Mohon tunggu...
SOVI MARIYANA
SOVI MARIYANA Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN Kebundadap Timur I Kecamatan Saronggi

Saya adalah guru kelas VI di sebuah sekolah dasar yaitu SDN Kebundadap Timur I Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur. Saat ini saya sedang mengikuti pendidikan Program Guru Penggerak Angkatan 5 selama 6 bulan, dan sudah berjalan hampir 3 bulan. Program tersebut adalah sebuah program peningkatan kompetensi guru yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Tekhnologi dibawah. Salah satu tugas saya sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) adalah membuat berbagai kreatifitas baik berupa tulisan, video, poster, atau karya apapun yang berkolerasi dengan pendidikan. Menulis adalah salah satu hobi saya. Maka melalui PGP saya menuangkan hobi menulis saya, dan melalui media Kompasiana ini, saya ingin berbagi tulisan, pengalaman, dan cerita saya khusus dalam dunia saya sebagai aktor pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan CGP-Indahnya Pembelajaran Berdiferensiasi

11 September 2022   21:12 Diperbarui: 11 September 2022   21:25 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat mengenal tentang pembelajaran berdiferensiasi, saya sadar, bahkan mungkin guru-guru lain diluar sana. Tanpa saya sadari, tanpa kita sadari, selama ini kadang melakukan pembelajaran berdiferensiasi meski tidak terstruktur dengan jelas, karena bertindaknya spontanitas, hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan murid yang membutuhkan penanganan lebih dari guru, atau memberi kebebasan kepada mereka mengerjakan tugas dimana mereka sukai dalam lingkungan sekolah. 

Akan tetapi itu juga tidak terstruktur dan terencana dengan matang dalam rencana pembelajaran, hanya untuk memberi suasana yang lebih menyenangkan dengan mengadopsi dari pembelajaran kontekstual. 

Selain itu itu, lewat sebuah video pembelajaran yang saya tonton saat webinar pendidikan tentang IKM, saya terinspirasi pengalaman seorang guru yang memberi tugas dengan memanfaatkan media sosial atau aplikasi video yang saat ini banyak digemari murid-murid. 

Dari sharing pengalaman itu , saya pernah memberi tugas kepada anak dengan memanfaatkan hobi dan tehnologi tersebut untuk membuat tugas pembelajaran sesuai dengan minat dan kreasi mereka. Semua dilakukan dengan spontan, tidak terstruktur sehingga pelaksanaannya pun kurang sempurna.

Maka dengan adanya pembelajaran berdiferensiasi, bagi saya, akan memberikan arah yang jelas dalam proses pembelajaran, mulai dari kurikulum, tujuan pembelajaran yang jelas, alur kegiatan pembelajaran, penilaian, maupun jenis produk yang akan dihasilkan. Semua terangkum dalam RPP atau modul ajar yang saya susun sebagai acuan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. 

Melalui RPP tersebut, saya dapat memasukkan semua dalam rencana pembelajaran secara terstruktur dan tepat. Dan jika ada yang kurang dalam RPP, bisa ditambahkan sebagai catatan untuk pengembangan pembelajaran selanjutnya. Tentunya dengan tetap memperhatikan beberapa hal, seperti kesiapan belajar anak, minta, dan profil belajar murid.

Penting kiranya guru memperhatikan ketiga hal tersebut ketika menyusun rencana pembelajaran dan dalam pelaksanaannya dalam proses pembelajaran. Sehingga dalam proses pembelajaran, anak benar-benar terlibat secara keseluruhan sesuai kemampuan mereka, mereka akan menikmati proses suasana belajar merdeka sebagaimana pemikiran KHD.

 Namun ada hal yang belum saya pahami, yaitu tentang penekanan saat pembelajaran berdifrensiasi, apakah akan lebih menonjolkan segi konten, proses, maupun produk. 

Penekanan yang dimaksud tersebut apakah kita akan membuat materi semenarik mungkin dengan menggunakan beragam media pembelajaran sebagai pendukung untuk membantu murid memahami pelajaran (segi konten) ataukah kita akan mendesain proses pembelajaran dengan melibatkan secara penuh partisipasi murid dalam pembelajaran.

Misalnya ketika proses mencangkok, maka dalam proses pembelajaran, murid langsung praktek mencangkok sesuai materi dan arahan guru (segi konten) ataukan bagaimanapun prosesnya, yang terpenting produk atau hasil karya atau hasil tugas dari siswa (segi produk). Dari ketiganya tersebut apakah kita pilih salah satu dengan mengabaikan yang lain ataukan memilih ketiga-tiganya.

Saat memperaktekkan pembelajaran berpihak pada murid, satu hal yang saya baru tahu, memang banyak sisi positif yang bisa didapat murid. Murid lebih semangat dalam bekerja, murid lebih paham materi dan jangkauan ingatannya lebih lama, karena mereka memahami  materi melalui pengalaman, serta saya bisa tahu secara langsung, minat dan ketrampilan siswa, kerjasama atau kreatifitasnya dengan mellihat cara kerja siswa. 

Tapi dari segi negatif, kelas atau bahkan suasana bisa kurang kondusif atau terkendali apabila kurang persiapan. Bisa agak ramai (karena tiap siswa sama-sama mengeluarkan ide idenya), kelas atau tempat murid beraktifitas agak kotor (sampah dari kreatifiats mereka), dan butuh tenaga dan kesabaran ekstra sebagai guru dalam mendampingi mereka. Karena tentu saat memperaktekkan langsung, tidak semua siswa bisa langsung mengerti atau paham atau bahkan tidak bisa sama sekali. 

Saya sebagai guru harus ekstra kuat untuk banyak menjelaskan dan kesana kemari mengecek pekerjaan mereka dan membimbing agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. tapi itu tidak membuat jera, karena melihat siswa merasakan kemerdekaan dalam belajar adalah kebahagiaan dan kepuasan tersendiri yang saya rasakan dibanding saat mengajar dengan metode ceramah atau tanya jawab.

Untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam benak saya, saya butuh belajar lagi melalui berbagai media dan sumber, dan yang terpenting diskusi dan sharing pengalaman. Karena dengan diskusi, apa yang kurang saya pahami dapat langsung terjawab melalui penjelasan dan keterangan dari rekan-rekan diskusi/guru saat melakukan diskusi. Karena begitulah seharusnya guru. Terus berupaya memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan kompetensi dalam dirinya, baik kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, ataupun sosial. Karena guru adalah pembelajar sepanjang hayat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun