Mohon tunggu...
Sovia Sandhi Zahra
Sovia Sandhi Zahra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Under study to be a good journalist with IkomA UIN Suka

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

(Resensi) Negeri di Ujung Tanduk

8 Februari 2015   06:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:36 1771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Buku        : Negeri di Ujung Tanduk

Penulis                 : Tere Liye

Penerbit               : PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit    : Juli 2013

Cetakan               : Ke-3

Tebal Buku         : 359 Halaman

Buku ini merupakan sekuel kedua dari buku Tere Liye sebelumnya yang berjudul Negeri Para Bedebah. Jenis cerita yang disajikan tidak jauh berbeda dari buku sebelumnya. Masih seputar petarungannya melawan birokrasi bobrok negeri bedebah. Namun kali ini Thomas berhadapan dengan lawan yang lebih besar dan kuat. Bahkan Opa, Kadek, dan Maryam, Wartawan yang baru saja dikenalnya turut terseret. Mereka berempat menjadi buronan Kepolisian Hong Kong karena tertangkap basah membawa narkoba di yacht pribadinya. Namun Thomas selalu bisa mengatasi segalanya. Ia menyakini kejadian demi kejadian yang menimpanya, dari adanya narkoba di yacht pribadinya, sampai penangkapan klien politiknya yang akan maju dalam pemilihan presiden tahun depan, direkayasa. Dan ia juga menyadari bahwa pertarungannya di masa lalu belum usai. Sayangnya alih-alih para bedebah yang menempati posisi-posisi penting dan tinggi di negeri tersebut, membuat Thomas harus mengalami jatuh bangun dalam melawan mereka. Ditangkap-lolos-ditangkap-lolos-ditangkap.

Dengan bantuan sekertaris dan karyawannya, Thomas akhirnya mendapatkan petunjuk siapa saja yang harus bertanggung jawab atas segala kekacauan hukum negeri tersebut. Banyak dari mereka adalah pejabat instasi pemerintah, baik pajak, kepolisian maupun hukum. Beberapa lagi adalah para pejabat partai. Konspirasi besar ini yang akhirnya ia sebut sebagai Mafia Hukum. Konspirasi yang melibatkan banyak lembaga hukum, dari Kepolisian, Pengadilan, sampai Mahkamah Konstitusi tersebut semakin menyulitkan Thomas untuk mengumpulkan kekuatan serangan balik. Sampai akhirnya ia menemukan dukungan dari satu-satunya lembaga yang masih bersih dan tidak terkait dengan mafia hukum tersebut. Sayangnya konspirasi besar tersebut terlalu besar dan kuat untuk hanya dilawan oleh opini pakar politik dan satu-satunya institusi yang mendukung Thomas . Institusi apakah yang mendukung Thomas? Mampukah Thomas bertahan menghadapi para mafia hukum tersebut? Juga membongkar satu-satunya dalang dibalik konspirasi besar Negeri di Ujung Tanduk tersebut?

Kisah dalam novel ini sangat dekat dengan cerita perpolitikan negeri kita (Indonesia). Sepertinya Tere Liye terinspirasi dengan perpolitikan Indonesia, kemudian mengadopsi dan tentunya mengimprovisasi berdasarkan imajinasinya. Ia juga cukup banyak menggunakan bahasa politik. Sehingga memaksa pembaca untuk membuka kamus sejenak. Namun bagi pembaca yang suka mengikuti cerita politik negeri ini, maka tidak akan susah dalam memahami penggunaan bahasa politik di novel ini. Bahkan pembaca bisa menerka tokoh dan potongan cerita dalam novel ini terinspirasi dengan siapa dan cerita politik yang mana. Meski novel ini merupakan sekuel dari Negeri Para Bedebah, pembaca yang belum pernah membaca novel sebelumnya tidak akan sulit memahami jalan ceritanya. Karena ada beberapa bagian pada novel sebelumnya, yang Tere Liye jelaskan kembali pada novel ini. Sehingga pembaca akan sering dibawa dengan alur maju-mundur ketika membaca novel ini. Namun tentunya akan lebih seru jika pembaca juga membaca novel sebelumnya.

Selain menyajikan kisah konspirasi besar di negeri tersebut, Tere Liye juga menyematkan pesan moral di akhir cerita. Seperti dalam kebanyakan novelnya, dalam novel ini terdapat tokoh dengan karakteristik arif yang menyampaikan pesan moral melalui dialog dengan tokoh lain. Intisari dari kisah ini adalah betapa negeri ini sudah berada di ujung tanduk karena ketidakpedualian masyarakatnya. Mengutip pesan moral dari novel ini bahwa, kepedulian kita hari ini akan memberikan perbedaan berarti pada masa depan.

[caption id="attachment_367760" align="alignnone" width="271" caption="Cover depan Negeri di Ujung Tanduk"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun