Mohon tunggu...
Lyfe

Perpeloncoan, Pembodohan Para Pelajar!

24 Agustus 2015   17:14 Diperbarui: 24 Agustus 2015   17:14 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Mahasiswa baru itu ibarat anak yang baru tumbuh. Jika sejak awal ia disuapi hal-hal buruk, maka dia akan menjadi orang dewasa yang jauh lebih buruk”

 

Sejatinya motif klasik adalah 'balas dendam', mengerjai junior adalah kesempatan untuk balas dendam atas perbuatan yang dilakukan oleh senior pada tahun sebelumnya. Namun tetap saja, dengan topeng yang bijaksana para senior berbusa-busa mencari pembenaran atas kegiatan tersebut. Alasannya bisa-bisa saja: menjalin kebersamaan katanya, memupuk kedisiplinan katanya, ada-ada sajalah katanya. Tetapi yang jelas, saya tidak melihat korelasi antara tujuan yang mulia itu dengan praktek di lapangan. Malah tampak sumbang. Diluar akal sehat. 

Semasa kita masuk SMA, ada yang namanya Masa Orientasi Sekolah (MOS). Dengan bangga kakak senior mempermalukan adik-adiknya yang luguh itu. Ditambah dengan bermacam-macam atribut untuk menyempurnakan kebahagiaan bagi para senior. Masih belum cukup, hingga mental, emosi & kejiwaan pun dipermainkan. Kekerasan fisik? Itu entahlah. Jikapun ada umumnya lebih sempurna—dalam menutupinya. 

Itulah sistem rumit karya kita. Salahkah?

Tentu tidak. Tradisi katanya. 

Serunya lagi, MOS itu masih ada lagi semasa kita masuk ke perguruan tinggi. OSPEK. Lucunya, seorang yang memiliki title mahasiswa, 'maha' itu besar. Besar. Tapi katanya. Sebab perilaku mereka tidak jauh berbeda dengan siswa. Malah lebih rentan. Yang juga dengan bangga mempermainkan/mempermalukan adik-adiknya seperti membentak, Marah, Mencaci, Memaki. Walau berpura itu sungguh ironi.

 

Namun dengan segudang alasan, panitia tetap membantah. Karena adanya acara hiburan berupa nyanyian, yel-yel, tepuk tangan yang membahana & sejenisnya dapat menghadirkan senyum di wajah yang lelah. Melihat wajah-wajah tersenyum itu, para diktator (baca: panitia; senior) berdalih bahwa acara ini tidak sepenuhnya memberatkan. Sayang sekali, mereka lupa, seakan euforia menjadi ukuran kesuksesan sebuah kegiatan. Sungguh ironi yang berhasil tersamarkan.

 

Inilah bangsa yang ingin maju, namun sejatinya pemikiran moral kita mundur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun