Mohon tunggu...
Sovi Nur Wakhidah
Sovi Nur Wakhidah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Narablog

Narablog yang senang bertualang | Penggemar sepak bola dan bulu tangkis | Blog pribadi www.soviwakhidah.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sukacita dari Tiap Bait Kata

8 Agustus 2022   16:03 Diperbarui: 8 Agustus 2022   16:16 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak anak muda yang salah terka, bahwa untuk mengabdi harus pergi ke pelosok negeri. Mereka pun acapkali keliru mendefinisikan berbagi kebaikan melulu soal materi.

Misalnya, saat seorang pemengaruh mengunggah konten berbagi ke media sosial, beberapa warganet menuliskan komentar ingin kaya secara materi. "Inilah salah satu alasan saya ingin kaya. Agar bisa berbagi," begitu tulis mereka. Padahal, berbagi dapat dilakukan siapa saja, kapan saja, di mana saja, tanpa perlu menunggu kaya.

Sejatinya, berbagi kebaikan adalah tentang kebesaran hati untuk memberikan apa yang kita miliki kepada sesama. Berbagi merupakan cara bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh-Nya.

Allah menganugerahi saya kemampuan untuk menulis. Maka saya terus belajar menebar kebajikan melalui tiap bait kata yang disusun menjadi sebuah narasi sederhana. Kesederhanaan yang mendatangkan sukacita serta manfaat bagi pembacanya.

***

Pasca lulus dari perguruan tinggi, saya ditempatkan di daerah asal untuk menjadi penyuluh Industri Kecil dan Menengah (IKM). Dalam perjalanannya, saya menemukan banyak masalah yang dialami oleh pelaku usaha. Dari sulitnya mengakses informasi perihal izin usaha hingga kendala pemasaran produk yang tak kunjung menemukan solusinya.

Untuk membantu mengatasi masalah tersebut, saya pun datang ke dinas-dinas yang mengurus perizinan bagi IKM. Mencari informasi ihwal persyaratan dan tata cara mendapatkan izin usaha. Keesokan harinya, saya memberi tahu pemilik IKM dengan cara berkunjung dari rumah ke rumah.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Terkait kendala pemasaran produk, saya menyarankan kepada mereka untuk coba masuk ke lokapasar. Sayang, minimnya waktu dan pengetahuan membuat pelaku IKM kewalahan. Maklum, pemilik usaha ini mayoritas melaksanakan semua tugasnya seorang diri. Mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, penjualan, hingga mengatur keuangan.

Belum selesai permasalahan IKM di daerah sendiri, saya justru tergiur untuk mengikuti kegiatan pengabdian ke luar pulau Jawa. Ya, layaknya pemuda seusia saya saat itu yang sedang 'berlomba' untuk menjekakkan kaki ke pelosok negeri.

Beruntung sebelum ambisi itu tercapai saya disadarkan secara 'tidak sengaja' oleh seorang teman. Ia bercerita tentang gerakan sosial yang diinisiasinya. Komunitas yang didirikan di kampung halamannya bergerak dalam bidang pendidikan. Mereka memberikan bimbingan dan pendampingan kepada siswa perdesaan dalam mempersiapkan SBMPTN secara sukarela. Tujuannya jelas, untuk membantu anak desa yang kekurangan secara finansial agar dapat mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi.

"Terkadang, kita ingin mengabdi jauh ke luar pulau. Padahal, tanpa kita sadari banyak orang di sekitar yang membutuhkan. Lebih baik kita berbagi (kebaikan) dengan orang terdekat terlebih dahulu."

Entah kenapa, petuah itu begitu menohok nurani saya. Menyadarkan betapa pentingnya berbagi dimulai dari orang terdekat. Sepulang dari diskusi itu, saya merefleksikan diri. Bertanya dalam hati tentang apa yang saya cari dari kegiatan pengabdian jauh ke luar pulau. Jangan-jangan hanya untuk mendapat 'pengakuan' dari orang lain. Segera saya mengurungkan niat itu.

Saya kembali melihat permasalah sekitar. Yang sering bersinggungan dengan saya adalah kendala para IKM. Sepertinya memang harus ada cara lain yang lebih efektif untuk membantu mereka. Tetapi, bagaimana caranya?

Lalu saya ingat, dulu pernah membuat blog pribadi. Blognya sudah lama tidak terurus karena saya ditinggalkan begitu saja. Saya berpikir, bagaimana jika diaktifkan kembali untuk berbagi informasi yang bermanfaat bagi IKM? Kan dulu bercita-cita ingin jadi jurnalis karena senang berbagi lewat tulisan. Dengan menulis di blog, saya dapat mewujudkan harapan itu.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Saya mulai berbagi tulisan seputar IKM pada April 2019. Dimulai saat banyak pelaku usaha yang kalang kabut, kebingungan mengurus izin usaha karena sistemnya sudah daring.

Tahun 2018 pemerintah memang resmi mengintegrasikan izin usaha secara elektronik atau yang kita kenal dengan Online Single Submission (OSS). Segala jenis usaha, dari pendaftaran hingga penerbitan izin menggunakan jaringan internet. Minimnya sosialisasi membuat IKM bingung. Begitu pula dengan rekan-rekan saya sesama penyuluh.


Saya pun berinisiatif memanfaatkan media blog untuk memberikan solusi atas keresahan yang terjadi. Saya kira tidak mungkin jika harus datang dari satu rumah ke rumah lain se-Kabupaten Banjarnegara untuk mensosialisasikan cara pengurusan izin usaha lewat OSS. Dengan menuliskan "Langkah-langkah Membuat IUMK dan NIB Melalui OSS" di blog, maka siapapun dan di manapun lokasinya dapat mengaksesnya.

Ketika sudah terbit, saya bagikan alamat tulisan ke pelaku IKM dan teman-teman penyuluh yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Alhamdulillah, responnya sangat baik. Mereka bersyukur dan merasa terbantu. Mereka bahagia, saya lebih bahagia.

Saat itu, untuk pertama kalinya saya merasakan kepuasan batin. Puas karena dapat berbagi kebaikan lewat kata demi kata yang dituliskan. Ucapan terima kasih dari pembaca adalah bentuk penghargaan tertinggi sekaligus pelecut motivasi untuk terus menebar sukacita lewat tiap bait kata.

Meski saya sudah berupaya untuk menuliskan kalimat dengan sederhana agar pelaku usaha paham dan dapat mengurus secara mandiri izin yang dikehendaki, nyatanya masih terdapat kendala yang mereka alami.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Perubahan dunia digital yang begitu cepat membuat sebagian dari mereka gagap teknologi. Saya pun memutuskan untuk jemput bola, mendatangi satu kelompok ke kelompok lain untuk membantu membuatkan IUMK dan NIB.

Saya kemudian melanjutkan berbagi lewat tulisan tentang kondisi usaha para IKM. Semua tulisan berawal dari keresahan mereka dan juga kegelisahan saya melihat problematika yang tak kunjung menemukan jalan keluarnya.

Contohnya, tulisan berjudul "Topi Bambu; Dulu untuk Kemanusiaan, Mengapa Sekarang Ditinggalkan?"  Tulisan tersebut bercerita bahwa dulu kerajinan topi bambu ini berhasil membantu warga sekitar. Para pekerja dapat hidup dan berobat ke klinik dari hasil membuat topi bambu. Namun kini mulai ditinggalkan. Tidak ada generasi muda yang bersedia melanjutkan usahanya.

Di tengah persaingan dunia kerja, saya menuliskannya agar anak muda di desa tersebut dapat memaksimalkan kearifan lokal yang dimiliki. Sehingga akan tumbuh sumber daya manusia baru yang terampil untuk meneruskan usaha topi bambu.

Lalu, narasi tentang "Pilu Perajin Batik Gumelem" adalah bentuk keprihatinan saya karena masyarakat lebih memilih membeli kain motif batik atau batik tiruan yang harganya jauh lebih murah. Batik tiruan dibuat dengan mesin printing sedangkan batik asli dibuat dengan menggoreskan malam menggunakan canting.

Kesedihan saya diperparah saat mendengar secara langsung Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mengatakan Batik Tulis Gumelem harga Rp300.000 sangat mahal. Saya berharap tulisan tersebut dapat memberi gambaran tentang kesejahteraan perajin batik yang masih jauh dari kata layak. Dengan demikian, masyarakat lebih tergugah untuk melestarikan batik asli daripada batik tiruan.


Berbagi Informasi Dapat Mengubah Masa Depan

Sejak dulu saya yakin, bahwa berbagi informasi positif akan berdampak baik terhadap masa depan seseorang. Berlebihan? Tentu tidak.

Sedikit kilas balik ke belakang. Delapan tahun lalu, hampir saja harapan saya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pupus. Saat itu, keadaan ekonomi orang tua memang tidak memungkinkan untuk membiayai saya kuliah.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Pertolongan Allah datang lewat seorang kakak kelas di SMK yang belum saya kenal. Ia membagikan informasi tentang beasiswa pendidikan D-3 dari Kementerian Perindustrian ke grup Facebook sekolah. Dengan sigap saya mengurus semua berkas persyaratan yang diminta. Alhamdulillah saya diterima di kampus Jakarta dan berhasil meraih gelar sarjana muda pada tahun 2017.

Bagi sebagian orang berbagi informasi dianggap sebagai sesuatu yang sepele. Namun, nyatanya hal tersebut dapat mengubah masa depan seseorang.

Seperti belum lama ini, salah satu IKM manisan carica yang pernah saya dampingi berhasil mendapatkan izin edar BPOM RI MD. Dulu, produksi manisan carica cukup dengan sertifikat P-IRT. Namun, sejak Peraturan BPOM Nomor 22 Tahun 2018 dikeluarkan, pangan yang diproses dengan sterelisasi atau pasteurisasi sudah tidak dapat memperoleh P-IRT.

Proses izin edar BPOM RI MD memang lebih rumit dan cukup sulit didapatkan. Maka ketika sudah 'lulus' dan berhak mendapatkannya, pemilik IKM tentu sangat bahagia.

"Alhamdulillah, Mbak Sovi. Berkat bantuan njenengan akhirnya izin MD-nya sudah keluar," begitu pesan yang disampaikan Bu Jum melalui WhatsApp. Dengan mengantongi izin edar BPOM RI MD, pemilik IKM dapat menjalankan usahanya dengan tenang. Tidak perlu khawatir produknya ditarik dari peredaran di pasar.

Saya tidak membantu banyak. Hanya mencari informasi syarat dan alur pengurusan ke Balai POM Semarang lalu menuliskannya di blog. Setelah itu membagikannya ke pelaku usaha manisan carica dan salak. Ternyata, langkah yang saya ambil sangat berarti bagi orang lain. It means the world to me!

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Sukacita lainnya datang pada bulan Juli 2021. Saya dikejutkan dengan pesan yang masuk melalui Instagram. Seorang pria berkata bahwa ia telah membaca informasi soal perajin tikar pandan di Banjarnegara yang saya tulis di blog. Katanya, ia sedang mencari pemasok tikar pandan untuk partai besar. Segera saya kirimkan nomor kepala dusun yang sering menangani para perajin.  

Saya belum tahu kelanjutannya apakah para perajin tikar pandan jadi kerja sama dengan pria tersebut atau tidak. Yang jelas saya sangat bersukacita jika tulisan-tulisan ini dapat membantu pemasaran produk para IKM.

Bagi saya, tidak ada kebahagiaan yang lebih nikmat daripada berhasil membuat orang lain bahagia. Saya sangat bersyukur ketika setiap kalimat yang ditulis dapat membawa kemaslahatan untuk sesama. Bukankah sejatinya itulah yang dicari manusia ketika hidup di dunia?

Saat membayangkan kematian, saya selalu bertanya. "Apa yang dapat dibagikan kepada orang lain, yang masih bisa mereka rasakan manfaatnya meski saya sudah tiada di dunia?" Jawabannya, tulisan! Karena setiap narasi yang bermanfaat bagi pembacanya, akan senantiasa membawa kebahagiaan dan kebaikan.

"Tuhan akan bersama orang-orang yang bukan hanya menolong dirinya sendiri, tapi juga orang lain."

Kutipan kalimat dari buku Langkah Sejuta Suluh di atas mengajak kita untuk terus berbuat kebajikan. Ketika kita dengan ikhlas menolong orang lain, maka Allah akan senantiasa menyertai langkah kita. Mari terus menebar kebaikan tanpa mengharap imbalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun