Mohon tunggu...
hanny kurnia
hanny kurnia Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Political Science. Part time blogger.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Meramal Masa Depan Partai Hanura

3 Januari 2020   21:20 Diperbarui: 3 Januari 2020   21:32 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisruh konflik internal partai hanura tidak kunjung reda. Perbedaan pendapat didalam tubuh Partai Hanura menimbulkan polemik yang tak lain berdampak pada pada pemilihan legislative tahun 2019 kemarin. 

Kisruh internal partai antara Kubu OSO dan Wiranto tidak kunjung mencapai titik temu. Perseteruan antara 2 pimpinan partai Hanura memberi dampak drastis dalam perolehan suara.

Suara peroleh Partai Hanura terjun bebas di pemilihan legislative 2019, Partai Hanura tidak ada kesempatan untuk menduduki DPR RI dikarenakan perolehan suara yang tidak mencapai ambang batas 4%, Tahun 2019 dibandingkan dengan tahun 2014, perolehan suara turun drastis hingga 3.72% , sehingga perolehan suara yang diperoleh hanya 1,54%.

Langkah OSO dalam kepemimpinannya dalam konflik internal partai mendepak Wiranto yang dikenal sebagai pendiri bahkan 'icon' dari Partai Hanura sepertinya salah langkah. 

Hingga saat ini sosok Wiranto masih menjadi tokoh utama dalam Partai Hanura, tidak dapat dipungkiri, bahwasanya Partai Hanura dibawah kepemimpinan OSO menurun drastis bahkan bisa dikatakan gagal dalam membawa partai politik pada kursi parlemen.

Kubu OSO dalam koalisi partai politik dalam pilpres tahun 2019 pun tidak memperoleh kursi apapun baik dalam kementerian, tetapi tidak dengan Wiranto. Wiranto masih terpilih menjadi Ketua Wantimpres yang diangkat langsung oleh Joko Widodo.

Dari sini dapat dilihat mengenai masa depan partai hanura di tahun 2024, kisruh partai politik dengan mendepak Wiranto bukanlah suatu langkah tepat, juga bukan kesalahan dari Wiranto sebagai Ketua Dewan Pembina, akan tetapi ada suatu pengaruh besar dari Wiranto dalam tubuh Partai Hanura yang telah mengakar, sehingga memiliki dampak 'coat tail effect' dalam perolehan suara pemilu para anggota partai Hanura dalam pemilu.

Meramal masa depan Partai Hanura dengan mendepak Wiranto sepertinya bukan langkah yang tepat apabila Partai Hanura masih menginginkan masa depan partai yang baik di Tahun 2024 nanti dengan memilih untuk mendepak Wiranto dari tubuh Partai Hanura.

Wiranto masih menjadi tokoh utama dari Partai Hanura, disertai melihat dari sosok Wiranto sebagai suatu pribadi yang kuat dengan kiprah dan pengalaman di dunia politik hingga pemerintahan di Indonesia, justru menjadi suatu tokoh ikonik Partai Hanura.

Partai Hanura hidup karena adanya tokoh internal yang kuat , jika dilihat dari peolehan suara di Tahun 2014 sebesar 5,26% dibandingkan dengan perolehan suara di Tahun 2019. 

Masa depan partai politik dalam perolehan suara , terkadang tidak hanya melihat dari kinerja partai politik, akan tetapi coat tail effect memang sungguh ada dalam perolehan suara dalam pemilu. Tokoh-tokoh yang mengakar kuat dalam tubuh partai politik, terkadang memberikan imbas pada anggota partai politik dalam perolehan suara di Pilkada ataupun Pileg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun