Mohon tunggu...
Sovi Nur Wakhidah
Sovi Nur Wakhidah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Narablog

Narablog yang senang bertualang | Penggemar sepak bola dan bulu tangkis | Blog pribadi www.soviwakhidah.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sukacita dari Tiap Bait Kata

8 Agustus 2022   16:03 Diperbarui: 8 Agustus 2022   16:16 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski saya sudah berupaya untuk menuliskan kalimat dengan sederhana agar pelaku usaha paham dan dapat mengurus secara mandiri izin yang dikehendaki, nyatanya masih terdapat kendala yang mereka alami.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Perubahan dunia digital yang begitu cepat membuat sebagian dari mereka gagap teknologi. Saya pun memutuskan untuk jemput bola, mendatangi satu kelompok ke kelompok lain untuk membantu membuatkan IUMK dan NIB.

Saya kemudian melanjutkan berbagi lewat tulisan tentang kondisi usaha para IKM. Semua tulisan berawal dari keresahan mereka dan juga kegelisahan saya melihat problematika yang tak kunjung menemukan jalan keluarnya.

Contohnya, tulisan berjudul "Topi Bambu; Dulu untuk Kemanusiaan, Mengapa Sekarang Ditinggalkan?"  Tulisan tersebut bercerita bahwa dulu kerajinan topi bambu ini berhasil membantu warga sekitar. Para pekerja dapat hidup dan berobat ke klinik dari hasil membuat topi bambu. Namun kini mulai ditinggalkan. Tidak ada generasi muda yang bersedia melanjutkan usahanya.

Di tengah persaingan dunia kerja, saya menuliskannya agar anak muda di desa tersebut dapat memaksimalkan kearifan lokal yang dimiliki. Sehingga akan tumbuh sumber daya manusia baru yang terampil untuk meneruskan usaha topi bambu.

Lalu, narasi tentang "Pilu Perajin Batik Gumelem" adalah bentuk keprihatinan saya karena masyarakat lebih memilih membeli kain motif batik atau batik tiruan yang harganya jauh lebih murah. Batik tiruan dibuat dengan mesin printing sedangkan batik asli dibuat dengan menggoreskan malam menggunakan canting.

Kesedihan saya diperparah saat mendengar secara langsung Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mengatakan Batik Tulis Gumelem harga Rp300.000 sangat mahal. Saya berharap tulisan tersebut dapat memberi gambaran tentang kesejahteraan perajin batik yang masih jauh dari kata layak. Dengan demikian, masyarakat lebih tergugah untuk melestarikan batik asli daripada batik tiruan.


Berbagi Informasi Dapat Mengubah Masa Depan

Sejak dulu saya yakin, bahwa berbagi informasi positif akan berdampak baik terhadap masa depan seseorang. Berlebihan? Tentu tidak.

Sedikit kilas balik ke belakang. Delapan tahun lalu, hampir saja harapan saya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pupus. Saat itu, keadaan ekonomi orang tua memang tidak memungkinkan untuk membiayai saya kuliah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun