Program Jum'at Berbagi
                                 Siswa Kelas VI SDN Kebundadap Timur I Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep
                Penulis adalah Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupatens Sumenep sebagai Guru di SDN Kebundadap Timur I
                      TAHAPAN BAGJA https://drive.google.com/file/d/1M2Ur4HNMD-q5iN2za4mRLqbonhkSUB2k/viewÂ
Peristiwa (Fact)
SDN Kebundadap Timur 1 adalah salah satu sekolah dasar di Desa Kebundadap Timur Kecamatan Saronggi yang memiliki siswa beragam, mulai dari ragam jenis kelamin, karakter,maupun status sosial. Ada siswa dari keluarga ekonomi menengah ke atas, menengah, dan menengah kebawah. Apalagi ketika siswa dengan status sosial menengah menengah atau menengah kebawah tersebut adalah anak yatim piatu, terlebih-lebih yatim yang ditinggak orang tua laki-lakinya meninggal. Hal ini menggugah perasaan para siswa. Berawal dari rasa kasihan terhadap nasib teman-teman mereka yang telah menyandang status anak yatim sehingga menggugah hati dan menumbuhkan keinginan mereka untuk membahagiakan mereka dengan caranya. Sebenarnya bentuk kepedulian siswa-siswi di sekolah kami bukan hanya saat ini, tapi sudah membudaya sejak dulu, ketika ada salah satu teman mereka yang sakit atau ketika ada salah satu orang tua siswa meninggal, bahkan ketika ada musibah gempa di daerah lain, siswa siswi kami secara ikhlas dan sukarela menyisihkan sebagian uang saku mereka untuk disumbangkan kepada siswa yang sakit. Sumbangan ini dapat berupa barang jika untuk siswa yang sakit yang diberikan ketika menjenguknya, sedangkan pada siswa yang mendapat musibah orang tuanya meninggal atau musibah bencana alam, sumbangan itu langsung berupa uang tunai dengan jumlah sebesar uang yang diperoleh saat pengumpulan dana, akan tetapi untuk program kali ini, siswa-siswi kami menginginkan bentuk bantuan yang diberikan secara terprogram dan menjadi program rutin sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap teman-teman yang berstatus yatim.
Sebagai guru mereka dan kebetulan saat ini sedang mengikui Pendidikan Guru Penggerak, saya tertarik sekali untuk mengaplikasikan impian mereka, karena ini sesuai sekali dengan pengetahuan yang sedang saya pelajari di Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid. Saat ini saya sedang berupaya menumbuh kembangkan kepimpinan murid dengan memberikan ruang dan kesempatan kepada murid untuk bersuara, memilih, dan mempunyai rasa kepemilikan. Dan dukungan kami sebagai guru juga untuk membantu mewujudkan impian mereka untuk menunjukkan rasa kepedulian kepada siswa lain, melatih diri untuk berbagi dan hemat. Melalui tahapan BAGJA
Ide siswa untuk mengadakan kegiatan berbagi kepada teman-teman yatim berawal dari adik kelas mereka yang yatim. Setelah melakukan kegiatan rutin ngaji surah Yasin setiap Jum'at pagi, seperti biasa saya menyelipkan kisah inspiratif buat mereka murid-murid saya, baik berasalah dari kisah pada nabi atau sahabat, kisah tokoh-tokoh dunia, atau dari lingkungan kami sendiri. Saat itu saya mengatakan kalo hari jum'at adalah hari sayyidul ayyam yaitu hari yang merupakan penghulunya hari dalam sepekan dan hari teristimewa dalam Islam, maka kita harus banyak-banyak melakukan kebaikan, baik seccara moril maupun materi, untuk siswa bisa berbuat baik dengan membantu teman, mengajarkan mereka pengetahuan yang tidak mereka ketahui, tidak mengganggu teman atau membuli bagi yang bisanya suka membuli teman-temannya. Suasana jadi hangat. Banyak yang mereka tanyakan, komentari dan saran, salah satunya rasa kasihan mereka kepada teman-teman yang yatim, Saya bertanya apa yang bisa kalian lakukan untuk mengobati rasa kasihan kalian kepada mereka, banyak inisitfi mereka, salah satunya dengan memberi uang atau membelikan sesuatu, maka setelah melalui proses musyawarah, akhirnya didapat sebuah keputusan, agar sesuatu yang mereka berikan bisa bernilai dan berharga, akhirnya sepakat mengadakan sedekah setiap hari Jum'at setelah ngaji Yasin bersama, sedekah berupa uang yang berasal dari uang saku  mereka, dan dilakukan dengan ikhlas tanpa ada paksaan, bukan karena malu atau tidak nyaman.  Bak gayung bersambut, siswa --siswi menyambut hangat dan penuh semangat ide untuk melakukan sedekah. Awalnya uang yang terkumpul cukup banyak yaitu RP 58.000,- Jika dilihat dari jumlah siswa kelas VI yang 28 orang dengan uang saku mereka antara Rp. 5.000-Rp.10.000. Artinya kepedulian mereka dan antusiasem mereka cukup tinggi untuk program yang mereka harapkan ini.
Berangkat dari pengalaman pertama ini, kami sepakat untuk menjadikan ini adalah program kelas yang harus berlanjut. Ide dari siswa, kegiatan dilakukan siswa, yang mengelola siswa, dan untuk target akan diberikan pada bulan Romadhan, maka kami namakan program ini adalah Jum'at Berbagi. Hasil musyawarah awal, hasil dari sedekah jumat akan langsung kami berikan dan kepada beberapa anak. Tapi berhubung nominalnya sedikit, dan itu tidak terlihat berarti , maka kami menunda menjadi setelah uang terkumpul cukup banyak baru diberikan kepada yang bersangkutan. Kemudian mereka melihat gambar-gambar di internet tentang jumat berkah dari siswa-siswi SD, maka berulang lagi akan memberikan itu setiap bulan kerumah murid yang bersangkutan, setelah satu bulan, berubah lagi, bahwa jika berbagi di bulan Romadhan lebih dibutuhkan, lebih banyak pahala, dan lebih berkesan. Maka keputusan akhir adalah, program Jum'at berbagi ini akan disalurkan pada bulan Romadhan dan diutamakan kepada murid-murid yatim piatu yang status ekonominya rendah, baru jika lebih akan disalurkan kepada orang tidak mampu. Dan program ini juga akan ditindak lanjuti oleh kepala sekolah dan rekan-rekan guru kelas lain untuk melakukan kegiatan serupa.
Perasaan (Feeling)
Bangga rasanya, ternyata di balik sifat mereka yang suka bikin rame kelas, suka bertingkah sesuai kemauan dan sering mengabaikan aturan sekolah, ada nilai-nilai kebajikan dalam diri mereka. Saya menyambut baik inisiatif itu. Keinginan saya agar siswa memiliki  kepedulian yang lebih yang dikemas dalam sebuah program sesuai tahapan BAGJA yang saya susun akhirnya tercapai. Dan ide mereka melalui musyawarah sederhana telah mendapat dukungan kepala sekolah dan rekan-rekan guru. Bahkan beliau-beliau berinisiatif agar kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh siswa kelas VI, tapi juga oleh kelas lain, dan bisa dijadikan sebagai program sekolah sebagai wujud penanaman budaya positif dan penanaman nilai-nilai karakter positif pada siswa. Tentunya juga orang tua mereka sekalipun dana dan sedekah ini adalah murni berasal dari uang saku mereka
Pembelajaran (Finding)
Pelajaran yang bisa kami petik dari kegiatan ini yaitu, pertama, sebagai guru, tidak seharusnya kita selalu memandang dan memperlakukan mereka sebagai anak-anak yang  harus selalu disuruh sesuai kemauan kita, ketika kita memberikan mereka ruang dan kesempatan, ternyata banyak ide, kreatifitas, dan inovatif. Ini tidak akan kita temukan pada murid-murid kita jika kita selalu menganggap mereka anak-anak yang belum matang, tidak memiliki kemampuan berpikir, dan ksempatan ikut andil dalam menentukan program sekolah, kita sebagai guru tidak akan melihat potensi murid-murid kita jika kita tidak mendorongnya untuk menunjukkan kepemimpinannya. Peran guru sangat signifikan dalam membantu siswa menumbuhkan dan mendorong kepemimpinan dalam dirinya disamping dukungan keluarga sebagai tempat murid-murid kita mendapatkan pendidikan yang utama dan pertama. Kedua, usia tak selalu bisa dijadikan ukuran dalam menentukan kematangan kerpibadian anak sekalipun memang cukup berpengaruh, karena kematangan kepribadian anak juga dipengaruhi oleh lingkungan dan teman atau yang menemani (orang tua, guru, teman sebaya). Hal ini seperti yang kita lihat dari kegiatan Jum'at berbagi ini,kegiatan ini tumbuh karena mereka dipengaruhi lingkungan sekitar, yang dalam pandangan dan perasaan mereka, anak-anak seusianya yang kehilangan kasih sayang orang tua tidak bisa merasakan kebagahagiaan seperti yang mereka rasakan. Pelajaran ketiga adalah, bahwa kepedulian sebagai bagian dari nilai-nilai kebajikan universal dan karakter positif dapat tidak selalu menjadi karakteristik seorang anak, (misalahnya si A memilki karakter peduli, si B memiliki karakter acuh) akan tetap bisa ditanamkan dan dtumbuhkan melalui peran guru dan orang tua. Bisa lewat stimulus melalui kisah-kisah inpiratif, atau dituntun secara langsung untuk mengenal sekitar. Dengan harapan, ketika siswa diberi kesempatan berbagi maka siswa memiliki dan menguatkan karakter positif, terlebih lebih mengarah pada karakter profil pelajar Pancasila yaitu beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkebhinnekaan global, gotong-royong, mandiri, dan bernalar kritis.. Keempat, bahwa keberhasilan suatu program harus didukung oleh banyak unsur, yaitu adanya ide, kesempatan, uji coba, komitmen, konsisten, komunikasi, dan kolaborasi dari semua pihak terkait. Kelima yaitu sebagai guru, kita tidak berpegang pada prinsip menunggu bola, tapi menjemput bola. Bukan menunggu ide dari siswa atau dari orang lain untuk membantu siswa berkembang lebih maju, tapi kita harus berpikrian jauh kedepan, berpikir apa yang bisa kita lakukan untuk memberikan mereka hal baru yang lebih bermanfaat bagi orang lain, berkesan, membuat mereka bahagia dengan apa yang mereka lakukan, membuat mereka berarti bagi orang lain, dan berguna bagi proses pendidikannya. Sebagaimana filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang mengatakan bahwa maksud dari pengajaran dan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Dan pelajaran terakhir yaitu pentingnya guru memilki sebuah catatan tentang rencana/program yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu, dan kami mengenal catatan yang memuat rencana perubahan tersebut dengan Tahapan BAGJA, yaitu sebuah tahapan yang akan kami lalui dalam melakukan sebuah pencapaian program mulai dari awal hingga akhir. Sehingga kami memilki sebuah kerangka pemikiran, kerangka rencana, dan barometer sampai dimana kami sudah melangkah menuju rencana yang akan kami capai.
Penerapan ke Depan (Future)
Sebagaimana sudah saya tuliskan di atas, bahwa kedepannya, program ini tak hanya jadi program kelas saja. Akan tetapi akan menjadi program sekolah. dari kelas satu hingga kelas V juga akan dilakukan kegiatan serupa, tentunya dengan persetujuan murid-murid kelas yang bersangkutan dan dukungan orang tua. Hal ini sebagai bentuk interaksi positif antara sekolah dengan lingkungan masyarakat sekitar, bahwa sekolah kami tidak hanya tempat murid-murid belajar pengetahuan akademik, tetapi juga melatih mereka menjadi anggota masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap sesama.
Hasil Aksi Nyata
                              https://sites.google.com/d/1MOSPzcXnIfvYagUsJVQ3MTn8TerBaXXK/p/13-6q97lMzd00iYQ4HMdZXE2x1G1I2Q0z/edit
                       "Besok, di mana pun Anda berada, lakukan perubahan kecil di kelas Anda."-Nadiem Makarim-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H