportasi berbasis kendaraan bermotor pribadi. Inheren: artinya melekat dan merupakan bagian tak terpisahkan dari moda transportasi tersebut.
Di sebuah jalan berisi kendaraan-kendaraan pribadi, pertimbangan, kontrol, pengambilan keputusan, dan segala hal lain terkait laju kendaraan dipecah dan didelegasikan kepada banyak sekali orang. Setiap kendaraan yang berjumlah ribuan itu memiliki otaknya sendiri-sendiri, yang tidak saling terintegrasi satu dengan lainnya. Yang terbentuk adalah arus transportasi yang sangat cair, fleksibel, namun sama sekali tidak stabil, dan mudah sekali terganggu. Sedikit saja terdapat gangguan, baik itu oleh sebab komponen internal dari arus itu sendiri maupun oleh sebab eksternal, maka keharmonisan arus akan rusak dengan tiba-tiba dan melahirkan kemacetan.
Ada banyak hal yang bisa menjadi gangguan terhadap suatu arus lalu lintas. Kemacetan lalu-lintas bisa dipicu oleh gangguan ringan yang membuat satu atau dua kendaraan melambat secara tiba-tiba di tengah arus yang pada awalnya stabil.
Sedikit hambatan di sebuah lajur, genangan air, lubang di tengah jalan, perlintasan kereta api, pertemuan arus, perpotongan arus, truk di jalur cepat atau tanjakan, kendaraan yang tiba-tiba berpindah lajur, kendaraan dari luar yang masuk ke lajur utama, benda atau kejadian apapun di tepi jalan yang mencuri perhatian pengemudi dan membuatnya sejenak menginjak pedal rem, atau sekadar kucing yang menyeberang dengan tiba-tiba; bahkan, meskipun suatu lajur sebenarnya sangat lancar, sekadar kemacetan di lajur sebelah akibat antrian keluar dari arus utama pun cenderung akan membuat pengemudi melambatkan laju kendaraannya.
Gangguan-gangguan ringan tersebut akan membuat - pada awalnya - satu atau dua kendaraan melambatkan lajunya dengan tiba-tiba, yang diikuti oleh kendaraan di belakangnya, yang biasanya akan menurunkan kecepatan lebih rendah dari kendaraan di depannya untuk memperpanjang ruang antar kendaraan. Beberapa kendaraan ke belakang, rem akan diinjak lebih dalam lagi manakala pengemudi melihat beberapa baris lampu rem bernyalaan di mukanya sebagai upaya antisipasi. Demikian reaksi saling melambatkan laju merambat ke arah belakang, lebih lambat di setiap barisnya, hingga sekian baris di belakang kondisi lalu lintas telah berada dalam keadaan merayap. Lalu ketika mulai melajukan kembali kendaraannya, setiap pengemudi akan sekian detik lebih lambat untuk mulai melaju dibandingkan kendaraan di depannya. Dalam kondisi di atas, arus kendaraan bergerak seperti pegas atau seperti gerak cacing.
Cukup ditambah pengemudi yang tidak responsif, kaki yang mulai lelah, atau truk yang lamban untuk dilajukan kembali, maka dalam sekejap kondisi merayap berubah menjadi berhenti total untuk sejenak, yang akan menjadi berhenti total untuk waktu yang lama - "macet" - ketika hal ini berulang dalam jeda yang singkat. Mekanisme seperti di ataslah yang seringkali terjadi dalam suatu kemacetan.
Terlebih lagi jika gangguan-gangguan ringan di atas masih dimeriahkan lagi oleh gangguan-gangguan berat yang bertebaran di Ibukota Jakarta; kecelakaan, mobil mogok, banjir, kaki lima menghadang jalan, jalan menyempit, lajur yang ditutup, perbaikan jalan, lampu lalu-lintas, terlebih lagi yang sedang mengalami gangguan, atau gerbang Tol.
Â
Ya. Di Indonesia, khususnya di Jakarta, lampu lalu-lintas dan gerbang Tol adalah salah satu penyumbang kemacetan yang lazim. Setiap hari beribu-ribu kendaraan terjebak dalam kemacetan di Ibukota karena mengantri lampu lalu-lintas berubah warna menjadi hijau. Pada liburan Natal tahun 2015, kemacetan parah melanda berbagai tempat di sekitar Ibukota, ditengarai penyebabnya adalah antrian gerbang bayar Tol.
Bahkan lampu lalu-lintas dan gerbang tol! Yang pertama adalah alat untuk membantu ketertiban dan kelancaran lalu lintas, yang kedua adalah sarana yang dalam bahasa Indonesia disebut "jalan bebas hambatan". Keduanya tak terlepas dari kutuk kemacetan Ibukota, karena memang permasalahannya bukan di mana-mana melainkan di moda transportasi berbasis kendaraan pribadi itu sendiri. Untuk terbebas dari kemacetan kita perlu metode lain dalam bertransportasi, yang lebih cerdas.