Mohon tunggu...
S K
S K Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang anak yang tinggal di Jepang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mari Dukung Gerakan Kepedulian untuk Pak Agust Dapa Loka

9 Oktober 2011   01:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:11 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sewaktu saya membuka dashboard kompasiana hari itu, tanggal 6 October kemarin, saya mendapatkan permintaan pertemanan dari Pak Agust Dapa Loka. Saya kaget sekali, karena saya pernah membaca profil mengenai beliau di salah satu tulisan seorang kompasioner yang berjudul Tetap Menulis Meski Disiksa Infeksi Tulang beberapa bulan yang lalu. Walau tidak berkomentar, tulisan itu memberikan kesan yang mendalam untuk saya. Sosok yang menginspirasi.

 

Dan, ketika sosok itu meminta saya untuk mengaddnya sebagai teman, membuat saya terkejut bukan kepalang. Segera saya membuka lapaknya dan membaca tulisan-tulisannya. Lalu, pada hari berikutnya keluar lagi tulisannya Surat Guru Penderita Infeksi Tulang untuk SBY. Setelah beberapa jam tulisan itu keluar, pembacanya hanya 23 orang saja. Saya mulai mencari-cari apa yang menyebabkan tulisan ini tidak banyak dibaca orang. Padahal setahu saya, tulisan-tulisan yang membawa inisial SBY biasanya masuk Hihglight atau paling tidak diminati orang. Saat itu saya melihat bahwa Bapak Agust hanya mempunyai sekitar 25 teman (maaf angka pastinya saya lupa) di kompasiana.

 

Tulisan yang merupakan jeritan hati seorang manusia yang berusaha bertahan hidup, suami dari seorang isteri, ayah dari anak-anaknya, guru dari murid-muridnya, penulis dari pembacanya, tidak mendapatkan tanggapan yang cukup dari para pembaca, hanya karena masalah teknis saja. Sedangkan tulisan-tulisan lain yang lebih bersifat remeh temeh tetapi disukai karena temanya yang aktual dengan situasi sekarang, atau judul yang bombastis atau karena ditulis oleh penulis terkenal di kompasiana ini dengan mudahnya masuk HL atau Highlight. Kemudian saya menyarankan Pak Agust untuk menambah teman di kompasiana dengan merekomendasikan beberapa kompasianers yang saya tahu betul memiliki kepedulian yang tinggi kepada sesama (maaf kepada para kompasianers tersebut karena saya telah lancang merekomendasikan anda).

 

Tapi, seperti yang kita semua ketahui, tulisan yang sudah dipublish tidak bisa dipublish 2 kali. Sehingga mengharapkan tulisan ini dibaca lebih banyak orang, hampir tidak mungkin. Lagi-lagi karena masalah teknis. Tapi saya yakin, kompasiana yang penuh dengan orang-orang dari berbagai macam karakter dan latar belakang, bisa menjadi sarana untuk saling menolong sesama manusia.

 

Pada saat itulah saya teringat akan sosok Bapak Harja Saputra yang tulisan-tulisannya banyak menginspirasi saya. Dari tulisan-tulisannya itulah saya mendapat keberanian untuk mengirim pesan dan memberitahukan perihal Bapak Agust Dapa Loka kepada beliau tentu dengan mempersiapkan diri untuk mendapat jawaban penolakan. Setelah menulis pesan kepada Bapak Harja saya pergi ke luar dengan keluarga karena hari libur (hari Sabtu).

 

Begitu kembali ke rumah pada malam hari, saya membuka dashboard kompasiana dan mendapat 3 buah pesan dari Bapak Raharja. Ternyata insting saya benar! Saya telah menghubungi orang yang tepat! Bukan saja jawaban positif yang saya terima, Pak Harja malah sudah menulis artikel dan sudah mengatur hal-hal yang diperlukan dalam hitungan jam saja. Lagi-lagi saya terkejut. Benar-benar saya dihadapkan pada sosok-sosok manusia yang menginspirasi, tidak hanya menulis tapi juga mampu bertindak; cepat, langsung dan nyata terhadap sesamanya.

 

Satu hal lagi yang membuat saya terkejut adalah, tulisan Gerakan Kepedulian untuk Pak Agust (Kompasianer, Guru dan Penulis Penderita Penyakit Infeksi Tulang Akibat Amputasi Kaki) yang membawa misi kemanusiaan dan sudah divote aktual oleh sekitar 20 kompasianers, tidak dilirik oleh administrasi. Jangankan HL, Highlight saya tidak! Padahal Bapak Harja sudah menyusun hal-hal yang diperlukan seorang diri, tanpa meminta bantuan administrasi. Paling tidak, admin bisa menaruhkannya di HL selama beberapa jam. Apakah itu terlalu sulit? Atau mungkinkah administrasi sedang merencanakan sesuatu yang lebih besar?

 

Pagi ini, saya dikejutkan lagi oleh satu fakta, ternyata saya belum berteman dengan Pak Harja Saputra di kompasiana ini! Hal ini menambah salutnya saya kepada beliau. Saya yang bukan temannya saja sudah ditanggapinya dengan sepenuh hati.

 

Mari kita bantu Pak Agust Dapa Loka agar beliau dapat hidup di luar rasa sakit yang menemani hari-harinya. Mari kita dukung Bapak Harja Saputra yang dengan iklas mengorganisir gerakan kepedulian sesama dengan menyumbang atau menyebarkan tulisannya ke khalayak luas. Membeli buku karangan Bapak Agust Dapa Loka yang berjudul Perempuan itu Bermata Saga juga merupakan bentuk bantuan yang tak terhingga.

 

Salam peduli sesama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun