Judul Buku : GERIMIS di EL TARI
Jenis Buku : Novel (Roman)
Penulis : Erna Suminar
Penerbit : Yayasan Kebudayaan Rancage dan Pustaka Jaya
Cetakan Pertama : Juli 2016
Tebal Halaman : 412
Harga : Rp. 100.000
Cinta dan takdir adalah dua hal yang tak dapat ditebak apalagi direncanakan manusia. Mereka datang seenaknya, di saat-saat yang tak diharapkan di tempat yang tak disangka-sangka. Setidaknya itu yang terjadi pada Ayunda Adriana, seorang wanita modern yang sedang mencoba memainkan perannya sebagai istri yang baik dalam membangun rumah tangganya bersama seorang pemuda yang nyaris sempurna — mapan, pintar dan penuh dedikasi pada pekerjaannya.
Di tengah menjalani tekadnya membangun sebuah keluarga yang utuh, Ayunda dipertemukan oleh seorang pemuda lain yang dapat mengisi kekosongan batin dan gairah hidupnya. Pertemuan tak disengaja yang semula berdasarkan pertemanan berkembang menjadi lebih bermakna. Ayunda dan Adrian menemukan belahan jiwa mereka.
Tapi tunggu dulu, novel ini bukan bertutur tentang perasaan cinta yang dimanjakan tetapi tentang pergulatan batin yang kuat terhadap rasa, makna hidup, pilihan, takdir dan cinta itu sendiri.
Buku ini adalah buku untuk pembaca dewasa yang sudah melihat cinta sebagai sesuatu yang disyukuri tanpa perlu diusik oleh hal-hal remeh cinta picisan.
Status Ayunda yang sudah bersuami ditambah dengan kepercayaannya yang berbeda dengan Adrian membuat perjalanan ritual cinta mereka menjadi penuh penghayatan, sederhana dan jauh dari tuntutan..
Namun, buku ini bukan melulu tentang cinta, Kawan!
Buku ini bertutur tentang keindahan alam, eksotisme dan kearifan budaya Indonesia Timur khususnya Nusa Tenggara. Penulis yang dosen filsafat sebuah universitas di Bandung dan tinggal di daerah Kupang sekian bulan pertahunnya telah sukses menelurkan sebuah karya yang sangat apik, yang memadukan antara seni, filsafat, budaya dan kejayaan Indonesia Raya.
Ada satu paragaraf dalam buku ini yang sempat membuat saya GR, karena saya merasa penulisnya menuliskan “sosok saya” dalam bukunya, yaitu kesenangan Adrian akan makanan combro. Saya doyan combro loh! Meskipun saya perempuan. Ah, entahlah…
Buku ini BUKAN untuk Anda yang baru mengenal cinta atau orang-orang yang tidak menyukai perbedaan. Buku ini buku roman UNTUK DEWASA. Jadi, buat kalian yang apa-apa maunya instant yah, sana! Baca buku roman yang lain ajah!
Buku ini menjadi buku pilihan di Kongres Bahasa Daerah Nusantara tanggal 2 - 4 Agustus di Bandung di mana penulisnya merepresentasikan buku ini di depan pakar-pakar bahasa. Dan buku ini adalah buku ke-4 Erna Suminar. Buku-buku terdahulunya adalah Bukan Cinta yang Buta, Engkaulah yang Buta (Kumpulan puisi 2013), Obrolan di Kedari Plato (Kumpulan Esai, 2014) dan Kekasih yang Tak Diinginkan (Kumpulan Puisi, 2014).
Terakhir buat Teteh Erna Suminar… Terima kasih telah berkarya. Buku ini membuat tahun 2016 menjadi tahun Indonesia Raya! Saya bangga dengan keragaman Indonesia!
Sekian.
Bali, penghujung November 2016, Soyo Kaze.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H