Indonesia kini memasuki era disrupsi teknologi. Tiap sendi kehidupan dipaksa beralih menjadi serba digitalisasi. UMKM sebagai salah satu penyangga ekonomi negeri mau tidak mau harus mengonversi usahanya agar tak mati suri.
Di sisi lain, masyarakat saat ini telah bergeser pada user experience technology. One click lifestyle pun melekat pada kehidupan untuk penuhi kebutuhan. Lembaga perbankan seperi Bank BRI, kini turut serta bertransformasi menjadi technology company.Â
BRImo adalah salah model bisnis digital baru hasil transformasi Bank BRI yang menjembatani pebisnis dengan nasabah. Lewat berbagai fitur unggulan seperti transfer antar bank, QRIS, catatan keuangan, dan bayar tagihan, BRImo permudah UMKM untuk mengelola bisnisnya dalam satu genggaman.
Transaksi penjualan dan pencatatan keuangan yang dulunya manual, kini telah berubah jadi serba digital. Perubahan tersebut dirasakan oleh banyak UMKM, salah satunya adalah Albaeta. Produsen keripik kentang ternama di Dataran Tinggi Dieng yang kini sudah naik kelas bersama BRImo si serba bisa.
***
Menengok Empat Tahun ke Belakang, Perjalanan Meyakinankan Pelaku Usaha Tentang Pentingnya Pencatatan Keuangan
Empat tahun lalu menjadi perjalanan hidup yang mengesankan bagiku. Saat itu aku ditugaskan untuk menjadi Penyuluh Industri Kecil dan Menengah di Banjarnegara oleh Kementerian Perindustrian. Salah satu tugasku adalah membantu IKM/UMKM mengatasi kendala yang dialami. Selama dua tahun keliling kabupaten yang terkenal dengan dawet ayunya ini, aku bertemu dengan puluhan UMKM.
Hambatan usaha yang mereka alamai mayoritas sama. Seakan menjadi suatu hal yang lumrah dialami oleh setiap pelaku usaha. Mulai dari kendala pemasaran, tidak adanya pencatatan keuangan, minimnya bahan baku, kurangnya akses permodalan, hingga sulitnya mencari tenaga kerja.
Tidak adanya pencatatan keuangan berdampak pada tercampurnya uang pribadi dan usaha. Oleh karenanya, meski sudah belasan tahun berwirausaha, mereka mayoritas tidak mengetahui seperti apa perkembangan keuangan usahanya. Bahkan banyak yang usahanya stuck atau tidak naik kelas.
Saat itu, sesuai kemampuan aku berikan solusi kepada mereka dengan cara memberi contoh pembukuan sederhana bagi UMKM. Setidaknya, mereka harus menuliskan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan operasional usaha. Lalu, mencatat pula pemasukan dari penjualan produk. Dengan demikian setiap pelaku usaha dapat mengetahui biaya operasional per bulan, omset, laba, dan modal yang dibutuhkan.
Meski usaha masih berada dalam skala mikro atau kecil, pencatatan keuangan sangat esensial. Dengan mencatat hal-hal penting di atas, pelaku usaha dapat mengevaluasi usahanya dan merencanakan pengembangan usaha berdasarkan kemampuan finansial masing-masing.