#ManifestasiPenjajahanSecaraLuas
Kita semua anak bangsa Bumi Pertiwi yang masih ingat dan memahami pembukaan UUD 1945 yang dalam salah satu paragraf kalimat pembukaan (preambule) mengungkapkan  bahwa Bangsa Indonesia sangat menentang dan ingin menghapus Penjajahan yang terjadi di Dunia.Â
Pencantuman kalimat yang ingin menghapus dan menentang kolonialisme di dunia tentu saja berdasarkan pengalaman pahit dan menyedihkan dimana Negeri Indonesia telah mengalami Penjajahan secara Fisik/Konvensional dengan durasi waktu lebih dari 3 Abad, sampai merdeka pada hari Jumat di tanggal 17 Agustus 1945.
 Bentuk penjajahan secara fisik adalah wujud kolonialisme konvensional yang klasik. Pertanyaannya sekarang adalah apakah ada bentuk penjajahan lainnya? Dalam wujud apa sajakan?
Apabila kita masih ingat sejarah peristiwa Malari pada tahun 1974 tanggal 15 Januari dimana terjadinya demonstrasi oleh mahasiswa yang menentang dan menolak kedatangan Perdana Menteri Jepang saat itu ke Indonesia adalah dikarenakan pada saat itu Bangsa Jepang dinilai telah melakukan Penjajahan secara Ekonomi dengan melakukan proses penjualan produk otomotif buatan Jepang serta bertujuan pula untuk mendirikan Pabrikan otomotif untuk menopang posisi penjualan otomotif (mobil, motor, dan lainnya) di Indonesia yang saat ini salah satunya dikenal dengan branding yang sangat familiar dengan kita yaitu Astra Internasional Toyota.Â
Dengan situasi dan kondisi produk otomotif yang sangat Kuat dan Mendominasi produksi otomotif di Indonesia saat itu mahasiswa menganggap hal tersebut merupakan bentuk Penjajahan secara Ekonomi.
Lalu dimasa saat ini di zaman now bentuk wujud budaya luar negeri seperti budaya musik Korea juga sedang mewabah dan digandrungi di Indonesia bahkan sampai gaungnya dan pesona magnetnya mengalahkan warisan budaya tradisonal lokal nusantara adalah sesungguhnya wujud dari penjajahan secara Budaya Sosial.Â
Dan masih banyak lagi wujud bentuk manifestasi dari Penjajahan atau kolonialisme selain secara konvensional/klasik dahulu kala. Antara lain ; Penjajahan secara ilmu pengetahuan, penjajahan secara Ideologis dan bla bla bla.
#PenjajahanSecaraIdeologis
Di nusantara bumi pertiwi, leluhur kita secara kongkrit memiliki dan meninggalkan warisan budaya kepercayaan atau keyakinan yang berbasiskan secara Alamiah, sehingga pada saat zaman modern (contoh ; orde lama/baru) secara formalitas buku teks pelajaran menerangkan bahwa keyakinan atau kepercayaan yang disebut agama adalah yang berbasis dan berbau wahyu dari Langit. Sedangkan keyakinan atau keprcayaan yang berbasis dari kehidupan Alam dijustifikasi hanya budaya berbasis lingkungan alam sekitar dimana manusia bermukim dan di labeli sebagai agama Alamiah.Â
Secara alamiah dan historis maka leluhur kita secara faktual telah mewariskan keyakinan/kepercayaan Lokal yang berbasis Alamiah dan diseluruh wilayah nusantara setiap wilayah daerah penduduk lokal memilik keyakinan/kepercayaannya maisng2 secara lokal alamiah. Leluhur kita di bumi pertiwi meyakini bahwa rasa syukur dan terima kasih pada Yang Maha Kuasa atas segala hasil bumi di Alam diwujudkan dengan melakukan prosesi sembahyang untuk menhormati ALam Bumi baik itu di Darat (Bukit , Pegunungan, etc) & di Air (Sungai/Danau atau LAutan).Â
Pada saat itu dahulu kala dan sampai saat ini di zaman edan now, semua generasi penerus Keyakinan dan Keprcayaan Lokal terus MemBumi dan Menyembah/Menghargai Alam Bumi karena memang kita semua manusia hidup di Bumi dan dari BUmi bukan dari Langit, apalagi dari Langit ke-7.
Jadi jelas sudah bahwa secara ideologis atau teologis, maka kemudian masuklah keyakinan/kepercayaan atau agama wahyu langit ke bumi nusantara dengan jalan masuk secara historis melalui 9 wali dari negeri china. Jadi berdasarkan sejarah yang tercatat proses ekspansi keyakinan agama  Langit ke Indonesia dilakukan dengan cara-cara yang taktikal dan penuh strategi lihay dan cenderung licik dan penuh tipu daya bahkan melalui proses pendekatan budaya dan salah satunya adalah melalui pertunjukkan wayang. Maka secara fakta empiris historis penjajahan secara ideologis teologika adalah merupakan kenyataan fakta yang memang sensitif apabila fakta nya dibuka dan diingatkan kembali. Namun semua nya adalah Fakta Kenyataan yang harus direnungkan ulang dengan Bijak. Apakah kita semua Tega melupakan Leluhur sendiri yang melahirkan kita asli di Bumi Pertiwi?.
#JanganSekaliSekaliLupaSejarah
Bung Karno sebagai RI-1 pertama pernah mengingatkan kita semua generasi penerus Bangsa Indonesia bahwa kita semua sebagai anak Bangsa Indonesia tidak boleh sekali sekali melupakan sejarah. Apakah itu juga termasuk dengan sejarah keyakinan kepercayaan agama Lokal Nusantara????
Mari kita merenungkan hal tersebut dan berpikir dengan Akal Sehat Yang Bijaksana. Yang pasti manusia hidup dan berkehidupan di ALAM BUMI bukan diLangit dan Lahir serta Matipun di Bumi dan tentu saja secara pasti kita semua yang saat ini berkehidupan dan menjalani anugerah hidup ini berasaL dari Bumi tidak berasal jatuh dari langit seperti Superman!.
Sampurasun @Rahayu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H